FOUR

171 10 0
                                    

Author POV

Dan disinilah Prasetya sekarang. Di sebuah kafe yang buka hingga larut malam.

Prasetya berjalan masuk ke dalam kafe tersebut. Sejenak ia mengedarkan pandangannya untuk mencari sosok yang ingin ia temui.

Prasetya mendengus saat tau sosok tersebut belum tiba di sini.

Ia pun mencari meja kosong untuk ditempati. Pilihannya jatuh pada sebuah meja yang berada di sudut kafe dengan sebuah kaca besar yang menghadap langsung ke jalan raya yang ramai.

"Tempat yang sempurna buat ngomongin semuanya."
Begitu pikirnya.

Setelah duduk dan memesan secangkir kopi untuk menemaninya, orang yang ditunggu pun datang. Sosok perempuan berwajah asli indonesia, dengan rambut yang dicepol asal, dan make up tipis. Ia memakai kaos berwarna hitam dan ripped jeans berwarna putih, dilengkapi dengan sneaker berwarna putih.

"Lo darimana sih? Lama banget."
Tanya Prasetya.

"Ya elah Pras. Gue telat 10 menit doang. Lagian lo sih ngajak ketemuan malem-malem. Mana nyuruh gue nyari informasi dulu. Udah gitu harus malem ini lagi. Harusnya lo bersyukur udah gue bantuin dan gue udah bela-belain dateng ke sini."
Jawab perempuan tersebut dengan kesal.

"Iya deh Gita yang cantik dan baik hati. Maaf deh gue udah minta ketemuan mendadak dan marah-marah. Jadi gimana Ai. Berita apa yang lo dapet?"
Ucap Prasetya dengan muka yang dimaniskan-maniskan dan nada yang dilembut-lembutkan, membuat perempuan bernama Gita tersebut mendelik.

"Anjir Pras. Gue jijik sumpah." Ucap Gita.

Prasetya tertawa saat melihat ekspresi di wajah Gita yang sangat lucu. Ia pun menghentikan tawanya. Dan bertanya tentang tujuannya datang kesini.
"Apa yang lo dapet?"

"Ok. Gue dapet berita dari salah satu kenalan gue. Dan ini trusted. Kenalan gue ini salah satu teman Ai di SMP. Jadi dia tau sedikit banyak tentang Ai." Jelas Gita.

"Langsung ke intinya."
Ucap Prasetya tidak sabar.

"Jadi Ai pernah pacaran sekali waktu SMP. Dia pacaran sama kakak kelas nya. Namanya Haikal. Mereka pacaran saat Ai kelas 2 SMP dan Haikal kelas 3 SMP. Katanya Ai sayang banget sama Haikal. Begitupun sebaliknya. Mereka juga jadi salah satu bestcouple di sekolah mereka.

Tapi itu semua ga berlangsung lama. Saat bulan keenam mereka pacaran, tepat di saat hari jadi mereka, Haikal mutusin Ai. Dengan alasan Haikal udah nggak sayang lagi sama Ai. Ai terpukul banget saat itu. Bahkan dia gak masuk sekolah selama seminggu setelah Haikal mutusin dia.

Nah pas dia masuk dia malah dapat kenyataan yang lebih menyakitkan. Dia ngeliat kalau Haikal nembak Karin di lapangan. Karin ini temen seangkatan Haikal. Dan mereka juga pernah dikabarkan dekat saat Haikal kelas 2 SMP.

Setelah kejadian itu Karin ga masuk sekolah selama 2 minggu. Semenjak itu juga dia jadi lebih cuek dan tertutup. Dia jarang ketawa dan ngobrol sama orang lain. Sekalinya ngobrol atau ketawa pasti bareng Qilla. Mungkin itu alasan dia tersinggung saat lo bahas tentang pacaran."
Jelas Gita panjang lebar.

Prasetya hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Keheningan terjadi di antara mereka selama beberapa saat. Gita yang mengetahui Prasetya sedang berfikir hanya membiarkan keheningan tersebut melanda mereka berdua.

"Ok makasih Git. Gue pulang dulu ya. Oh ya nih ongkos sekalian uang jajan buat lo."
Ucap Prasetya sambil memberikan dua lembar uang seratus ribu rupiah kepada Gita.

"Anjir Pras. Lo kira gue anak kecil. Tapi gapapa deh. Lumayan hehe." Ucap Gita sambil nyengir dan mengambil uang yang diberikan Prasetya.

"Yehh sok-sok an nolak lo. Ya udah gue balik ya. Dah." Ucap Prasetya sambil melambaikan tangannya dan berjalan keluar kafe.

"Gila tuh anak. Anterin gue pulang kek. Ini malah langsung pergi sendiri. Untung rumah gue deket." Kata Gita sambil merapikan cepolannya. Lalu berjalan keluar kafe dan pulang ke rumahnya yang tidak jauh dari kafe ini.

•••

Pagi ini Prasetya sudah sampai di sekolah dengan senyum yang mengembang di wajahnya. Ya dia telah memutuskan untuk terus mendekati Ai. Dia mulai tertarik dengan Ai. Ia dan Ai sama-sama memiliki kisah percintaan yang menyakitkan di masa lalu.

Prasetya butuh seseorang agar dia bisa melupakan dia. Begitu juga dengan Ai. Begitu pikir Prasetya.

'Gue belom yakin sih gue sayang atau ga sama Ai. Yang jelas gue tertarik sama dia. Lagian cinta bisa tumbuh kalau gue deket dia terus kan?'
Batin Prasetya.

Saat sampai di kelas, senyum di wajah Prasetya bertambah lebar. Ia segera masuk ke kelas dan berjalan menuju mejanya.

"Pagi Ai. Pagi Qilla."
Sapa Prasetya kepada dua perempuan di hadapannya yang tengah memandangnya bingung.

"Pagi Pra. Lo kenapa? Pagi-pagi udah senyum-senyum sendiri. Terus tiba-tiba nyapa gue sama Qilla." Tanya Ai heran.

"Lo lagi jatuh cinta?"
Yap. Tebakan Qilla tepat sasaran.

"Wah Qil. Hebat lo. Kok lo tau sih kalau gue lagi jatuh cinta? Jangan-jangan lo cenayang?" Tanya Prasetya heran sekaligus takjub.

"Keliatan kali. Dari cara lo jalan, lo senyum,dan saat lo nyapa gue sama Ai."
Ujar Qilla santai.

"Anjir keliatan banget ya?"
Tanya Prasetya.

"Yap." Jawab Qilla singkat.

"Lo jatuh cinta sama siapa?" Tanya Ai secara tiba-tiba.

"Ehm itu. Ada deh pokoknya. Rahasia. Kalian bakalan tau siapa cewek itu, kalau cewek itu mau buka hatinya buat gue." Jawab Prasetya sedikit gugup.

"Jadi lo jatuh cinta sama cewek yang dingin dan tertutup?" Tanya Ai penasaran.

"Ehm dia itu ga dingin tapi tertutup dan cuek. Dia kayak gitu karena kisah percintaannya di masa lalu." Jawab Prasetya dengan wajah yang terlihat gugup.

Ai hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Dia sama sekali tidak merasa kalau perempuan yang dimaksud Prasetya adalah dirinya.

Namun tidak dengan Qilla. Ia mengamati semuanya. Dan dia mengerti.

Prasetya menyukai Ai tapi Ai tidak menyadarinya.
Itu lah fakta yang ia dapatkan.

"Gue tau kok Pras. Good luck deh buat lo. Dia susah lho ditaklukkin. Tapi kalau udah takluk beuh bakalan nyaman deh lo."
Ucap Qilla sambil menepuk-nepuk pundak Prasetya.

"Dan satu hal. Jangan. Pernah. Nyakitin. Dia. Dia udah sakit." Suara Qilla berubah dingin dengan penekanan di beberapa kata.

Setelah mengatakan hal itu Qilla langsung tersenyum. Senyum yang menakutkan bagi Prasetya. Qilla kembali menghadap ke depan.

Prasetya menelan ludah saat mendengar kata-kata Qilla. Ia terkejut karena Qilla menyadarinya. Dan juga dengan kalimat Qilla yang penuh penekanan di setiap katanya. Dia terkejut karena Qilla berubah menjadi sangat dingin saat mengatakan hal itu.

•••

Saat bel istirahat berbunyi dan guru yang mengajar sudah keluar kelas, Prasetya langsung memposisikan dirinya di hadapan Ai dan Qilla.

"Ai ke kantin yuk." Ajak Prasetya dengan senyum yang terukir di wajahnya.

"Ai doang? Gue gak diajak? Ok. Fine. Gue mau ke perpus aja deh. Mau nyari buku referensi buat ngerjain tugas tadi." Ujar Qilla dengan wajah kesal yang dibuat-buat.

"Eh Qill lo jangan ngambek dong. Ayo ke kantin. Temenin gue. Masa gue berdua doang sama Prasetya." Ujar Ai dengan memperlihatkan puppy eyes nya.

"Sayangnya puppy eyes lo ga berhasil buat gue. Udah ah gue pengen ke perpus. Gue lagi rajin nih mau ngerjain tugas. Bye bye." Ucap Qilla yang membuat Ai mencebikkan bibirnya.

Prasetya tersenyum senang karena Qilla sangat peka dan mengerti keadaannya.

Ia juga mengucapkan terimakasih kepada Qilla. Ia berbicara tapi tak bersuara. Ya semacam isyarat.

Qilla hanya mengacungkan jempolnya.

Tentu saja semua itu terjadi tanpa sepengetahuan Ai.

Broken Girls Meet PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang