27

5.6K 248 0
                                    

Dia dan dirinya

000

Aku menghela napas panjang. Akhirnya ketakutanku tidak menjadi kenyataan. Hani bisa menyikapinya dengan dewasa. Jujur, aku salute dengannya. Dia bisa mengerti posisiku. Padahal aku sudah menyiapkan mental jika dia marah. Tapi dia tidak!

Hanya satu hal yang masih menganjal di benakku. Saingan. Jadi selama ini kami terlihat seperti saingan. Tapi aku tak pernah mersakan itu. biarlah, aku juga tidak ingn saingan dalam hal percintaan.Ada yang lebih baik dari saingan cinta, saingan prestasi.

Menurutku, sekarang hanya baagaimana aku bisa menahan diriku sendiri. Menahan agar aku tak jatuh ke lubang yang sama dengan teman-teman kebanyakan, pacaran. Ini masalah prinsip dan aturan pasti yang harusnya tidak dilanggar oleh mereka yang muslim. Dan aku berusaha untuk tidak menjadi seperti mereka yang melangar.

Aku menyandarkan kepalaku ke pinggiran jendela, bertumpu pada kedua kakiku. Pandanganku lurus ke depan menatap daun-daun yang bergoyang diterpa angin sore. Jendela kamarku memang terbuka, jendela ini juga menghadap langsung ke arah halaman depan rumahku.

Angin pun juga menerpa rambutku yang menyepil dari balik pashima yang sembarang ku lilitkan. Entah apa yang kupikikan sekarang ini. Aku terlihat seperti orang galau. Jika bertanya apakah aku memikirkan Haikal? mungkin, karena dia juga maksud dalam bagian memori yang susah lupakan. Dia sudah seperti hormon yang memacu dopamine di otakku hingga memikirkannya saja membuatku tersenyum.

Namun hatiku selalu saja berperang dengan logikaku. Ya pola pikir yang islami membuuatku sadar, memikirkan lawan jenis bukanlah sesuatu yang berguna. its only spending your time, karena waktu itu lebih baik gunakan untuk hal yang bermanfaat. Time is sword.

Aku mengambil Al-Qur"an yang selalu ada di atas meja belajarku. Lebih baik ku habiskan waktu sore ini dengan membaca Al-Qur'an. Lebih berguna daripada memikirkan laki-laki yang belum tentu memikirkan kita. Aku harus mengalih pikiranku darinya, dari Haikal.

Lantunan huruf demi huruf yang menjadi kalimat indah terlantun dari mulutku. Al-Qalam adalah surah yang ku baca sekarang. Dalam tiap huruf ku yakinkan diriku. Tenang dirimu Alya! Jangan jadikan Haikal sebagai penghalangmu dengan Allah. Hampir mendekati ayat 40. Aku berhenti membacanya, lagi. Aku bahkan menutup Al-Qur'an tanpa menangakhirinya.

Kenapa?

"Ya Allah, kenapa wajah Haikal bisa ada disana?"

000

Aku meletakan buku novel yang baru saja ku baca sebanyak 5 lima bab. Buku-buku, alat tulis, laptop + chager, smarthphone, yang ada di atas kasur dan makanan minuman sebagai cemilanku ada di atas nakas samping kasur. Kasurku menjadi basecamp ternyaman sepanjang liburan 3 hari.

Aku sangat bersyukur, kakak kelasku UN. Aku bisa menikmati 3 hari yang terasa seperti hari minggu. Beruntung perkerjaan rumah –bukan PR tapi tugas anak cewek, sudah kerjakan dengan apik. Aku bisa bersantai.

Aku merebahkan badanku. Lalu mengeliat. "coba aja yang kek gini tuh tiap hari!"

Smarthphoneku berbunyi. Sebuah notif masuk ke dalamnya. Aku meraih smarhphoneku. Ada chat line di grubku bersama kawan-kawanku.

JuliArabella: gue bosen!

Dr.Raisya: lah si Riyan ngagurin lo, Li?

Dr.Raisya: emang kurang ajar tuh anak babon, blm pernah liat emak lampu send kiri ap?

JuliArabella: gue dianggurin?!

Rahmaezha: masa longweekend gini lo g jj sama Riyan.

NO; ketika gadis  anti-pacaran jatuh cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang