Part 12

53 4 0
                                    

Arga membukakan pintu mobil Galuh saat mereka sudah sampai di bandara. Hari ini mereka akan menjemput mama dan papa Arga, Tante Lisa dan Om Dinata. Dan sepertinya mereka sampai tepat waktu. Baru memasuki pintu utama dari bandara itu, dua orang yang sudah berumur paruh baya namun masih terlihat muda melambaikan tangannya pada mereka. Arga langsung tersenyum dan menghambur ke pelukan mamanya.

Galuh yang melihat itu hanya menggeleng gelengkan kepalanya saja mengingat Arga yang selama ini terlihat super cuek ternyata masih manja pada mamanya.

"Kamu kesini sama dia?" tunjuk tante Lisa ketika melihat Galuh juga menghampiri mereka. Arga melepaskan pelukannya dengan mamanya. Ia langsung menoleh kearah belakang tempat Galuh berdiri lalu mengangguk.

Tante Lisa tersenyum ramah kearah Galuh, melihat gadis itu tersenyum polos. Yang difikiran tante Lisa adalah tumben anaknya ini mengizinkan seorang wanita masuk kedalam mobilnya padahal mamanya saja ia larang. Apakah...

"Nama kamu siapa cantik?" tante Lisa langsung menghampiri Galuh.

"Saya Galuh tante"

"Oh, anaknya orang sunda dong ini pasti ya?" Om Dinata pun ikut menimpali. Galuh mengangguk.

"Kok tau om?" tanya nya kemudian. Darimana pula Om Dinata ini tahu kalau mamanya orang sunda.

"Itu nama kamu Galuh. Kelihatan banget orang sunda. Mama dan papa kamu orang sunda?" Galuh menggeleng cepat.

"Cuma bunda yang orang sunda om, ayah saya orang Jawa" terangnya kemudian. Lalu tante Lisa langsung mengajak Galuh menuju mobil. Meninggalkan suami dan anak satu satunya itu. Mungkin karna tante Lisa pengen sekali punya anak perempuan, jadi sekali nya Arga membawa Galuh, rasanya tentu senang bukan main.

Merasa diacuhkan seperti itu, Arga dan Om Dinata saling pandang lalu berdecih.

"Mama kamu ya seperti itu" ujar Om Dinata kesal karna diacuhkan. Padahal ia membawa barang barang istrinya yang banyak ini. Yang pergi kerja itu kan Om Dinata, tapi barang bawaan tante Lisa lebih mendominasi. Namanya wanita, ngelihat barang mewah sedikit, matanya pasti berubah jadi warna ijo. Apalagi barang luaran yang kualitasnya oke. Walaupun kadang barang tanah air sendiri juga nggak kalah bagusnya.

"Mungkin mulai sekarang aku berfikir lagi deh, pa. Anak mama itu aku atau perempuan yang aku bawa tadi" mereka pun tertawa bersamaan karna perkataan Arga tadi.

Saat sampai di parkiran, Arga mengerutkan kening melihat mamanya dan Galuh yang masih berdiri diluar. Sedangkan Om Dinata sibuk memasukkan koper dan barang bawaan lainnya ke jog belakang.

"Kenapa nggak masuk mobil?"

"Emang mama sama papa udah boleh masuk mobil kamu ini?" goda tante Lisa. Dulu, sebelum ada Galuh, Arga tidak pernah membiarkan siapapun masuk ke porche nya ini karna menurutnya cewek itu suka kotor dan kalau bawa cemilan juga makannya belepotan. Jadi dia takut mobilnya jadi kotor dan banyak sampah. Dia pun jarang membawakan mobil ini, karna dia hanya membawanya saat saat tertentu saja. Jadi kalau mercedez papanya dirumah, ia memakai mobil papanya. Kadang Om Dinata suka kesal karna mobilnya sering dicuri pakai sama anaknya ini.

"Apaan sih mama. Yaudah masuk" Arga hanya menyahuti malas. Tante Lisa terkekeh dan langsung mengambil duduk dikursi belakang bersama Galuh. Sedangkan Arga duduk didepan dengan papanya. Namun yang menyetir tetap Arga karna Arga kasihan melihat papanya kecapekan. Anak yang berbakti bukan? Itu hanya alibinya saja sebenarnya karna ia tidak mau mobilnya dikendarai orang selain dirinya.

•°°°•

Bintang satu persatu menampakkan dirinya, ikut membantu sang rembulan menghiasi langit cerah malam itu.

Tanpa ditemani adiknya, Ray duduk ditaman belakang sambil menikmati sepoi sepoi angin malam yang menerpanya. Bersama dengan ayahnya membicarakan usaha perhotelan keluarga mereka.

"Ray, lusa kamu ikut ayah ya. Besok ada meeting penting dan sepertinya mulai sekarang kamu harus turun langsung dan mengenal para kolega"

"Lusa yah?" tanya Ray sekali lagi. Ia memang tidak pernah menolak untuk menggantikan posisi ayahnya, namun ia tidak pernah menyangka akan secepat ini. Lagipun, lusa ada pertandingan basket dengan tim kampus lain.

"Iya, kamu tidak mau?"

"Bukan Ray nggak mau, yah. Ray lusa ada pertandingan basket. Nggak bisa diundur meetingnya yah?" bagaimanapun, om Brotoasmoro tidak pernah memaksakan kehendaknya sendiri pada orang lain. Ia bukan orang pemaksa.

"Lalu, kapan ada waktu luang kamu?"

"Sampai sekarang sih selain lusa Ray luang terus yah" ayahnya hanya mengangguk.

"Rabu besok, okay?" Ray mengacungkan ibu jarinya ke udara memberi persetujuan pada ucapan ayahnya.

Lalu tak lama tante Lia menghampiri mereka dengan sebuah nampan berisi minuman dan kue cemilan.

"Mama dataaaang" tante Lia meletakkan tiga gelas orang juice keatas meja didepan mereka beserta dengan kue kering buatannya siang tadi.

"Lagi bicarain apa sih ayah sama abang?" tanya mama ketika sudah duduk di tengah tengah kedua pria kesayangannya.

"Ini ayah mau ngajak Ray meeting, tapi malah nggak bisa" sahut ayah sembari meneguk orange juice buatan istrinya.

"Loh, kenapa nggak bisa bang?"

"Sebenernya pengen ikut sih, Bun. Tapi hari meeting ayah bertepatan sama hari aku tanding basket" Bunda hanya menggut manggut mendengar penjelasan anaknya.

"Ya sudah, kan belajar nya nggak mesti sekarang. Bisa besok besok. Lagian kalau abang main basket, lebih keliatan kece daripada duduk dibelakang kursi meeting ya nggak bang?" sahut bunda. Ray terkekeh sedangkan ayah mencibir.

"Ya gitu, nggak pernah belain ayah. Bunda belain Ray terus sementang ayah nggak ganteng lagi" ah, ayahnya ini memang tidak pernah kehilangan jiwa mudanya bahkan sampai usianya yang sudah lebih dari dua kali usia Ray.

"Ya iyalah. Sekarang kan bunda udah punya ayah versi muda, ngapain milih yang tua" Ray terkekeh saja melihat ayah dan bundanya yang semakin hari semakin romantis walau dengan cara yang berbeda. Apa ia nanti bisa seperti mereka? Bahagia dengan pasangan dan keturunan mereka sampai tua? Ngomongin pasangan, ia saja belum pernah memikirkan hal itu. Benar kata ayah, ia sudah kecolongan oleh adiknya yang sepertinya akan melangkahi dirinya.

Setelah berpamitan, Ray melangkahkan kakinya masuk kedalam. Membiarkan dua orang paruh baya itu bernostalgia. Dan tentang adiknya, ia tidak perlu khawatir lagi dan harus menyuruh bodyguard terbaiknya mengikuti dan mengawasi adik kecilnya. Ray yakin, Arga tidak akan membiarkan perempuan nakal itu bersedih. Ia sudah bahagia sekarang, cukup bahagia. Bukankah bahagia itu sederhana? Sesederhana kau melihat orang yang kau sayang tertawa bersamamu.

•°°°•

Maaf sebesar besarnya deh ya buat readers, telaat banget updatenya.  Ini laptop aku ada masalah jadi semuanya hilang deh😭
Dan vomment tolong ya. Suka miris liat silent reader. Rasanya nggak dihargai jari aku yang capek ngetik ini.
*Rarakokmaksa:D

Happy reading:)

Belenggu Cinta Galuh (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang