Author POV
Hari Senin kembali. Upacara pun kembali dilakukan. Seperti biasa kepala sekolah memberikan amanatnya. Kepala sekolah kembali mengingatkan tentang pekan seni agara para murid dapat mempersiapkan dengan matang.
Semua mengikuti upacara dengan fokus dan khidmat.
Namun tidak dengan seorang wanita yang berada di barisan tengah bersama sahabatnya, Ai.
Tubuh Ai memang ada disini sekarang namun tidak dengan hati dan pikirannya. Pikiran Ai melayang pada kejadian tadi pagi dimana Prasetya bersikap berbeda dari biasanya.
Prasetya menjadi lebih irit bicara padanya.
Itu aneh bukan? Padahal kemarin-kemarin Prasetya sangat gencar mendekati nya.
Begitu pikir Ai.'Apa dia marah sama yang kemarin?'
Batin Ai.Tanpa Ai sadari ia telah melamun. Bahkan saat aba-aba penghormatan umum kepada pembina upacara yang menandakan upacara akan selesai, Ai tidak hormat. Ia terlalu sibuk dengan pikirannya.
Qilla memutuskan untuk bertanya.
"Ai lo kenapa sih? Dari tadi lo itu ngelamun padahal ada informasi penting tau."Ai tidak merespon.
Sekarang barisan sudah dibubarkan.
"AI LO DENGER GA SIH?"
Teriak Qilla sambil menggoncangkan tubuh Ai."Eh iya apaan?"
Ai mengerjapkan matanya dan melihat ke sekelilingnya."Loh sejak kapan upacara selesai?"
Tanya Ai heran."Upacara baru aja selesai. Dan kenapa lo ngelamun?"
"Ntar gue cerita tapi sekarang kita ke kelas dulu aja udah sepi ini."
"Ya udah ayo."
Qilla dan Ai berjalan bersisian."Qill lo ngerasa gak sih kalau Prasetya ngejauh? Maksud gue dia jadi lebih irit ngomong gitu ke gue. Apa dia marah soal kemarin?"
Ai membuka pembicaraan."Ha? Masa sih. Gue ngerasa B aja tuh."
Sifat cuek Qilla muncul."Aduh Qill lo ini. Lo gak nyadar apa?"
"Nggak. Coba jelasin."
"Jadi dia itu lebih irit ngomong sama gue. Tadi pagi dia gak nyapa gue, dia cuma senyum. Tapi tadi pas topi gue nyangkut sama resleting tas dia ngebantuin gue tanpa gue minta. Nah kan gue bingung jadinya."
"Menurut gue dia masih suka sama lo. Tapi kenapa dia jadi irit ngomong gue gak tau deh."
"Hmm menurut lo gue harus buka hati gue atau gimana?"
"Lo buka aja dulu tapi jangan sampai jatuh terlalu dalam dulu ya."
Qilla menepuk pundak Ai."Ok Qill gue coba saran lo."
Mereka sampai di kelas.
Tatapan Ai dan Prasetya sempat bertemu selama beberapa detik.
Hal ini membawa dampak yang luar biasa bagi Ai. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Dan saat Prasetya tersenyum Ai merasa ada ribuan kupu-kupu beterbagan di perutnya.
Namun Prasetya merasakan hal yang berbeda. Ia tidak merasa seperti itu. Ia merasa biasa saja. Jantung nya memang sempat berdetak lebih cepat, namun itu tidak berlangsung lama, hanya beberapa detik.
Jujur Prasetya bingung. Bagaimana perasaannya pada Ai. Apakah ia harus tetap mengejarnya atau melepaskannya? Apakah perasaannya pada Ai hanya perasaan sesaat? Kenapa jantungnya tidak berdetak lebih hebat lagi? Kenapa hanya seperti itu? Kenapa sebagian dirinya merasa biasa saja? Apakah perasaannya pada Ai hanya perasaan sesaat?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut berkeliaran di pikiran Prasetya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Girls Meet Playboy
Teen FictionKarena pada dasarnya, gue yang terlalu bodoh. Kenapa gue bisa dengan mudahnya sayang sama lo, tanpa pernah lo ngelirik perasaan gue. Lo sayang dia, kan? Dan, gue cuma bisa nunggu lo kembali. Meskipun, lo gak akan mungkin kembali. -Ai Karena lo pusa...