Part 14

753 24 0
                                    

Laura Pov

Aku membuka mata, aku melihat langit kamar putih. Ruangan putih, aku ada dimana, daniel. Dia tertidur di sofa sudut kamar. Aku dimana?

Kreeekk

Seorang perawat masuk. "selamat pagi" senyum nya

"akhrinya anda telah bangun, anda pingsan seharian kekasih anda sudah begitu khawatir bagaimana jika anda melahirkan"perawat itu senyam senyum.

Kekasih?. Siapa kekasihku?.

"Lihat dia baru saja tidur sejam yang lalu saat saya kemari. Anda sangat beruntung memiliki kekasih seperti dia" perawat yang aku yakin usianya seumur mama ini, terlihat genit sekali. Daniel, sejak kapan dia kekasih ku, dia itu suami orang.

Setelah memeriksa tekanan darah ku dan mengisi ulang cairan infus, dia langsung keluar.

Tapi aku tidak menyukai kalimat terakhir dia sebelum keluar.

Kekasih anda sangat mencintai anda, dia tidak pernah pergi dari sisi anda.

Menyebalkan.

Aku kaget saat melihat tubuh daniel bergerak, aku pura-pura tidur.

Aku berusaha bersikap tenang.

Aku merasa seseorang berjalan kearah ku. Sentuhan ini, apa daniel yang menggenggam tanganku.

"Bangunlah Laura, jangan seperti ini. Kenapa kamu lama sekali bangunya?" suara daniel terdengar parau, mungkin dampak dia baru bangun tidur.

"Aku sedih dengan kepergian alm. Om Papa tapi aku semakin sedih melihatmu seperti ini"

Papa, entah kenapa aku sedih mendengarnya, Om Papa panggilan spesial daniel untuk papa ku. Hatiku semakin sakit, aku sudah kehilangan daniel, sahabatku dan sekarang aku kehilangan Papa. Aku berusaha menahan airmataku.

"Kamu tahu tak sehari pun ku habiskan tanpa mengetahui kabarmu, sampai aku seperti ayah yang begitu posesif terhadap putrinya, sampai aku harus mengirim mata-mata untuk menjagamu" terdengar tawanya. "aku rindu Laura-ku"

Aku juga rindu kamu Dan

"Maafkan aku, telah menyakitimu, aku sayang kamu Laura.."

Sayang sebagai sahabat Dan, aku tidak butuh itu

"Bangunlah, tidak hanya demi aku tapi juga Mama Laura. Mama kamu membutuhkam kamu, dan Adik kamu juga"

Ini benar-benar menggores hatiku, kenapa aku sibuk dengan kesedihan aku yg ditinggal Papa tanpa memikirkan perasaan Mama dan adikku.

Kringg kringg

Bunyi telephone

Krekkk

Aku seakan mendengar pintu terbuka dan tertutup.

Aku membuka mata ku berlahan.

Aku tidak melihat sosok Daniel, mungkin dia keluar.

Aku segera menuju kamar mandi, aku harus pulang. Aku harus menjadi penguat Mama dan adik ku.

Beberapa menit kemudian.

"Kamu mau kemana?" aku mengenal suara ini, tapi aku tetap diam. Aku memasang jaket ku.

"Laura, kamu lagi sakit" Tangan kekar menahan tanganku.

"Lepaskan" bentak ku

Dia memejam matanya menarik nafas "Aku sedang tidak ingin bertengkar. Beristirahatlah sebentar kamu sudah pingsan dalam jangka waktu yang lama." jelasnya tenang

"aku harus pulang, karena sudah terlalu meninggalkan keluargaku" jelas ku memasang kacamata hitamku.

"Tapii..."

"kamu lupa saat ini, aku adalah kepala keluarga ku sejak papa ku..." aku tidak dapat melanjutkan kata-kata yang aku tidak bisa menerimanya

"baiklah, biar aku mengantarmu pulang"

"Heyyy aap yang kau lakukan"Daniel menggendong ku dengan ala bridal

"Diam atau kamu ku cium" ucapnya, menyebalkan. Aku langsung menutup mulutku.

Lihatkan dia tersenyum senang, jika aja aku tidak lemas aku pasti ogah di gendong ala alay ini.

Aku benci menjadi fokus perhatian, sepanjang koridor rumah sakit semua mata tertuju pada kami, lebih tepatnya pada ku.

Daniel memang menyebalkan.

Sekarang kami sudah ada di dalam mobil, aku mengalihkan pandangan ku keluar jendela.

"Aku lebih baik dari pemandangan luar, yang hanya jalan dan kendaraan" ucapnya.

Apaan sih, aku hanya diam membisu.

"Besok tidak perlu masuk kantor." perintahnya

"Aku enggak mau, pekerjaan ku banyak"

"Kamu harus mendengarkan aku La" ucapnya dengan nada yang di tekan.

"Aku enggak mau, kamu bukan siapa-siapaku, pacar bukan, kakak bukan, sahabat juga bukan" aku berbicara sambil melihat keluar.

Diam, tidak ada sahutan

Apa perkataan ku menyakitkan mungkin sahabat juga bukan menyadarkannya bahwa kami saat ini berbeda.

"Aku memang bukan pacar dan sahabat kamu La, tapi aku adalah calon suami kamu"

APA??

"Kamu gila, kamu kira aku mau jadi istri kedua, kalau kamu mau memperbanyak istri, cari saja wanita sinting yang mau menjadi istrimu" marah ku, ide dari mana dia akan jadi suami ku. Walau dulunya aku memimpikan dia akan menjadi suami dan ayah anak ku kelak, tapi sampai kapan pun aku tidak mau menjadi madu dalam pernikahan.

"Kamu memang akan menjadi istri ke dua ku La, tapi istri ku cuma kamu, tidak ada yang lain. Dan aku bukan mau memperbanyak istri"

Lihat raut wajahnya telihat biasa saja mengatakannya tungu, istri ke dua tapi istri cuma aku? Maksudnya?

"Enggak, pokoknya aku enggak mau, aku udah punya kekasih, dan aku hanya akan menikah dengannya" Tegas ku

"Cukup La, harusnya kamu menghargai keputusan ini, ini keinginan Alm. Papa kamu." Wajahnya terlihat mengeras, berubah menjadi lebih menyeramkan.

Aku terdiam

"Bersikap lah lebih dewasa, jika kamu ingin perusahaan papa kamu tidak beralih ke orang lain, kamu harus menikah dengan ku" Tegasnya nada bicaranya juga meninggi.

Aku hanya diam sepanjang perjalanan.

"Sudah sampai, besok jangan ke kantor berisirahatlah dirumah. Besok malam pengacara Alm. Papa akan datang. Keluarga ku dan keluarga mu akan berkumpul besok malam" dia melepaskan safetybealtku.

Aku diam dan membuka pintu.

Badan ku di tahan.

Cup. Aku merasa sensasi yang berbeda.

"Jangan terlalu di pikirkan. Tidur lah, dan mimpi indah." bisiknya.

Aku hanya diam dan berjalan menuju rumah.

Apa yang terjadi? Apa ini hanya kebohongan belaka? Kenapa papa meminta ku menikahi Daniel yang notabenenya adalah suami orang? Jika daniel masih sendiri aku mungkin dengan senang hati menerimanya tapi ini.....

I Love You, My BFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang