THIRTEEN

117 6 6
                                    

Author POV

"Gue rasa gak banyak yang bisa gue ceritain sama lo"

Ai menghela nafasnya. Ia menghadap Prasetya, keraguan jelas terlihat di matanya. Prasetya hanya tersenyum dan memberikan tatapan teduh untuk memberi keyakinan pada Ai.

Ai menarik nafas dalam dan menghembuskan perlahan. Ia memulai ceritanya.

"Gue termasuk orang yang selalu mendambakan kisah cinta seperti dongeng para pincess disney, happily ever after. Ya... gue tau itu mustahil. Tapi gue tetap mendambakan kisah seperti itu"

Ai memberi jeda pada ceritanya. Ia memandang menerawang ke depan.

"Kisah cinta pertama gue tragis. Semuanya terasa sangat indah pada awalnya. Gue punya pacar yang sayang sama gue. Dia pengertian, sabar, dan dia selalu jadi pangeran berkuda putih buat gue. Dia selalu ada di saat gue butuh dia. Dia membuat gue merasa special. Hingga akhirnya ada seseorang yang muncul di antara kami, namanya Karin. Dan ntah gimana caranya, pacar gue perlahan-lahan mulai meninggalkan gue. Dia selalu nolak di saat gue ajak ketemuan. Dia selalu bikin alasan di saat gue butuh dia. Sampai pada akhirnya, tepat pada hari jadi keenam bulan kita, dia mutusin gue."

Air mata mulai menetes dan membasahi pipi Ai. Suaranya berubah menjadi serak. Ia terisak.

'Se-terluka itu kah elo?'
Prasetya membatin.

Prasetya mengenggam tangan Ai.

"Ai kalau lo ga sanggup cerita lagi gapapa, gue-"

"Nggak Pra gapapa, gue lanjut aja. Gue harus nuntasin apa yang udah gue mulai"
Ai berusaha tersenyum.

"Dia mutusin gue dengan alasan dia udah gak sayang lagi sama gue. Saat itu gue hancur Pra. Seakan-akan dia nampar gue untuk bangun dari mimpi indah selama 6 bulan dan menghadapi kenyataan yang terlalu pahit buat gue. Dan lo tau? Apa yang bikin gue lebih hancur? Seminggu kemudian dia nembak Karin. Di lapangan sekolah."

Air mata Ai bertambah deras. Isakannya sudah tidak tertahan. Ia menangis. Untuk kesekian kalinya. Dan untuk orang yang sama, lagi.

Ia benci menangis lagi untuk pria itu.

Prasetya membawa Ai ke dalam dekapannya. Ia mengusap punggung Ai berusaha memberi ketenangan.

"Ssstt udah Ai. Jangan nangis lagi. Untuk apa lo nangisin dia. Gak berguna. Udah udah"

Prasetya mengecup puncak kepala Ai.

Dan Ai terus menangis di dalam dekapan Prasetya. Prasetya terasa sangat nyaman untuknya.

Ia kembali merasakan perasaan 3 tahun lalu. Perasaan yang ia dapat pertama kali bersama Haikal.

Untuk kali kedua di dalam hidupnya, ia merasa aman.

"Ai gimana kemaren?"

"Ya ampun masih pagi kali Qill, gue aja belom duduk, udah nanya itu aja"
Ai mendudukkan diri di kursinya.

"Ish gue penasaran. Ayo dong cerita"
Ucap Qilla antusias.

"Kepo lo"
Ai menjulurkan lidahnya ke arah Qilla.

"Ai gue seriuss"
Rasa kesal jelas terdengar dalam suara Qilla.

"Ya gue juga. Pokoknya kemaren indah"
Ai tersenyum senang sambil mengeluarkan ponselnya dari saku bajunya.

"Itu mah anak sd juga tau. Namanya nge-date ya pasti indah lah"

Ai mendekat ke arah Qilla.

Dan ia membisikkan satu kalimat yang membuat Qilla tersenyum bahagia.

"Gue ngerasa aman untuk kedua kalinya Qill"
Setelah itu Ai langsung berdiri dan berlari keluar.

Broken Girls Meet PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang