Ini malem mingguan apa suruh jadi suporter hura-hura?
Dira medengus sebal. Malam minggunya bubar bergantikan acara menjadi menonton pertandingan futsal. Awalnya, Juna memang mengajaknya untuk kencan, tapi semua itu belok saat ternyata Juna mengajaknya ke stadion futsal dekat sekolah mereka.
Ada sparing kalau kata Juna. Dan saat ini, cewek itu sudah duduk di luar lapangan. Menonton Juna yang lari-lari menggiring bola bersama teman-temannya. Ia sudah jenuh. Masalahnya, tim futsal Juna kali ini bukan anak sekolahnya. Melainkan teman mainnya dari luar sekolah. Jadi, ia tidak begitu kenal siapa-siapa saja. Juna memang pernah beberapa kali menceritakannya dan tadi mereka juga kenalan, tapi tetap saja, Dira masih canggung dan sekarang super bosan.
"Kosong, kan?" tanya seseorang yang membuat Dira langsung menolehkan kepalanya. Ternyata yang minta izin untuk duduk di sebelahnya adalah cowok, ganteng lagi. Juna? Lewat!
Dira menganggukkan kepalanya. Lalu kembali fokus memainkan ponselnya dan cerita kepada Rara kalau dia bosan setengah mati. "Sekolah di mana?" tanya cowok itu membuka percakapan pada Dira.
Dira menoleh, lalu memastikan bahwa orang yang diajak mengobrol adalah dirinya. "SMA Taruna Bangsa. Lo sendiri?" balas Dira menanyakan balik dari sekolah mana cowok itu.
"Gue dari Global Jaya. Lo ke sini sama siapa?" tanya cowok itu lagi. Meskipun tidak tahu nama Dira, cowok itu berusaha mengajak ngobrol Dira.
"Sama Juna. Nah, lo sendiri?"
"Lo Dira pacarnya Juna? Anjir! Gue kira siapa! Gue temennya Juna waktu SMP. Nonton aja, berhubung tadi nggak bisa ikut main."
"Iya. Nama lo siapa, deh? Kok tahu gue?"
"Gue Reksa. Ya tahulah, orang Juna kadang sering mbahas lo di grup kita."
"Anjor! Cowok itu ngomong apa aja?"
"Rahasia. Hahaha." Tawa Reksa meledak kalau mengigat cerita Juna tentang hubungannya. Reksa sendiri memang baru pertama kali bertemu Dira. Dan menurutnya, cewek itu cocok mengimbangi Juna yang kadang sarkasnya nggak ketulungan.
"Mampus! Pasti jelek-jelek, ya? Anjir, mematikan pasaran gue banget itu Junaedi!" Reksa kembali tertawa mendengar perkataan yang keluar dari mulut Dira. Sampai akhirnya mereka melanjutkan mengobrol sembari menunggu pertandingan futsal itu selesai.
-ooo-
Pertandingan usai. Tim Juna kalah dengan skor 2 - 4. Juna sendiri merasa biasa kalah dalam pertandingan ini. Lagipula, menang kalah adalah hal biasa dalam sebuah pertandingan. Yang penting, ia merasa senang bisa bermain bola.
Juna melirik tempat Dira duduk. Tersenyum kecil saat Dira masih duduk di sana bersama Reksa, teman SMP dan tim futsalnya yang tidak main hari ini. Langkah kakinya membawa Juna mendekati Dira. Mengambil handuk kecil di sebelah Dira untuk membersihkan keringatnya.
"Kalah, Bro," ujar Juna pada Reksa.
"Santai ajalah. Tapi, mantap, permainan lo selalu oke, Jun." Reksa mengacungkan ibu jarinya. Sedangkan Juna yang dipuji langsung terkekeh. Setelah itu, Reksa pamit undur diri, mau menghampiri teman-temannya yang lain.
Selepas kepergian Reksa, Juna langsung duduk di sebelah Dira. Cewek itu sudah manyun lima senti. Membuat Juna langsung menggoda Dira dengan meleletkan keringat yang ada di ketiaknya ke pipi Dira.
"ANJIRRR!" pekik Dira dan langsung memukul lengan Juna. Kemudian, ia malah berteriak jijik sendiri karena keringat Juna yang menempel di tangannya.
"Eww, gue harus wudu tujuh kali habis ini," katanya dengan nada mencemo'oh.
"Lo pikir keringet gue najis?" Dira menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan Juna. Dan hal itu malah membuat Juna semakin ingin mengerjai Dira dengan memeluk tubuh pacarnya itu. Lalu melepaskannya saat Dira berteriak kesetanan dan merengek karena jijik.
"Benci!" teriak Dira lagi saat pelukan itu lepas. Juna hanya nyengir.
"Sama," balas Juna. Cowok itu sekarang sedang minum minuman isotonik yang tadi sengaja ia beli sebelum berangkat ke sini. Mereka terdiam untuk sesaat. Menikmati keadaan lapangan yang sepi sampai Dira berceletuk, "Reksa ganteng ya, Junn."
Bukan! Dira tidak berniat membuat Juna cemburu. Perkataan itu refleks saat dia melihat Reksa yang sedang tertawa dan nampak menyejukkan mata dengan style kasualnya. Dira suka gaya Reksa. Menurutnya, Reksa keren. Apalagi wajahnya, beuh, jangan ditanya! Itu tipe Dira banget untuk cuci mata.
"Nggak usah ganjen! Mentang-mentang abis diajakin jalan sama cowok lain!" ujar Juna sewot dan berdiri di hadapan Dira. Menutupi pandangan cewek itu dengan badannya. Setelah Reksa pergi, Juna kembali duduk. Lalu mereka kembali berbincang dan setelah Juna merasa badannya lebih segar, ia izin untuk mandi dan berganti pakaian.
"Wajah lo, Dir. Udah jelek, tambah jelek." Suara Juna muncul setelah hampir 20 menit cowok itu mandi dan ganti pakaian. Rambutnya nampak basah, semerbak aroma sabun serta parfumnya menyebar sampai ke hidung Dira.
Dira yang dipanggil langsung menampilkan wajah datarnya. "Buruan, Junn," katanya menyuruh Juna untuk cepat-cepat. Kali ini Dira sudah benar-benar bete dengan Juna. Malam minggunya benar-benar kacau. Tahu begitu, ia lebih baik tidur di rumah daripada harus menemani Juna bermain futsal.
"Iya!" balas Juna ikutan sebal.
"Buruan!" ujar Dira lagi uang sudah tidak betah.
"Sabar! Lihat gue lagi apa?" Dira melirik cowok itu, kalimat sarkas keluar dari bibirnya membalas bentakan Juna.
"Nggak pakai bentak juga kali!"
Juna memicingkan matanya, "Siapa yang ngebentak? Buruan pulang!" Juna berjalan lebih dulu, meninggalkan Dira yang kini mengikutinya sembari menggerutu dan mengumpat.
to be continued
jangan segan buat vote atau komen nagih lanjutannya ya! kalo bisa sampe 15 komen baru, aku updet lagi deh hari ini. kalo enggak, besok ya wkwk :p btw, selamat liburan di akhir taun 2017 yang tinggal menghitung hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Relationship
Teen FictionTERBIT & TERSEDIA DI TOKO BUKU | Cerita ini bukan tentang relationship goals. Mereka tidak peduli apa itu relationship goals. Karena ini tentang hubungan Juna dan Dira. Hubungan mereka yang berbeda. Tidak terduga. Tentunya dengan gaya mereka sendiri...