6

8.5K 371 6
                                    

Aku masuk kelas dengan keadaan mendengar music bergenre campuran yang ku sukai. Pop, nasyid, RnB, dan techno. Headphone berwarna putih dan abu-abu terpasang di kepalaku. Tanganku mengamit buku novel bergenre fiksi islam-romance. Lalu aku duduk di bangku lipat miliku.

Pikiranku fokus padaku namun sesekali pecah jika ada yang masuk kelas. Karena aku harus memastikan jika Pak Anto masuk kelas. Namun beberapa kali, hanya siswa dari kelasku saja yang keluar masuk. Aku merasakan bahwa ada yang datang, aku menenggok ke arah pintu.

Haikal sedang berdiri mematung menatapku. Mataku menatap matanya. Sepasang mata hazel bertemu dengan mata hitam pualam. Sebuah senyuman tersunging di wajahnya untuk beberapa detik sedangkan aku benar-benar kaku. Entah aku harus membalasnya atau tidak. Ia melambai padaku, spontan aku membuang wajah tak ingin memandangnya. Aku menutup mataku sambil beristigfar, Alya tundukan pandanganmu.

Setelah itu aku bersikap biasa dan kembali membaca novelku. Tapi aku tidak bisa fokus lagi membaca. Pikiran melayang pada senyuman daan lambaiannya juga ucapan Juli dan rahmah yang mengiang-giang di kepalaku. Al, lo sama Haikal cocok tau!? Ok, gue yakin lo pasti bakalan suka sama dia. Meskipun pacaran haram, suka kan nggak papa. Naluri manusia itu menyukai lawan jenis.

Aku mengeleng pelan. Tidak, Alya you not love every boys here. No! aku belum bisa menerima jika aku harus jatuh cinta lagi. Tidak boleh. Aku harus tetap bertahan kosong perasaan seperti ini.

"Alya!" seru Gendis yang membuyarkan lamunanku.

"lo kenapa?" tanyanya.

Aku melepaskan headphoneku dan kubiar mengantung dileherku, "Nothing." Ucapku lalu melangkah ke belakang kelas untuk meletakan novel di loker.

Ketika aku membuka lokerku, aku mendapati sebuah cokelat. Tertempel sebuah kertas yang isinya, I know you like chocolate.

"aku tahu kamu suka cokelat?" aku membaca tulisan tersebut dalam bahasa Indonesia.

Tiba-tiba seseorang mengambil cokelatku. Indah membaca tulisan di cokelat itu dengan lantang. Aku tidak memperdulikannya dan menutup lokerku.

"Al gue minta ya cokelatnya." Pinta Indah.

"ambil aja."kataku santai lalu berjalan dan duduk kembali di kursi. Indah berteriak girang. Namun dalam hitungan detik beberapa teman-teman mendekati Indah untuk meminta cokelat.

Aku menghela napas berat. Cokelat dari secret admirer adalah benda yang tidak pernah ku buang. Selain karena cokelat adalah makanan, kita tidak baikkan membuang makanan. Mubazir. Dan cokelat adalah makanan favoritku. So, biasanya cokelat akan ku makan. Tapi rasa suka cokelatku dikalahkan oleh rasa yang tidak jelas asal-usulnya.

"Nah kan kalian pacaran lagi di kelas!", asal suara itu membuatku berbalik.

Terlihat Juli dan Riyan sedang duduk berdua di kelas. Namun pemandangan aneh terlihat saat Haikal juga ikutan duduk disamping Riyan. Terkesan menganggu.

"Apaan lagi sih lo Kal?" tanya Riyan kesal.

"Apaan sih?! Noh lo berdua pacaran di kelas." Jawab Haikal sambil menunjuk tangan Riyan dan Juli yang berpegangan.

Aku memutar bola mataku. Aku sih udah pernah menasehati tapi kadang belum saatnya hidayah datang.

"Masalah buat lo?!" kata Juli.

"Iyalah, bikin gue iri. Gue jomblo kale." Balas Haikal.

"makanya kalo lo punya gebetan cepet diembat, diambil orang duluan baru nyaho lo!" Riyan memberitahu Haikal.

"Yah lo itu. Okay," Haikal mengalihkan pandangan dan melihat Indah yang sedang asyik bernyanyi. "Indah kita pacaran yok!"

Indah menenggok lalu menjulurkan lidahnya, "sorry ya nggak level."

Juli dan Riyan tertawa, "Hahahaha."

"Indah yang kayak dijah yellow aja nggak mau sama lo, Kal!" seru Riyan.

"Dah, gue suka sama lo." Kata Haikal lagi.

"kampret lo, Yan!" seru Indah, "lo juga Haikal. Nggak ngerasa tuh Alya ngeliatin tingkah playboy lo itu."

Aku menaikan salah satu alisku, AKU?! Haikal melihat kepadaku dengan tatapan dan ekspresi datar lalu mengalihkan pandangan menghadap Indah lagi. Dasar menyebalkan! Tapi aku tidak bisa menyimpulkan maksudnya.

"Ya udah deh! Mungkin sekarang lo belum terima gue. Mungkin kalo gue terus berusaha, lo juga bakal luluh."

000

Bel berdering nyaring selama 6 kali tanda pulang sekolah. semua siswa-siswi berhamburan dari kelas menenteng tas mereka. Berjalan menuju parkiran atau gerbang sekolah. sebagian dari mereka ada yang mengunakan motor bahkan mobil, namun adapula yang masih setia dengan kendaraan umum macam angkot. Bahkan ada yang berjalan kaki atau bersepeda. Aku sendiri adalah murid yang mengunakan motor karena jarak antara sekolah dengan rumahku cukup jauh.

Seperti biasa sebelum pulang aku, Gendis, dan Raisya duduk-duduk di taman sambil menunggu motor kami yang terpakir agak ke dalam. Ketika dua kawanku sedang asyik berbicara, aku hanya menerung duduk diantara mereka.

"alya!" seru Raisya.

Aku mengangkat wajahku menatap kedua kawan dengan air muka bingung.

"lo bengong mulu, ada problem?" Tanya Raisya yang mendapat anggukan persetujuan dari Gendis.

"Nothing. Gue Cuma kepikiran hal lain yang sampe sekarang bikin gue nggak ngerti." Jawabku menatap kosong ke depan.

"apaan?"

"Gue kepikiran –" belum sempat ku lanjutkan kata-kataku, Raisya berseru.

"Itu Haikal kan?!" sontak aku menenggok pada arah yang ditunjuk oleh Raisya. Laki-laki tinggi dengan mata hitam pualam sedang berdiri di lantai mengarahkan badannya pada kami. Tiba-tiba ia melambaikan tangan.

"Eh dia melambaikan tangan ke siapa?" Tanya Gendis.

Raisya membalas lambai Haikal tapi Haikal terlihat mengelengkan kepala. Raisya menunjuk dirinya. Haikal mengibaskan tangannya. bukan?! Lalu Gendis menunjuk dirinya dengan kedua jemari telunjuknya. Haikal mengibaskan tangannya lagi. Bukan?! Gendis dan Raisya secara bersamaan menunjuk ke arahku. Aku yang ditunjuk hanya pelegak-pelogok.

Saat itulah Haikal tersenyum dan melambaikan tangannya padaku. PADAKU?! Langsung Gendis dan Raisya meledekku. "ciieee". Aku menatap tajam Haikal lalu berdiri, melangkah menuju parkiran tanpa perduli dua kawanku sedang memanggilku sambil mengejar langkahku yang besar-besar. Wajahku memanas, entah kaena memanas atau ada hal lainnya.

"Lo marah karena Haikal melambaikan pada lo?" Tanya Gendis.

"Iya, mang napa?" balasku ketus.

"Ya Allah Alya. Dia Cuma melambaikan tangan." Kata Raisya.

Aku mengangkat kedua tangan seolah memang begitulah aku. Aku naik kemotor bitu maticku dan ku kendarai sampai ke rumah. Mungkin hanya karena lambaiannya seorang perempuan bisa melayang dan mengartikan yang tidak-tidak.

000

Memikirkan Haikal melambaikan tangan padaku dengan senyuman extraordinarynya. Mengingat senyuman membuat sebuah lekukan sempurna di wajahku. Senyuman. Pipiku merona dan terasa begitu panas. Apakah aku blushing? Yang benar saja.

Namun semakin kesini, aku menyadari satu hal. Ada rasa yang lebih dariku untuk Haikal. Tapi aku tidak tahu pastinya. Apakah aku, apakah aku menyukai laki-laki yang selama ini ku anggap rival, sainganku? Aku menyukai lelaki itu karena judge dari kawan-kawanku yang sellau menjodohkanku dengannya, membuat takdir selalu mempertemukanku dengan Haikal. Ya Allah perasaan apakah ini?

Apakah mungkin akujatuh cinta untuk kedua kalinya? Kenapa rasa ini muncul? Pertanya demipertanyaan meluncur dari otakku yang selalu berpikir secara logis dan batinkuyang selalu mengikuti arah hati. Ya Allah, apakah ini cinta atasMu? 

***

kan gue updatenya telat. Sorry ya.. Btw, soal fiksi remaja islami-romance emang ada . Moga bisa menyenangkan ya bab ini. BTW, cerita ini emang konsepnya fiksi remaja-islami. otomatis ya begitu jalannya... cuma cerita ini fokus terhadap cinta dalam diam dan anti-pacarannya.

NO; ketika gadis  anti-pacaran jatuh cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang