17

6.1K 284 3
                                    

Aku menatap langit-langit rumahku. Waktu sudah menunjukan jam 9 malam. Ini adalah jam tidur. Tapi detik ini aku tidak bisa tidur. Entahlah aku kena imsomnia atau apa.

Aku mengelus tanganku yang masih diperban. Untung yang diperban hanya telapak tangan kananku. Agak nyeri sih beberapa kali. Aku sering memaksakan seperti mengendarai sepeda motor sendiri. Bagiku ini hanya luka kecil. Aku jadi teringat Haikal yang kini juga diperban di bagian pelipisnya.

Kami sama terluka. Meski aku sudah 2 hari yang lalu sih. Tapi masih agak sakit. Sekarang dia juga terluka tapi bukan karena kecerobohannya. Sedangkan aku ya begitulah. Kecerobohanku sendiri.

Kadang aku memikirkan kenapa aku mencintai Haikal. Apa karena rasa tidak sukaku atau ada hal yang menarikah dari dia? Aku sungguh tidak mengerti. Aku terus menyisiri rasa penasaraanku. Rasa yang menurutku masih abu-abu.

aku menutup mataku perlahan. Aku berusaha memikirkan secara seksama sebab dan alasan kenapa aku menyukai Haikal. Alasan yang sempat tidak aku perdulikan.

Aku bukan orang yang mudah jatuh cinta. Aku suka dengan orang itu apabila aku sering bertemu dengannya. Aku tahu sifat serta seluk beluk kehidupannya. aku bukanlah orang yang percaya cinta pandangan pertama karena biasanya cinta pandangan pertama hanya menilai fisik yang biasanya nafsu belaka.

Tapi Haikal, aku tidak mengenalnya. Aku juga tidak pernah dekat dengan dia. Jelas aku muslimah, tidak terbiasa bergaul dengan para lelaki secara leluasa. Lantas apa sebabnya?

Haikal memiliki sifat yang sangat bertolak belakang denganku. Aku suka novel, dia suka komik. Genre musik berbeda. Pola pikir ada beberapa yang sangat berbeda. Aku temperamental, dia bisa menyelesaikannya dengan tenang.

Tunggu, aku temperamental dia tidak. Aku juga pernah bertemu seseorang seperti Haikal. Aku ingat itu.

Ketika aku kecil, aku pernah berteman dengan seorang anak laki-laki yang cengeng tapi dia tidak pemarah. Jika aku suka memukulinya, dia tidak pernah melawanku. Dia hanya bisa menangis. Tapi setelah itu kami akan berbaikan lagi. Dia tidak pernah melawanku jika keras kepalaku muncul. Dia akan marah apabila ada yang membuatku menangis lalu akan ikut menangis bersamaku. Dia, adalah masa laluku.

Dan sifat itulah yang membuatku suka dengannya. Haikal memiliki sifat yang sama dengan anak lelaki itu. iya sifat yang sama.

"Ya Allah beginikah yang terjadi? Aku hanya ingin tahu, kenapa aku menyukainya. Tapi aku tahu aku belum siap dengan perasaan ini. Maka bantulah aku untuk kuat menahan godaan untuk pacaran. Aku tidak bisa menghianati Engkau dengan tidak menjalankan perintahMu atau tidak menjauhi laranganMu."

Aku tidak ingin jauh dari Allah dan aku tidak ingin menyukai Haikal tanpa ada Tuhan.

000

Besoknya, keempat kawanku menarikku ke WC. Wajah mereka sepertinya sedang senang sekali. Aku memandang mereka dengan tatapan, kenapa?

"you need to know it, Al." ucap Raisya.

"Know about what?" tanyaku tidak tahu.

"Haikal sama Arin itu fake relationship."

Bola mataku mengarah ke atas, berpikir makan fake relationship itu. aku langsung menganga ketika aku tahu maksudnya.

"Jadi itu semua bohong, rekayasa?!"

Mereka semua mengangguk bahagia. Aku juga ikut tersenyum.

"Jadi si Arin itu bajak ponselnya Haikal. ya gitu deh ngaku-ngaku pacaran." Kata Juli.

"terobsesi banget ya tuh anak sama Haikal."

Juli mengangukan kepala setuju, "iya amat sangat terobsesi sama dia."

"Jadi lo nggak usah khawatir Al, Haikal suka sama lo." Kata Gendis.

DEG. Aku menelan salivaku, mengingat tekad yang sudah ku bulatkan sejak dulu. Lalu aku mengelengkan kepala sambil tersenyum lebar. Tanganku merangkul bahu kawan-kawanku.

"Lo yakin, gimana kalau yang kalian bilang juga fake?" tanyaku memastikan.

"Ya Allah, kenapa Kau berikan teman  seperti Alya ini?" geram Raisya.

"Iya kali kita bohong, nggak untungnya." jawab Gendis.

Dengan gaya berbisik aku berbicara, "dia suka gue, bukan masalah gue."

Mereka langsung mendorong-dorong tubuhku tidak suka dengan caraku. Aku tertawa saja.

"Lo nggak ada happy-happynya gitu nong?" kata Rahmah.

"Happy?! emang kalo gue tahu dia suka gue, gue harus nari-nari ala India gitu." Kataku menaikan salah satu alisku. "kaya gin –eh tunggu, mau gue contohin?!"

Mereka semua saling memandang.

"Jangan deh! Ntar ancur nih sekolah dapetnya elo." Tolak Raisya.

"Tapi Al, kenapa?"

"Guys, gue udah bertekad bakalan tetap jomblo dan tetap jadi anti pacaran. Meskipun gue suka sama seseorang dan seseorang itu juga suka sama gue. Gue tetap pada pendirian gue, seorang Alya Rayhanna adalah gadis anti pacaran. Yang pacarannya abis married."

"Tapi Al, kalo lo suka sama dia dan lo terus diem–diem mencintai dia. Apa nggak sakit buat lo? Misalnya dia deket sama orang lain gitu..." tanya Juli.

Aku menghela napas berat. Juli benar. Akan terasa sakit dan terus begitu. Namun aku tersenyum lebar lalu memegang bahu Juli, "memang akan terasa sakit. Tapi ada yang lebih sakit dari itu. Ketika Allah meninggalkan kita dan hidup kita akan terasa hampa. Gue yakin lo semua belum pernah ngerasain hidup hampa, makanya gue kasih karena gue udah merasakannya."

Semua memandangku dengan tatapan yang berbeda. Juli dan Rahmah yang was-was karena sebentar lagi aku akan menceramahi mereka dan Raisya serta Gendis yang tersenyum setuju-setuju saja. Aku tersenyum memandangi mereka.

"udah yuk ke kelas. Gue mau belajar!" aku berjalan lebih dulu dari mereka.

000

sorry for typo, keep reading, and Vomment ya...

NO; ketika gadis  anti-pacaran jatuh cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang