My Casper

2. She is the ghost

Niall.... Nama yang indah. Nama yang entah mengapa bagiku sangat indah. Namun, setelah Niall menyadari kalau aku tidak punya bayangan, senyumnya tiba-tiba hilang. Dia diam dan mentapku... entah bingung atau takut.  Aku tidak bisa mejelaskan apa pun, makanya aku hanya tersenyum, berharap dia tidak pergi menjauh.

Aku tidak ingin menakuti-nakuti manusia. Aku tidak sejahat The Red Lady di dalam kisah itu.  Aku bukan dia, aku adalah aku.

Aku Victoria... sepenggam nama yang baru saja aku ingat.

Tapi nyatanya, saat ini aku belum bisa mengontrol ragaku yang tiba-tiba saja menjadi begini. Mendadak jadi bisa ditembus dan pasti menyeramkan kalau dilihat. Niall berdiri dari duduknya, berbalik lalu berlari pergi dengan raut ketakutan.

Aku bisa saja membiarkannya pergi dan menikmati kebebasanku dari rumah terkutuk itu. Namun ada sesuatu yang membuatku ingin mengejarnya. Sesuatu dari dalam diriku.

Dari sekian banyak manusia, dia adalah orang yang membuka pintu untukku. Selama ini ternyata dia yang menjadi penyelamatku. Apakah ini yang namanya takdir?

"Niall..." Aku berlari mengikutinya dan kupanggil-panggil namanya, tapi menyebalkan sekali dia tidak bisa melihat dan mendengarku lagi.

Aku sudah mengguyur badanku dengan air dingin di shower tadi, aku juga sempat berendam air hangat di bath up sambil mendengarkan lagu. Semua kulakukan untuk mengembalikan kesadaran dan ketenanganku kembali. Bahkan satu jam tidur pun rasanya begitu membantuku lebih fresh dan tidak lagi berhalusinasi yang aneh-aneh.