14

6.2K 285 4
                                    

Ku angkat kedua tanganku. Ku sebut Allahu akbar. Dalam shalatku, ku pusarkan pikiranku seolah aku memang sedang menghadapNya. Aku merasakan kedamaian mulai menyentuh tiap tubuhku menjalar hingga ke hati yang paling dalam. Sampai aku melakukan sujud yang terakhir aku menangis. Hingga akir shalat air mataku juga tak kunjung berhenti.

"subahanallah..."

"Alhamdulillah..."

"Allahu akbar..."

Ku menengadahkan tanganku, ku tundukan pandanganku. Aku adalah manusia penuh kekutangan.

"Ya Allah, ampunilah dosa kedua orangtuaku, ampuni dosaku. Aku sudah terlalu lama melupakanmu dalam kegelisahanku mencari bukti cinta yang fana. Kau adalah sang Maha Cinta yang dengan anugerahmu, aku dapat merasakan cinta. cinta dari orangtuanku sejak aku lahir hingga aku dewasa, cinta dari sahabat-sahabatku, dan cinta yang sampai sekarang tidak aku tahu. Kau tunjukan aku bagaiamana seharusnya aku mengekspresikan cinta."

"Kau perlihatkan aku bagaimana perasaannya tanpa harus dia mengungkapkan perasaanku padanya. Kau berikan rasa sakit ini, agar aku bisa berpikir makna cinta sebenarnya. Cinta sejati yang ada padaMu, cintaku melalui ketaatanku padaMu. Jika Kau tinggalkan aku, maka hidupku hambar rasanya. Terima Kasih ya Allah kau tunjukan sebenarnya."

000

Kak Annisa memandangku. Aku menunduk malu setelah aku memberi tahuakan segalanya padanya. Ia tersenyum mengerti.

"Itulah alya, cinta fana akan selalu berujung kesedihan jika kamu tidak bawa Allah pada cintamu. Kamu benar buat apa menangasi seseorang yang belum pasti menjadi milimu kelak. Wajar jika kamu sedih, masa remaja adalah masa penuh gejolak. Termaksud gejolak cinta. tapi kakak kan pernah bilang, cintailah seseorang dengan sewajarnya. Cinta itu tak selamanya membawa kebahagian adakalanya rasa kesedihannya."

"Jika suka pada seseorang al, mintalah pada Allah karena ia yang membuat cinta tumbuh pada setiap manusia. Dia adalah milik Allah, begitupula hatinya, biarlah Allah yang mengerarkannya."

Aku mengangkat wajahku memandang kak Annisa, "Tapi bagaiaman jika dia bukan jodoh Alya?"

"Jika dia bukan jodohmu, maka Allah akan menjodohkan Alya dengan orang yang lebih baik dari dia. Ketika kamu tengah berusaha menjaga diri menghindari aktivitas pacaran, berusaha menjaga kesucianmu. Maka calon suamimu kelak juga sedang berusaha menjaga dirinya dari orang-orang yang mengejarnya hanya untuk calon pendamping hidupnya nanti, yaitu kamu Al. Alya sedang merapikan sebuah tempat yang indah di hati Alya, maka dia tengah bersiap untuk menduduki tempat yang ada siapkan itu."

Kak Annisa menarik napas, "Good woman for good man, and bad woman for bad man."

Aku menganggukan kepala. Rasa sedihku terus berkurang. Bisa dibilang aku sedang berusaha move on. Ya aku benar-benar lelah harus memikirkan cinta manusia yang tidak berakhir dan hanya mengantung. Lebih baik aku mengejar cinta Allah yang pasti.

Seberapa pun aku mencinta, seberapa besarpun aku mengharapkan dia menjadi milikku. Jika dia bukan jodoh maka selalu ada saja ada cara untuk dijauhkan. Namun jika dia adalah jodoh maka Allah akan pertemukan dengan cara yang tak terduga.

000

Aku mengambil smarthphoneku, menuliskan sebuah pesan status di BBM setelah mengecek akun sosial mediaku yang lain.

Karena hatimu adalah milikmu, aku bisa apa untuk merubahnya? Tak masalah jika memang tak terpilih

Sekaranag ini, aku sedang menemani Rahmah ke toilet. Entah apa aku menjadi ingat dia lagi. Aku menutup mataku.

"Cukup Alya!"

Ku tutupi rasa cinta dan rasa sakitku yang kini sudah menjadi sambalado dengan aktivitas positif, mengingat Allah, dan prestasi. Tak jarang aku sering absen karena diutus untuk mengikuti lomba. 

"Al, jangan lupa lo besok. Teksnya sudah dihapal belum?" tanya Bu Kusuma.

"Alhamdulillah, sudah Bu." jawabku saat aku tak sengaja bertemu BU Kusuma di depan ruang wakasek.

"Ya sudah semangat ya!"

aku menganggukan kepala. Aku kembali berjalan disepanjang lorong bersama Rahmah.

"Ngapain Al?" tanya Rahmah.

"Lomba." jawabku pelan.

"udah berapa lomba yang lo ikutin? lo nggak takut peringkat lo jatuh." ucap Rahmah yang sontak memberhentikan langkah kakiku.

"hufft.." Rahmah melihatku dengan tatapan bagaimana, "gue cuma mau menghilangkan rasa ini Rah, gue capek harus terus kebanyang dia. Gue pengen mengalihkan rasa gue dari dia. apa yang gue dapetin dari rasa itu, selain rasa sakit?!"

Rahmah mengelus pundakku mencoba menenangkan diriku disaat rasa sakit itu menghampiriku.

"Udah Al, maaf bikin lo ingat Haikal lagi." kata Rahmah.

"nggak papa kok Rah, yuk kita ke kelas."

Aku benar-benar harus menahan rasa sakit itu. Aku sering mengucap istigfar setiap mengingat bahwa Haikal tidak menyukaiku.  Dia sudah memiliki orang lain. Sedang disini, satu gadis terluka. Dia bahagia dan aku tidak. Lalu apakah harus aku menangisi hal kemalanganku ini? Bukankah Allah tidak menyukai orang yanh berlarut-larut dalam kesedihan. Apalagi bersedih karena cinta yang tak terbalas.

Aku sampai di kelas langsung mengambil buku tulis di loker. setelah itu aku duduk di kursi. Aku hingga ingin menikmati suasana ketenangan. Yang harus aku syukuri adalah teman-teman tidak perlu mengejek kami lagi. Sayangnya, itu tak terjadi.

"Haikal! ngapain duduk di samping gue?" tanya Amira.

"Gue mau belajar bareng elo. Kan lo pintar, yah tipe gue bangetlah!" jawab Haikal.

"Alya, lo liat deh Haikal. Dia godain gue!" rengek Amira.

Tanpa melihat Amira dan Haikal aku menjawab, "terus gue harus ngapain?" jawabku cuek.

"marahin kek, cuma lo yang nggak bisa dia bantah!" kata Amira.

"ogah!"

"Kal ingt Amira udah punya pacar, kalo lo disikat abis sama pacarnya." kata Dany.

"Inget Kal, ada Arin loh..." kata Joned.

Haikal langsung menjauhkan bangkunya dari bangku Amira.

"Alya!" panggil Beno sambil memberikan smarthphonenya.

"Apaan?" tanyaku tak mengerti.

"Lo liat deh status Haikal!" suruh Beno.

status Haikal!? Aku melihat status Haikal di BBM Beno. Zarina Aulia. mantan Haikal, bukan pacar Haikal lagi. aku berusaha tidka memperlihatkan rasa tidak suka. Asal tahu saja, melihat dan mendengar nama Zarina Aulia, bagai sembilu yang menusuk dadaku.

"Ya terus kenapa?" tanyaku bersikap biasa saja.

"Lo nggak kenapa-kenapa gitu?" tanya Beno.

"Emang gue harus kenapa? Terus maksud lo apaan ngasih tahu status Haikal ke gue?" tanya sarkatis.

"Kan Haikal punya pacar lo nggak sakit hati gitu?" tanya Beno lagi dengan suara yang lebih keras.

"bukan urusan lo gue sakit hati ato kagak." jawabku keras, Juli langsung mengusap punggungku. sepertinya Juli tahu kalau emosiku mulai tidak stabil. Hanya akan terjadi dua hal saat aku emosi, marah seperti singa mengamuk atau menangis seperti tsunami.

"Emang kalo dia punya pacar gue harus apa nangis, marah, kecewa. Iya kali kalo gue punya hubungan sama  dia, ini nggak. Bukan urusan gue, dia punya pacar. Hak dia kok buat suka sama orang lain, itu hati punya dia bukan punya gue." jelasku dengan mata yang mulai sembab menahan air mata.

"Tuh Kal, dengerin!" kata Beno menunjuk Haikal yang sudah tertunduk menutup wajahnya. aku tidak mengerti kenapa tingkahnya begitu

Aku tanpa memperdulikan hal yang akan terjadi, pergi dari kelas. Dan satu hal yang tak ku lupakan, melempar Beno dengan penghapus papan tulis karena dia membuka luka itu. Juli mengejarku. dan setelah itu, aku menangis lagi.

"Gue bakalan move on!"

000

Sakit hati part 2, gitu ya kalo sakit hati. Yang namanya sakit hati ya pastu nyesek pake banget. Sorry for typo, vomment, dan keep reading ya...

mulmed:Viera-kesepian

NO; ketika gadis  anti-pacaran jatuh cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang