TEN

120 7 0
                                    

Author POV

Saat Ai dan Pra sampai di kelas keadaan kelas sudah kacau. Bangku berserakan dimana-mana, para penghuninya pun sudah berpindah tempat. Ada yang duduk di lantai, duduk di atas meja, di pojokan belakang, di depan kelas. Semua kacau.

Dan satu hal yang membuat kelas mereka keren. Mereka tetap tenang dan sunyi. Walau mereka berkeliaran, bergosip, bermain, atau menonton film, mereka akan mengecilkan suara mereka.

Tidak akan terdengar sedikit kebisingan pun dari kelas mereka. Itu lah kesepakatan mereka sejak awal. Mengapa begitu? Karena kelas mereka adalah kelas unggulan, murid-muridnya memang pintar dan berotak encer. Tapi mereka tetaplah remaja seperti yang lainnya. Jika ada free class maka mereka akan memanfaatkannya dengan 'baik'. Hehe. Tapi mereka tetap harus menjaga nama baik kelas mereka. Terjadilah kesepakatan tersebut.

Sejenak Ai mencari keberadaan Qilla, hingga ia menemukan Qilla sedang duduk di pojokan depan kelas dengan earphone di telinganya dan jaket yang menutupi tubuhnya.

Ai melangkahkan kakinya ke tempat Qilla. Pra yang bingung kemana ia akan pergi hanya mengikuti langkah Ai.

"Qill lo tidur?"
Ai berjongkok di samping Qilla sambil menepuk bahu Qilla.

Qilla menggeliat.

"Ya ampun lo ngapain tidur disini? Ada meja padahal. Atau gak lo kan bisa ke UKS."
Ai duduk di samping Qilla. Sedangkan Pra masih berdiri di depan mereka berdua.

"Eh Ai lo kemana aja sih? Kan gue jadi sendirian, jomblo, kuota gua abis, nyambung wifi gak bisa. Pokoknya gue marah sama lo"
Qilla menyilangkan tangan di dadanya dan mencebikkan bibirnya. Ngambek.

"Geli najis Qill. Sok-sok an ngambek. Geli sumpah. Perasaan lo gak pernah ngambek deh. Kan biasanya lo bijak gitu. Jangan-jangan ini bukan lo"
Ai duduk menjauh dari Qilla.

"Anjir lo Ai. Ini gue. Kan sekali-kali gitu gue ngambek. Emang gak boleh?!"
Jawab Qilla ketus.

"Ya elah, iya deh iya"
Ai kembali duduk di samping Qilla.

"Jadi mau dibeliin apa ni biar gak ngambek lagi? Es krim mau ga?"
Ai memegang kedua tangan Qilla.

Mata Qilla berbinar.

"SERIUSS?!! AAAA MAUUUU!"
Teriak Qilla.

Hening.

Satu kelas melihat ke arah Qilla dengan tatapan yang tak dapat diartikan. Hingga...

"Qillaaa lo berisik sumpaahhh"

"Iya anjir kalau ketauan gimana?!!"

"Qilla. Lo. Berisik."

"Buset dah biasanya kalem tiba-tiba teriak. Lo sehat?"

"Kalau lo teriak lagi gue gak segan-segan buat numbalin lo ke guru BK"

Qilla hanya cengengesan dan meminta maaf kepada mereka semua.

Sedangkan Ai dan Pra hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Lo sih kalau denger es krim langsung begitu"
Ai berdiri.

"Ya maaf kan gue seneng. Tapi bener kan?"
Qilla meraih tangan Ai yang mencoba membantunya untuk berdiri.

"Iya jadi. Nanti kalau kita hangout lagi dan lo gak kesiangan LAGI"
Ucap Ai dengan menekankan kata terakhirnya.

Qilla hanya nyengir.

"Iya iya. Eh tunggu. Dari tadi elo disini Pras?"
Qilla menghadap ke Prasetya.

"Iya"
Jawab Prasetya singkat.

"Wait gue jadi inget pertanyaan terbesar gue. Tadi lo berdua kemana?"
Qilla menunjuk mereka berdua bergantian.

Ai langsung blushing.

"Tadi kita latihan di rooftop. Kita nyanyi lagu All of Me nya John Legend. Dan tadi Ai blushing berkali-kali"

Qilla membelalakkan matanya.
Bagaimana bisa pria ini menjawab pertanyaannya seenteng itu. Begitu pikirnya.

Sedangkan Ai? Ia makin blushing. Mukanya sudah seperti kepiting rebus sekarang.

"SER-"
Ai membekap mulut Qilla.

"Lo. Jangan. Teriak. Lagi."
Ujar Ai dengan tangan yang masih membekap mulut Qilla.

Qilla hanya menganggukkan kepalanya.

Ai melepas bekapannya.

"Ga pake dibekap kali Ai"
Ucap Qilla.

"Ya lagian mau gimana lagi? Daripada lo ditumbalin ke guru BK"

"Oh iya ya. Hehe. Makasih kalau gitu. Da bes dah kamu Ai"

"Tapi kalian serius dari rooftop?"
Qilla menghadap Prasetya.

"Yap dan-"

"Rooftop nya keren Qill sumpah langsung ngadep taman belakang dan belom ada 'hiasan' sedikitpun."
Ucap Ai memotong ucapan Qilla sambil berbisik.

"Wes mau dong kesana. Temenin yaya? Gue gak ada yang nemenin"
Qilla menampilkan puppy eyes nya.

"Makanya move on jangan stuck di dia. Dia aja udah deket sama 3 cewek. Dan elo? Masih nunggu dia disini. Mau sampe kapan?"
Ucap Ai.

"Entah lah Ai. Gue capek. Gue bingung"
Ucap Qilla murung.

"Ok. Gue ga tau masalah kalian apa. Tapi sebaiknya kita duduk sekarang. Karena bentar lagi Bu Imas bakal masuk"

"Ya lo bener. Ayo Qill"

•••

Saat bel istirahat berbunyi, Qilla memutuskan untuk pergi ke perpustakaan dan mengerjakan tugas disana. Karena kemarin ia tidak jadi meminjam buku dan tidak bisa mengerjakan tugasnya. Sedangkan tugas itu harus sudah selesai besok.

Terpaksa ia harus mengorbankan waktu istirahatnya untuk mengerjakan tugas. Ini semua karena Andika.

'Hah menyebalkan'
Batin Qilla.

Saat memasuki perpustakaan, Qilla langsung berjalan menghampiri rak biologi yang berada di bagian tengah perpustakaan.

Setelah mendapatkan buku yang ia cari, Qilla berjalan menuju sebuah bangku kosong di dekat jendela.

Qilla selalu suka tempat yang dekat dengan jendela.

"Ok gue punya 15 menit buat nyelesain ini"
Qilla mengeluarkan alat tulisnya dan membuka bukunya.

Setelah memasang earphone di telinganya, Qilla mulai membolak balikkan halaman buku.

"Mana sih ini"

"Nah akhirnya. Let's get start it"
Ucapnya menyemangati diri sendiri.

Qilla mulai mengerjakan tugasnya. Semua berjalan biasa saja hingga.

Buk.

Qilla meringis kesakitan. Ia baru saja terlempar oleh sebuah tipe ex.

"Siapa sih ini? Kurang kerjaan banget"

Qilla tidak berbohong. Ini benar-benar sakit. Dan itu tepat mengenai dahinya.

Qilla melihat ke sekitar. Mencari seseorang yang akan meminta maaf atas kejadian ini.

Qilla mendengus kesal saat tidak ada yang menghampirinya untuk meminta maaf.

Ia menutup bukunya dan merapikan alat tulisnya. Ia memutuskan untuk meminjam buku tersebut dan mengerjakannya di rumah.

Well Happy Reading ❤❤

Broken Girls Meet PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang