18 | Dari Gopek

21.7K 2.9K 199
                                    

Mendengar perkataan Dira, emosi Juna langsung tak terbendung. Amarahnya keluar begitu saja dengan rentetan kalimat panjang yang membuat telinga Dira kebas.

"Maksud lo ngomong gitu apa, Dir? Enak banget ya lo ngomong udahan! Dipikir kita lagi mainan yang kalau bosen langsung udah? Kita udah gede! Jangan apa-apa langsung udah! Ini bukan cuma tentang lo. Tapi kita! Enggak ada udah-udah! Bukan itu penyelesaian kita!" Juna berhenti mengomel.

Dirasa itu waktu yang tepat, Dira langsung membala, "Udah ngomelnya?" tanyanya membuat Juna malah semakin sebal karena nada bicara Dira amat sangat santai. Seakan-akan kata udah yang tadi ia katakan itu bukan kata sakral.

"Lo mau apa? Bilang udah lagi? Sampai iya, gue susul ke rumah lo!" kali ini Juna serius. Tidak peduli ada Om Broto, dia harus bicara langsung, empat mata dengan Dira.

"Apa sih, Jun! Ngomel mulu! Udah maksud gue itu udahan berantemnya! Gue capek!" Dira menjelaskan maksud dari kalimatnya yang memicu emosi Juna. Di tempatnya, Juna langsung mati kutu. Ia salah tingkah karena asumsinya yang salah.

"Lo duluan yang bikin gue salah ngartiin," ujar Juna tidak mau terlihat kalah dan memalukan di depan Dira. Jujur, Juna sudah malu. Kepalang basah, ia lanjutkan saja marah-marahnya dengan ritme yang mulai mereda.

"Ya udah! Lo juga marah-marah duluan! Intinya, gue mau tetep gabung jadi model di usaha Kak Aje. Titik!" Juna menghembuskan napasnya. Rasa sebalnya kembali menghampiri dirinya. Cowok mana yang rela ceweknya berdekatan dengan cowok lain? Apalagi, Juna tahu itu modus Aje. Karena apa? Aje itu senior futsalnya yang Juna yakin naksir sama pacarnya, Dira.

"Terserah lo!"

Akhirnya kata-kata itulah yang keluar dari bibir Juna. Cowok itu juga mematikan sambungan telponnya dan langsung berjalan keluar dari kamarnya.

Juna menghampiri mamanya yang sedang menonton sinetron. "Kenapa kamu?" tanya mamanya saat melihat raut wajah anaknya kusut seperti tidak disetrika.

"Enggak apa," balas Juna dan fokus pada tontonan di depannya yang tidak ia pahami sama sekali.

"Dira, ya?" anggukan Juna refleks terjadi begitu saja mendengar nama Dira keluar dari bibir mamanya. Memang semua ini tentang Dira. Hanya cewek itu yang berhasil memporak-porandakan kehidupan asmaranya yang biasanya selalu dikendalikan olehnya.

"Dira kenapa? Bosen sama kamu?" Juna yang mendengar itu langsung menatap mamanya garang.

"Doa Mama jelek banget, sih! Dira mau jadi model, Ma." Binar bahagia muncul di raut Mama Juna saat mendengar perkataan anaknya. Ia nampak antusias medengar pacar anaknya yang memang cantik mau menjadi model.

"Ih, serius, Jun? Tapi Mama nggak kaget, sih. Orang Dira cantik. Mama aja sampai heran bisa-bisanya dia mau sama kamu yang lempeng begini." Mama Juna berbicara tanpa beban dan perkataannya itu juga serius. Ia tahu anaknya pernah punya pacar sebelum Juna jadian dengan Dira. Tapi tidak bertahan lama. Sampai akhirnya Juna membawa Dira main ke rumah mereka untuk pertama kali yang membuat Dana, Mama Juna, senang bukan main.

Waktu itu, Mama Juna langsung mengajak Dira ngobrol. Dira sendiri juga anak yang asik dan cepat menyesuaikan diri dengan Mama Juna. Mereka berbicara banyak sampai akhirnya Juna sendiri yang tersisihkan. Dan sejak saat itu, hubungan Juna dan Dira semakin dekat. Begitu juga dengan hubungan Dira dengan orangtua Juna. Tapi, tidak dengan hubungan Juna dengan Papa Dira, karena sampai sekarang, Juna masih saja takut dengan pria tua yang memiliki kumis tebal seperti Pak Raden itu.

"Gini-gini, anak Mama ganteng kali. Jadi banyak yang mau. Itu contohnya Dira," balas Juna setelah hinaan dari mamanya yang ia tahu hanya bercanda.

"Jelas! Anak siapa dulu?" tanya mamanya dengn nada suara begitu bangga.

"Papa," jawab Juna yang membuat aura berseri di wajah Mama Juna langsung luntur. Bergantikan wajah sedih yang dibuat-buat. Apakah Juna sudah bercerita kalau mamanya itu ratunya drama?

Jika belum, maka dengan bangga Juna akan mengatakan, bahwa mamanya, Cendana Lestari, merupakan calon pemain sinetron yang sangat berbakat. Seperti jam, menit dan detik ini, "Oke. Fix. Kamu anak Papa. Nggak usah makan masakan Mama dan minta aja masakin Papa kamu."

-ooo-

Dira terduduk lesu di ranjang. Mata yang biasa menunjukkan sorot bahagia itu meredup dan berubah menjadi kekecewaan.

Jelas dia kecewa dengan Juna. Cowok itu benar-benar menyebalkan. Dira selalu tidak masalah setiap Juna bermain dengan temannya, tapi kalau Dira yang melalukan itu, Juna akan ngomel dan membuatnya muak.

Selama satu tahun pacaran dengan Juna, Dira sudah paham watak cowok itu. Dira mau Juna merubah kebiasaan buruknya yang suka cemburu tidak jelas. Tapi Juna malah menjawabnya, "Males. Perasaan gue biasa aja." Dan Dira akan mendumel di dalam hati atas jawaban cowok itu karena malas mendebat mulut tak terduga Juna.

Dira diam.

Pikirannya tiba-tiba mengingat bagaimana ia bisa kenalan dengan Juna. Semuanya diawali dari acara ulang tahun Maya tahun lalu yang merupakan teman sekelas Juna dan teman Dira waktu SMP.

Di sana, waktu pertama kali Dira bertemu Juna di luar acara sekolah. Seperti kebanyakan acara ulang tahun biasa, ada acara makan-makan dan tanpa sengaja Juna duduk di sebelah Dira. Awalnya sangat canggung. Bahkan Dira lebih memilih diam atau bercanda dengan teman SMP-nya yang duduk di sebrangnya. Sedangkan Juna bersenda gurau dengan teman-teman sekelasnya yang merupakan mayoritas tamu di acara ulang tahun Maya.

Sampai akhirnya seseorang mencolek lengan Dira dan ternyata itu Juna. "Eh, lo ada gopek, nggak?" tanyanya yang membuat dahi Dita berkerut.

"Nggak ada. Buat apa?" balas Dira kalem.

"Itu buat nyumpel mulutnya Aldo. Berisik banget!" ujar Juna dan langsung mendapatkan cemohan dari teman-temannya.

"Bisaan banget modus lo, Juun!" celetuk satu orang di hadapan Juna. Dan membuat Juna langsung melirik temannya tajam dan meminta maaf pada Dira.

Tidak berhenti sampai godaan itu, saat pulang acara ulang tahun Maya, Dira berdiri di depan kafe dengan gelisah. Ezra janji menjemputnya namun tidak kunjung datang.

Dira mencoba menghubungi kakaknya dan tidak diangkat. Sampai motor Juna akhirnya berhenti di sebelahnya, menawarkan tumpangan dengan kalimat yang tidak biasa.

"Lo yang gue mintain gopek tapi nggak punya, kan?" Dira mengangguk menjawab pertanyaan Juna meskipun di dalam hatinya menggerutu karena sosok aneh di depannya.

Melihat jawaban Dira, Juna kembali bertanya, "Ngapain berdiri di sini? Ati-ati, diculik setan."

Dira memutar bola matanya mendengar perkataan Juna. "Gue nunggu dijemput. Tapi nggak dijemput-jemput."

"Ya udah. Bareng gue mau? Ketimbang besok ada berita enggak-enggak, kasihan orangtua lo," kata Juna dengan amat santai.

"Kalau Abang gue dateng gimana?"

"Kita tunggu sepuluh menit. Kalau enggak dateng, gue anterin lo pulang."

Dira tersenyum mengigat itu semua. Kali pertama ia mengenal Juna dan diantarkan pulang. Juna tidak mampu ia gambarkan karena cowok itu sangat tak terduga. Dan sampai hari ini, Juna tetap tidak terduga. Karena masalah kecil, cowok itu marah dan membuat Dira kesal bukan main.


to be continued

hm gini, jadi cerita ini itu udah tamat di wattpad y gais sejak april 2017 terus aku repost lagi sampai selesai :) versi cetak bakal beda karena cerita yang di wattpad masih sangat mentah. banyak perombakan dan versi novel bakal lebih kompleks. kalau udh fix, aku bakal kasih cuplikan versi novelnya ya. udah gitu thankyou! 

Unexpected RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang