Dira menatap Juna dengan pandangan sebal. Ia menekuk wajahnya, sudah bosan menunggu Juna latihan futsal.
"Junn, sumpah, ya, lo lama banget!" ujar Dira dengan nada ketus. Cewek itu sudah bosan sedari tadi melihat pacarnya latihan futsal. Juna yang baru saja mendudukkan pantatnya langsung menoleh, menatap Dira dengan pandangan jahil, sambil meneguk air mineralnya, Juna menempelkan keringat yang bercucuran di tubuhnya ke seragam OSIS Dira. Membuat cewek itu langsung berteriak jijik dan memukul lengan Juna.
"Jijik banget, sih!" pekik Dira sembari membersihkan bekas keringat Juna yang menempel di badannya. Membersihkan keringat Juna seolah-olah hal itu adalah najis.
"Gini-gini lo juga suka bau keringet gue kali," balas Juna sembari kembali menggoda Dira. Cewek yang digoda itu langsung menatap Juna. Mencubit pipi cowok itu sampai Juna merintih kesakitan.
"Sakit, Monyet!" ujar Juna saat Dira sudah melepaskan cubitannya. Cowok dengan rambut hitam itu langsung mengusap pipinya sembari mencari angin agar tubuhnya cepat kering. Dira sendiri memilih untuk menunggu. Lalu meminta Juna untuk lebih cepat saat cowok itu mulai berkemas.
"Buruan, Juna! Gue sikat juga lo!"
"Ampun, Ndoro! Bawel amat, sih!"
"Gue mau pulang!"
"Ya udah, sana pulang." Dira yang sudah berjalan terlebih dahulu langsung menghentikan langkahnya. Berbalik badan dan menatap Juna yang masih sibuk dengan barang-barangnya.
"Bangsuuut! Gue pulang sama lo, Juna! Sumpah, ya, mimpi apa gue bisa punya pacar kayak lo?" teriak Dira disertai umpatan. Sedangkan Juna yang dihina hanya diam. Lalu berjalan mendekati Dira. Merangkul bahu cewek itu dan berkata, "Yok, pulang, Bos!"
Mereka berdua berjalan bersama menuju parkiran sekolah. Menaiki motor besar milik Juna. Dan Dira selalu sebal dengan hal ini, karena mau tidak mau, badannya harus condong ke depan dan melingkarkan tangannya di pinggang Juna.
Selama perjalanan pulang, tidak ada yang membuka suara. Sampai di depan rumah Dira, baru cewek itu mengucapkan terima kasih. "Makasih, ya, Kang Ojek." Sebuah senyuman menghiasi bibir Dira. Sedangkan Juna hanya menganggukkan kepalanya. Saat Dira hendak masuk ke dalam, Juna memanggilnya.
"Lo lupa sesuatu deh kayaknya," kata Juna yang langsung membuat Dira berpikir. Cewek itu merasa tidak melupakan sesuatu. Helm-nya pun sudah ada di tangannya. Bahkan, barang-barangnya juga sudah ada di dalam ranselnya.
"Apaan, dah?" Dira akhirnya bertanya.
"Bayarannya," balas Juna dengan menjulurkan tangannya, mengadahkan telapak tangannya seakan meminta upah atas jasa mengantarkan Dira sampai ke rumah. Dalam hati Dira sudah bersabar dan menyebut, astaugfirullah, punya cowok gini amat, Ya Tuhan!
"Anjas! Ada ya, orang kayak lo!" sembur Dira. Membuat Juna langsung tertawa dan tangan yang tadi ia tengadahkan langsung kembali ke stang motornya.
"Salah siapa lo panggil gue Kang Ojek. Sejak kapan coba, Kang Ojek sebaik gue?" puji Juna pada dirinya sendiri. Dira yang mendengarnya langsung mengabaikan hal itu. Berjalan masuk ke dalam rumah dan membersihkan diri. Selesai membersihkan diri, Dira memilih untuk tidur di kamarnya.
Kelas sebelas itu memang surga. Dia menyukai masa ini. Masa dimana Dira bisa bebas. Tidak perlu takut karena menjadi anak kelas satu dan berasa senior, meskipun dia masih memiliki senior.
Dira yang bosan memilih untuk membaca novel. Hari Minggu kemarin, ia ditemani kakaknya membeli novel di toko buku dan baru hari ini ia sempat membacanya. Novel berjudul The Only One itu berhasil membuat Dira terbuai imajinasinya.
Tidak terasa, kata demi kata berhasil Dira baca, sampai akhirnya novel itu habis Dira baca dalam satu kali duduk. Kemudian, Dira berdiri, menuju kulkas untuk mengambil es krim yang ia suka. Menikmati es krim itu sembari menonton televisi bersama Ezra, kakak laki-lakinya. Kakak satu-satunya yang merupakan mahasiswa Teknik Sipil di salah satu universitas di kota ini.
"Jra, mampus! Gue masa suka sama Nino, Jra!" pekik Dira saat ia mengigat tiap adegan yang dituliskan oleh penulis. Dimana membangkitkan imajinasi liar Dira akan cowok keren dan suami-able. Ezra yang mendengar hal itu kontan langsung mendelik, menatap adik bungsunya dan menggetok kepala Dira dengan remot di tangannya.
"Anjir! Sakit, Bang!" ungkap Dira, mengelus kepalanya sendiri yang barusan dipukul kakaknya.
"Inget, oi! Itu si Juna mau lo buang ke mana? Nino siapa lagi? Perasaan lo tiap hari ceritanya si Juna mulu, sampai bosen kuping gue," cerocos Ezra, menpertanyakan siapa itu Nino. Adiknya itu jarang membicarakan cowok kecuali pacarnya a.k.a si Juna beserta sifat tidak terduganya.
"Nino itu tokoh novel, Abang! Nggak usah ngomongin Juna. Gue lagi kesel sama dia!" Setelah itu, keluarlah segala curahan hati Dira mengenai Juna. Mengenai sikap cowok itu hari ini yang benar-benar membuat Dira gemas dan ingin menabok cowok itu.
Bayangkan saja, tadi pagi, di jam istirahat, Dira tidur di kelas. Juna datang dan langsung duduk di sebelahnya yang kebetulan kosong. Tanpa tahu dosa, cowok itu langsung memfoto Dira yang tengah tidur dan pergi kembali ke kelasnya.
Saat Dira mengecek ponselnya yang bergetar, ternyata ada pesan dari Juna. Kurang ajarnya, cowok itu mengirimkan foto yang tadi diambilnya. Tidak lupa dengan pesan, Dir, iler lo enggak tahan ya ampun. Tahu iler apa yang Juna maksud? Iler itu editan muncratan air yang entah dari mana cowok itu dapatkan.
Dan pertanyaan Dira, Juna itu kurang kerjaan apa bagaimana? Sempat-sempatnya edit foto seniat itu!
to be continued
hi! makasih bintang sama komentarnya ya. sampai jumpa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Relationship
Teen FictionTERBIT & TERSEDIA DI TOKO BUKU | Cerita ini bukan tentang relationship goals. Mereka tidak peduli apa itu relationship goals. Karena ini tentang hubungan Juna dan Dira. Hubungan mereka yang berbeda. Tidak terduga. Tentunya dengan gaya mereka sendiri...