TWO

276 15 4
                                    

Author POV

"Qill lo ga nangis semaleman kan?"
Tanya Ai.

"Ngga kok, tenang aja"
Qilla tersenyum tenang.

Itulah percakapan pertama mereka pagi ini. Qilla hanya bisa mengeluh dalam hati, mengapa ia diingatkan lagi tentang hal itu, padahal ia sudah melupakannya.

*KRING*

Bel masuk berbunyi, diiringi dengan langkah sepatu heels khas Bu Imas. Namun Bu Imas tidak datang sendirian. Ia datang bersama seorang lelaki yang sepertinya anak baru.

Dan saat itu juga Ai membelalakkan matanya.

"Lo kenal dia?"
Tanya Qilla.

"Kenal. Oh iya gue belum cerita ke elo ya. Jadi-

Hari ini Ai datang lebih pagi dari biasanya. Sekolah masih sepi karena sekarang masih pukul 06.05

Ai mengedarkan pandangan ke sekitar. Terasa sedikit seram sekarang, karena ia benar-benar sendiri. Hingga ia menangkap sosok tinggi berdiri di depan ruang kepsek.

Ai memutuskan menghampiri orang tersebut.

"Hei lo, ada apa? Lo ngapain dari tadi mondar mandir? Lo anak baru? Kok gue ga pernah ngeliat lo ya" Tanya Ai pada cowok di depannya.

"Eh hai juga. Iya gue anak baru. Gue Prasetya Wahyu Ramadhan. Panggil aja Prasetya. Lo siapa?" Tanya dia.

"Wow! Nama kita mirip lho. Gue Tarisya Maulina Wahyu Prasetya. Lo bisa panggil gue Ai." Jawab Ai.

"Iya juga ya. Jangan-jangan kita jodoh?" Jawab dia sambil tertawa.

"Hahaha anjir bisa aja lo".

"Btw lo ngapain dari tadi mondar mandir?"
Tanya Ai.

" Gue lagi nyari ruang kepsek. Kalau menurut denah yang dikasih kemarin sih ruang kepseknya disini dan ada tulisan 'Headmaster's room' nya. Tapi ini ga ada." Jawab dia polos.

Mendengar jawabannya yang kelewat polos Ai langsung tertawa.

"Hahahaha gue ngakak anjir. Nih ya, ini tuh bener ruang kepsek. Tulisan 'Headmaster's room' nya emang lagi ga ada. Lagi rusak gara-gara kena bola kemaren. Lagian lo polos banget sih." Kata Ai sambil tertawa. Dia pun ikut tertawa.

"Ekhem" Mereka berhenti tertawa. Ternyata itu Pak Kepsek yang baru saja sampai.

"Eh bapak, baru sampai pak?" Tanya Ai sambil menyalaminya.

"Iya" Jawabnya singkat lengkap dengan senyum ramahnya.

"Berarti dia dong yang bakal tampil bareng lo di pekan seni?"
Tanya Qilla.

Ai menepuk dahinya.

"Oh iya, gue baru inget kalau gue tampil bareng Prasetya"

Prasetya yang sedari tadi sudah duduk di bangku belakang mendengar jika namanya disebut-sebut.

"Ada apa? Kok nama gue disebut-sebut?"
Tanya Prasetya.

Qilla dan Ai kompak menghadap belakang.

"Lo? Sejak kapan lo disini?"
Tanya Qilla tanpa basa basi.

"Ya dari tadi lah, kenapa?"

"Kenapa lo duduk disini? Kenapa gak di sebelah sana?"
Qilla menunjuk bangku di barisan lain yang memang masih kosong.

"Gue mau nya disini. Emang ada yang nempatin?"
Tanya Prasetya.

"Ya gak ada tapi-"

"Hei Pra, inget gue kan?"
Ai langsung memotong pembicaraan mereka.

"Oh Ai, inget kok"
Prasetya tersenyum ramah.

"Kenalin Pra, ini Qilla. Qilla, ini Prasetya"

"Udah tau"
Jawab Qilla singkat.

Prasetya hanya menunjukkan ekspresi yang seolah berkata -sewot amat-

"Maafin Qilla ya Pra, dia emang gitu kadang"
Ucap Ai dengan nada tidak enak.

"Santai. Oh iya lo panggil gue apa tadi?"

"Pra, salah ya?"

"Hmm menarik"

"Ngga salah kan?"

"Oh gak kok. Lo orang pertama yang manggil gue gitu. It's ok." Jawab Pra.

Setelah itu guru yang mengajar masuk ke kelas dan kegiatan belajar mengajar berjalan seperti biasa.

Setelah 4 jam pelajaran, bel istirahat berbunyi. Semua murid bersorak gembira.

Setelah merapikan alat tulis, Ai mengajak Qilla untuk pergi ke kantin.

"Ekhem. Gue ga diajak ni?" Tanya Pra.

"E-eh gak gitu. Gue kira lo ga mau ke kantin bareng kita." Jawab Ai gugup.

"Iya. Siapa tau lo mau pergi ke kantin bareng anak-anak cowok yang lain." Jawab Qilla yang terlihat lebih tenang dari Ai.

"Siapa bilang. Gue mau kok ke kantin bareng kalian. Lagipula kalian teman pertama gue disini. Ayo." Kata Pra sambil menggandeng tangan mereka berdua.

Ai dan Qilla langsung terkesiap saat Pra menggandeng mereka.

"O-oh y-ya udah yuk ke kantin." Kata Ai gugup.

Qilla merasa heran dengan sikap Ai yang tiba-tiba menjadi sangat gugup. Ia tidak pernah seperti ini sebelumnya.

•••

Broken Girls Meet PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang