Dengan tergesa-gesa Arga menyusuri lorong rumah sakit, hingga ia berhenti didepan sebuah pintu. Kamar Galuh. Perlahan ia memutar knopnya, takut jika sampai Galuh terbangun. Dilihatnya wajah damai Galuh yang masih tertidur. Arga pun duduk dikursi disamping bangkar Galuh. Lalu menggenggam tangan Galuh yang bebas infus.
"Galuh, kamu cepat sembuh ya. Kamu nggak mau kan liat kakak kamu, bunda kamu, ayah kamu khawatir? Makanya cepat bangun" Walaupun Arga tau Galuh tidak akan menjawab semua yang dikatakannya, ia tetap terus berbicara. Ia hanya merasa, Galuh mendengarnya.
"Kamu tau nggak betapa aku khawatir liat kamu yang pucat banget, tangan kamu, kaki kamu, semua dingin banget. Aku takut nggak bisa liat kamu lagi"
Dan tanpa Arga sadari, Galuh sebenarnya sudah terbangun sejak Arga memasuki ruangannya. Namun ia mengurungkan niatnya karna ingin tau apa yang akan dilakukan Arga.
Ada gelenjar aneh saat Arga mencoba menggenggam tangannya. Ia seperti kembali memiliki perasaan yang sudah lama tidak ia rasakan. Nyaman, salah satunya.
"Kamu tau nggak sih Luh kalau kamu wanita yang pertama kali bisa bikin aku khawatir selain mama aku?" ujar Arga. Setelah itu hening, Arga hanya menyelipkan rambut Galuh yang berantakan dibelakang telinganya. Namun sekali lagi, Galuh merasakan candu diperlakukan seperti ini oleh Arga. Apa ia mulai menyukai Arga? Entahlah, rasanya ia belum bisa menafsirkan perasaannya.
Tok tok tok
Arga menolehkan kepalanya kearah pintu. Ternyata itu adalah Keyla, Frans, dan Ray. Memang sejak saat Galuh dirumah sakit, yang menjenguknya hanya Ray, Frans, Keyla, Arga, bundanya, dan Mr. Brotoasmoro ayahnya, mengingat tidak ada yang berteman dengannya di kampus.
"Gimana Ga? Adik gue udah sadar?" tanya Ray. Arga hanya menggeleng lemah.
Galuh yang sebenarnya dari tadi sudah sadar, memberanikan membuka matanya. Perlahan, ia menyesuaikan cahaya dari sinar matahari yang masuk melalui celah jendela kamar rawatnya yang menyilaukan kornea gadis itu.
"Arga" ujarnya lirih.
"Galuh!" Arga menolehkan lagi wajahnya pada Galuh. Nampak wajah Galuh yang masih sangat lemah. Wajahnya pucat. Namun bibirnya yang merah natural mengurangi pucatnya wajahnya itu. Mendengar Galuh bersuara, Ray dan yang lain pun menghampiri.
"Dek kamu udah sadar?" Ray mengusap usap sayang kepala adiknya itu. Arga mengambilkan air putih yang ada diatas nakas di samping ranjang Galuh.
"Minum dulu, ya?" ujarnya. Galuh mengangguk. Ray pun membantu agar adiknya itu bisa duduk.
"Ya ampun, Ta. Lo itu pintar banget ya buat orang khawatir. Lagian hobby banget sih dikamar mandi. Untung lo nggak ditarik sama hantu kamar mandi, Ta" Frans hanya geleng geleng kepala melihat kekasihnya itu mengoceh. Bahkan dalam keadaan seperti ini sempat sempatnya ia memarahi Galuh.
"Aku udah bikin kalian cemas ya? Maaf"
*****
Setelah satu minggu dirawat, akhirnya Galuh diperbolehkan kembali kerumah walaupun dia masih harus mengecek kesehatannya dua hari sekali.
Pagi ini ia bersiap untuk mulai kuliah lagi. Namun tidak akan berpura pura culun lagi. Arga sudah melarangnya karna ia takut Galuh akan dibully lagi. Bahkan Ray sudah mengumumkan jika ada yang berani menyakiti adiknya akan dikeluarkan dari kampus. Tentu semua orang terkejut mendengar penuturan Ray. Selama ini mereka tidak tau jika Galuh adalah adik kandung Ray, salah satu cassanova kampus mereka.
Galuh memoleskan tipis lip gloss di bibirnya. Setelah dirasanya selesai merias wajahnya, ia segera melangkahkan kakinya menuju ruang makan.
"Pagi bun, yah" sapanya pada semua. Hari ini memang om Brotoasmoro sedang dirumah karna urusan perusahaan sudah selesai.
![](https://img.wattpad.com/cover/90879897-288-k286078.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Belenggu Cinta Galuh (Complete)
Romantizm-Completed- Arga Dinata, seorang kapten tim basket disalah satu kampus dengan segala kelebihannya membuat ia sebagai incaran nomor satu dikalangan kaum hawa. Bagaimana tidak, selain smart Arga juga memiliki tubuh atletis yang membuat siapapun yang m...