20 | Rasa Kecewa

20.9K 2.9K 196
                                    

Hari ini adalah hari besar untuk tim futsal sekolah Juna karena tim mereka akan melawan tim SMA Bayangkara yang selalu menjadi pemenang di tahun sebelum-sebelumnya.

Tribun stadion mulai penuh. Sorak sorai dari penonton menggema di penjuru stadion. Pada blok barat, terdapat suporter dari SMA Bayangkara dengan kaos berwarna hitam. Sedangkan di blok timur, suporter tim SMA Taruna Bangsa menggunakan kaos berwarna merah marun.

Semua penonton sudah siap untuk menghabiskan tenanganya. Tenaga yang mereka simpan untuk dikeluarkan saat di stadion. Dan tenaga itu semakin nampak jelas saat para pemain mulai muncul di lapangan.

Juna sendiri nampak gelisah. Dira belum juga mengabarinya bahwa cewek itu sudah datang. Mata elang Juna menelisik ke deretan penonton SMA Taruna Bangsa. Dia mencoba mencari sosok yang ia tunggu-tunggu. Namun, karena keterbatasan jarak pandang dan ramainya tribun tersebut, Juna tidak dapat menemukan Dira.

Sampai akhirnya Juna mencoba untuk berpikir positif. Ia menanamkan dalam hatinya bahwa Dira hanya terlambat, bukan tidak datang. Ketika pertandingan resmi dimulai, Juna mengerahkan segala kemampuannya untuk memberikan hasil yang terbaik pada Taruna Bangsa.

Fokusnya hanya pada bola. Dan pikiran tentang Dira sudah beranti menjadi ambisi untuk menang. Tetapi semuanya buyar ketika tim lawan berhasil membobol gawang tim sekolahnya. Teriakan membahana penuh suka cita keluar dari mulut anak Bayangkara. Mereka bergembira dan semakin meningkatkan teriakannya untuk memberikan semangat pada tim sekolahnya.

Kini, gantian tim Taruna Bangsa yang berhasil membobol gawang tim Bayangkara. Teriakan dan gumpalan koran yang sudah disobek-sobek terbang ke udara menyambut skor yang saat ini imbang.

"TARUNA BANGSA PASTI MENANG!"

"TARUNA BANGSA PASTI MENANG!"

Perkataan itu seakan seperti sebuah harapan. Harapan agar di tahun ini, Taruna Bangsa bisa pulang menjadi pemenang setelah sebelumnya hanya menjadi runner up.

Babak pertama usai. Juna segera berlari keluar lapangan untuk mengambil minumnya. Ia mengambil ponsel di dalam tasnya dan melihat apakah ada pesan dari Dira atau tidak.

-ooo-

Di tempat lain, di dalam sebuah studio foto, Dira nampak cemas. Raut wajahnya tidak secerah biasanya. Mulutnya sibuk menggigit kuku ibu jarinya.

Dira bukan nervous karena mau melakukan pemotretan. Tapi ia merasa bersalah pada Juna setelah sadar bahwa hari ini ia ada janji pemotretan yang menyebabkan dirinya tidak bisa hadir di pertandingan itu. Dira melirik jam di pergelangan tangannya. Mendesah mengeluarkan nafasnya kesal karena ia tidak bisa menepati janjinya.

Aje yang melihat gestur Dira langsung menghampiri cewek itu. Mereka duduk bersebelahan yang awalnya tidak disadari oleh Dira.

"Dir, lo kenapa?"

"Anjir! Gue kira siapa!" Dira mengelus dadanya karena kaget. Setelahnya, Dira memilih untuk menceritakan kepada Aje mengenai hal apa yang mengganggu pikirannya. Bukannya memberi saran atau motivasi kepada Dira, Aje malah menjawab dengan realita yang mencubit hati Dira karena rasa bersalah.

"Kayaknya lo memang nggak bisa nonton, deh, Dir. Ini rada molor juga. Temen kakak gue bannya kempes di jalan," katanya yang memang benar adanya.

"Kalau gue nonton Juna sebentar boleh nggak, Kak?" tanya Dira dengan hati-hati. Takut kalau Aje salah paham dengan ucapannya yang mengindikasikan bahwa dirinya tidak profesional.

Belum sempat Aje membalas, suara Eldo dan teman-temannya terdengar ke telinga Dira. Mereka bertiga langsung masuk ke dalam studio foto sembari menghampiri Dira dan Aje.

"Kita mulai sesi fotonya, ya." Eldo sebagai bos di sini meminta untuk pemotretan segera di mulai, yang mau tidak mau harus dituruti oleh semua pihak. Dan di situ, dalam hatinya, Dira hanya bisa meminta maaf pada Juna sekaligus mencoba melakukan tugasnya hari ini seprofesional mungkin.

-ooo-

Babak kedua dimulai. Sahutan dan teriakan semakin memanas karena skor saat ini imbang dimana satu sama. Baik suporter Bayangkara maupun Taruna Bangsa mengerahkan segala kekuatan mereka untuk memberikan dukungan pada teman-temannya yang bertanding demi mengharumkan nama sekolah masing-masing.

"GOOOOLLLL!"

Teriakan itu keluar dari para suporter Bayangkara diiringi dengan tiupan trompet. Euforia terjadi pada suporter Bayangkara yang berkebalikan dengan Taruna Bangsa. Skor saat ini 2 - 1, Bayangkara memimpin satu poin lebih unggul. Tapi hal itu tidak menyurutkan semangat para pemain dan suporter Taruna Bangsa.

Sampai babak kedua usai, skor masih tetap pada angka 2 - 1 dengan Bayangkara memimpin. Tim Taruna Bangsa sendiri harus menelan pil kekecewaan karena sekolah mereka kalah. Di babak kedua, hanya tim Bayangkara yang berhasil mencetak gol cantik dan membuat mereka unggul dari Taruna Bangsa.

Juna dan kawan-kawan menerima kekalahan dengan lapang dada. Mereka melakukan pelukan persahabatan sebelum pertandingan benar-benar usai.

Selepas acara, Juna kembali ke ruangannya. Ia mengecek ponselnya dan menemukan sebaris pesan dari Dira.

Dira :: jun, gue nggak bisa dateng karena harus pemotretan. gue kemarin lupa. maaf ya. :(

Juna memandang pesan itu. Lalu tersenyum getir dan mengabaikannya. Tanpa berniat untuk membalasnya, Juna langsung menghapus pesan Dira.

Juna tidak marah, tetapi dia kecewa. Rasanya Juna seperti terpukul. Dikecewakan sekali saja rasanya seperti ini. Bagaimana dengan Dira yang sering ia kecewakan?

to be continued

i knoo ini pendek. ehe.

Unexpected RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang