ONE

421 21 3
                                    

Author POV

"X1 IPA 2, sounds good"
Ucap Qilla.

Qilla melangkahkan kakinya menuju lantai 2, tempat dimana kelas XI dari XI IPA 1 sampai XI IPA 5 berada.

"Qilla, kita sekelas"
Teriak Ai sambil berjalan memeluk Qilla yang masih berdiri di depan pintu.

"Santai kali meluknya"
Qilla merasa sesak karena Ai memeluk terlalu erat.

Ai hanya terkekeh. Kemudian mereka berdua duduk di tempat duduk nomor 2 dari belakang.

"2 dari belakang? Seriously?"
Tanya Qilla dengan wajah tak suka.

"Gapapa Qill, sekali-kali. Lagian isinya kan anak pinter semua, ga mungkin begajul lah"
Bujuk Ai.

Qilla masih menunjukkan wajah yang sama selama beberapa detik, sampai akhirnya ia mengalah dan duduk di kursinya.

Saat bel berbunyi, mereka segera bersiap-siap menuju lapangan upacara.

Upacara berjalan cukup tertib selama 1 jam, amanat dari pembina lah yang sangat memakan waktu.

"Sumpah kepsek amanatnya lama banget anjir. Segala ngasih sambutan dulu, ucapan selamat kenaikan kelas dulu, dan apalah itu. Pegel kaki gue"
Ucap Ai sambil memijat kakinya saat sudah sampai di kelas.

"Yaelah, itu udah biasa kali. Namanya juga tahun ajaran baru"

"Ya tapi kan itu tebir banget. Ga pegel apa tiap tahun ajaran baru ngomong begitu"

Qilla hanya menggelengkan kepalanya.

Tidak lama kemudian, Bu Imas -wali kelas mereka- masuk ke kelas. Sama seperti kepsek, ia memberi sambutan dan memberi informasi tentang satu hal, pekan seni. Dimana mereka harus tampil di depan kelas masing-masing dalam jangka waktu 2 minggu sekali. Mereka bisa menyanyi, menari, dan lain sebagainya.

Semua mengambil undian untuk menentukan pasangan masing-masing, karena mereka akan tampil berpasangan disini.

Dan pada akhirnya, Qilla berpasangan dengan Indah dan Ai berpasangan dengan seorang anak baru.

"Tarisya kamu berpasangan dengan anak baru di kelas ini, sayang dia tidak dapat hadir hari ini karena masih berada di Bandung, jadi kamu latihan sendiri dulu, dan besok dia tinggal mengikuti".

Ai hanya mengiyakan ucapan Bu Imas.

Bu Imas memberitahu jika hari ini ia akan membebaskan anak-anak pada 2 jam pelajarannya agar mereka memiliki waktu untuk berlatih.

Semua bersorak senang. Daripada berkutat dengan rumus, lebih baik mereka berlatih. Walaupun pada 1 jam terakhir mereka harua tetap belajar.

Para murid sudah duduk bersama dengan pasangannya masing-masing. Qilla dengan Indah di barisan depan dan Ai duduk sendirian tepat di meja sebelah Qilla.

Ai sudah merencanakan untuk bernyanyi di pekan seni ini. Sedangkan Qilla dan Indah berencana bernyanyi sambil diiringi piano. Qilla lah yang memainkan piano tersebut.

Semua berjalan biasa-biasa saja. Sekolah, belajar, istirahat, dan pulang.

Baru di malam hari lah Qilla bisa mengecek handphone nya. Harinya berjalan cukup padat karena ia harus mengerjakan PR yang tidak sedikit.

Line menjadi pilihan pertamanya. Isinya seperti biasa, pesan dari grup, pesan dari Ai, dan tentu saja broadcast dari oa oa. Setelah membalas pesan di line, Qilla beralih ke instagram.

Saat sedang asyik meng scroll, tiba-tiba ia melihat sesuatu yang membuat ia terdiam di tempatnya dengan seribu pertanyaan.

Di sebuah foto yang diunggah oleh Keisya -teman sekelas Qilla saat kelas  X-. Keisya mengunggah fotonya bersama seseorang yang sangat ingin Qilla lupakan, Andika.

Keisya Widya Mine.

Qilla segera menutup aplikasi tersebut. Ia mematikan data selulernya dan mengaktifkan airplane mode di hp nya. Dia hanya sedang tidak ingin diganggu sekarang. Karena ia tahu jika Ai akan melihat foto tersebut dan menghubunginya sesegera mungkin.

Secepat itu kah?
Qilla membatin dengan wajah murung dan merenung beberapa saat.

Ia pun memutuskan bersiap-siap untuk segera tidur dan berusaha melupakan hal itu untuk sementara waktu. Karena ia tahu apa yang akan terjadi jika ia tidak melakukan hal itu, menangis semalaman. Dan Qilla sangat tidak ingin hal itu terjadi. Karena sudah cukup baginya menangis untuk lelaki itu.

Ntah apa yang akan terjadi esok hari jika Qilla berpas-pasan dengan Andika atau Keisya, atau mungkin keduanya. Apakah ia akan murung atau tersenyum tegar.

Qilla terkekeh memikirkan hal itu. Ia menertawai dirinya sendiri. Betapa menyedihkannya dia. Lelaki itu telah membuka lembaran baru bersama seorang wanita lain, sedangkan dia? Masih disini. Di ruang yang sama. Ruang yang selalu dimasuki di akhir. Ruang penyesalan.

•••

Hello🙋
So, this is the revision of part one.
Hope you guys like it, and give your vomment please😊
Enjoy the story❤

Broken Girls Meet PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang