FIFTEEN.

119 3 0
                                    

Author POV

"Apa? Ap-apa maksud kamu?"
Seorang gadis berusia 16 tahun dengan rambut panjang yang lurus dan indah tampak baru saja berdiri dari ayunan yang sesari tadi ia naiki.

"Bagaimana kamu bisa semudah itu menaruh hati pada seorang pria?"

"Siapa kamu?"
Gadis itu bertanya dengan nada yang lemah.

"Bagaimana bisa kamu mengulangi kesalahan yang sama?"

"Aku tanya, siapa kamu?!"
Suara gadis itu meninggi.

"Bagaimana jika pria yang sedang kamu cintai meninggalkan kamu lagi dan lebih memilih masa lalunya, sama seperti sebelumnya"

"Cukup! Siapa kamu?! Berani sekali kamu berkata begitu"
Tangan gadis itu terkepal dan wajahnya sudah memerah.

"Hapus perasaanmu sebelum semua terulang kembali"

Ai membuka matanya.

Ia menyeka keringat di wajahnya.

Mimpi itu lagi. Ntah sudah berapa kali ia bermimpi seperti itu. Dan sudah berkali-kali juga ia terbangun karena mimpi itu.

"Dia siapa sih? Kenapa gue sering mimpiin dia? Dan kenapa dia ngomong hal-hal yang gak masuk akal?"

Ai berbicara sendiri. Ia sedikit takut sekarang.

Ia tidak tahu harus bagaimana lagi untuk menenangkan diri.

Setelah pulang dari rumah Prasetya ia kembali merasa retak.

Sudah sangat jelas ia ditolak oleh keluarga Prasetya.

Seketika bisikan Winda kembali terngiang di kepalanya.

"Tolong jauhi Prasetya. Ia akan segera bertunangan. Tunangannya akan kembali beberapa hari lagi. Kalian tidak akan bisa bersama. Dan kamu pasti akan ditinggalkan nantinya"

Ingatan itu membuat air mata Ai jatuh.

"Seharusnya gue dengerin mimpi aneh itu. Seharusnya, gue ngikutin firasat gue dan gak dateng ke rumah Prasetya"

Ai menenggelamkan kepalanya di tangannya sambil memeluk dirinya sendiri.

Jika saja ia mengikuti firasatnya yang memang membuat ia gelisah seoanjang perjalanan menuju rumah Prasetya, ia tidak harus merasakan keretakan lagi.

"Bagaimana jika pria yang sedang kamu cintai meninggalkan kamu lagi dan lebih memilih masa lalunya, sama seperti sebelumnya"

Ucapan orang di mimpinya kembali memasuki pikirannya.

"Sama seperti sebelumnya?"
Ai berbisik lemah.

"Kak Haikall mau itu"
Ai menunjuk sekumpulan gelang tali yang terpajang.

"Mau aja apa mau banget?"

"Kakkk"
Ai mencebikkan bibirnya.

"Yaudah tunggu disini, jangan kemana-mana"
Haikal mencubit hidung Ai.

"Iya pacar bawel"

Haikal hanya tertawa mendengar panggilan Ai untuknya.

Ya, Haikal memang bawel pada Ai. Ia terlalu protektif(?)

Haikal mendatangi stan yang menjual gelang tali yang Ai inginkan.

"Mbak saya beli dua ya, yang merah satu sama yang pink satu"

Broken Girls Meet PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang