12

5.8K 300 2
                                    



Akibat melawan perintah aku terkena batunya. Sekarang aku sakit. Tyfusku kambus dan harus menjalani rawat inap alias opname. Jika aku boleh jujur aku tidak suka rumah sakit. Aku lebih memilih duduk di rumah saja tapi atas pemeriksaan dokter dan bujukan orang tuaku, aku akhirnya terdampar diruang bercat putih dan abu-abu.

Selang infus menancap disalah satu tanganku. Aku sekarang hanya bisa berbaring dan duduk. Sesekali aku berjalan kesan-kemari. Aku bosan diam saja. jujur saja aku tidak suka jika hanya diam dan tidak melakukan apa-apa.

Aku merindukan kelasku, kawan-kawanku, semuanya mungkin. Sudah hampir 5 hari aku tidak masuk sekolah. aku pasti tertinggal banyak pelajaran. Dan mungkin aku merindukannya.

"Aya ada teman-temanmu menjenguk." Kata Mamah yang langsung dapat respon dariku dengan menarik kerudungku dan ku kenakan.

Gendis, Raisya, Juli, dan Rahmah masuk kamar. Mereka datang dengan sekeranjang buah.

"Ini nih si bocah keras kepala." Cibir Juli.

"Gue lagi sakit tau!" kataku tidak suka diejek begitu.

"Sakit ya, aduh kasiannya." Kata Raisya memelukku.

"Kan gue udah bilang jangan pulang pas hari hujan. Sakit dah lo." Kata Gendis.

"sakit mah takdir sama sugesti Dis. Ini sakit sebagai kafarat dosa gue. Sakitkan mengugurkan dosa." Kataku membeela diri dengan suara parau..

"Iya dosa lo banyak." Timpal Rahmah.

Aku mencibir Rahmah, "kaya dosa lo dikit aja nong!"

Mamah datang membawakan beberapa gelas aqua, "Tante tinggal sebentar dulu ya."

"Mamah mau kemana?" tanyaku.

Mamah sudah melangkah keluar membawa Arvi, "ke apotek membeli obat buat kamu Ya."

Aku mangut-mangut mengerti. Lalu mengalihkan padanganku ke kawan-kawan yang kini saling lempar pandangan. Seperti ada yang mau mereka katakan tapi mereka nampak. Mereka terus-terus saja saling melempar pandangan. Jengah dengan sikap mereka dan aku juga penasaran, membuatku segera membuka mulut.

"Mau ngomong apa kalian?" tanyaku to the point.

Mereka semua nyengir kuda. Aku memutar bola mataku kekanan.

"cepetan!" desakku.

" tadi pelajaran kosong dan kelas agak sepi. Cuma ada kita-kita sama Riyan, Joned, dan Haikal. Jadi Al, tadi Riyan nyuruh Haikal ngangku perasaannya ke elo tuh gimana?"

Aku diam terpaku. "Lo pada rusak ya atau gimana? Pake bawa-bawa Riyan segala."

"Nggak gitu lo Alya." Juli berusaha menenggahi. "Ternyata Riyan udah curiga sama Haikal kalo dia punya perasaan sama lo terus dia nyuruh Haikal buat ngaku."

Aku manggut-manggut saja mengerti. "terus?"

"cie penasaran!!!"goda Rahmah.

aku memasang wajah cemberut ala ku."Ya gue cuma mau tahu gitu."

"sayang sih Al, Haikal suka sama lo." Kata Raisya.

Mataku serasa ingin keluar saking terkejutnya. Mulutku mengangga. Aku juga ingin berteriak tapi aku ingat kalo ini rumah sakit. Apakah telingaku baik-baik saja? Pipiku serasa panas. Haikal juga menyukaiku?! Ini seperti kabar petir yang jinak.

"Kita serius Al. tapi dia nggak mau nembak lo. Dia juga nggak ngasih tahu alasannya kenapa." Kata Rahmah.

Hening. Semua nampak berpikir apa alasan Haikal tidak mau menyatakan cintanya padaku.

"Haikal parno kali sama lo. Lo kan suka kejam gitu kalo nolak orang." Kata Gendis yang menurutku dia ada benarnya juga.

"Haikal nggak secemen itu." Juli mengibaskan tangannya. "Mungkin Haikal menghormati prinsip Juli."

"So sweet!" kata Gendis mencubit pipiku.

"Gendis!!!" pekikku kesal.

"Tapi serius ya lo berdua beda banget. Kaya kanan dan kiri tapi saling melengkapi."

Aku teringat Haikal pernah berkata, kamu kanannya dan aku kirinya seperti itulah kita yang berbeda.Aku menunduk berpikir. Haikal menyukai dan aku menyukainya. Selama ini kami terlihat sebagi rival. Namun apakah tatapan mata kami selama ini telah mengungakapkan isi hati. Meski aku tahu selama ini aku hanya mencintanya sebatas diamku saja. Tapi cintaku tak bertepuk sebelah tangan. Ya Allah kau tunjukan jalannya, apakah ini jawabannya.

"Guys, its okay kalo dia nggak mengungkapkannya. Justru gue sangat bersyukur jika hal itu tak terjadi." Kawan-kawanku menatapku dengan arti kenapa?, " kalian tahu gue suka sama dia tapi gue tidak melakukan apa-apa karena gue terikat hukum. Jika dia menyatakan cinta, maka gue nggak akan kuasa untuk menolaknya tapi gue harus menolaknya. Gue harus membohongi diri gue sendiri karena cinta gue ke Allah lebih besar."kataku sendu.

"Gue tahu sekeras, seemosi apapun elo, lo adalah satu-satunya cewek alim yang istiqomah. Gue selalu salute dengan pilihan lo itu." ucap Raisya tersenyum hangat padaku.

Aku tersenyum memaksa merasa rasa sakit yang penuh rasa bahagia. Keempat kawanku kini memelukku memberi kekuatan. Sebesar apapun rasa cinta kepada kekasih rasa cinta pada Tuhan adalah hal yang harus dimiliku tiap insan. Dan rasa cinta pada kekasih akan kalah bila bertemi kasih sayang dari para sahabat

"Tapi kalo dia nembak lo, lo bakal jawab apaan?" tanya Rahmah.

Bola mataku mengarah ke atas sambil mengigit kuku -yang tanganku langsung ditepis oleh Raisya karena dia tidak suka dengan kebiasaan jelekku ini, aku tersenyum pada teman-temanku.

"menurut kalian?"

mereka saling berpandangan.

"NO!!!"


�h���s

Sorry ya gue update rada pendek untuk bab yang ini. Tapi boleh dong mintavote dan commentnya. Gue ini pengennya fokus belajar tapi ngeliat laptop bawaannya mau nulis mulu. ya udah sekalian aja update. setelah ini adalah bab yang gimana ya... lanjut aja gieh! biar tahu.. Vomment sorry for typo..

mulmed: heer-ost jab taak jai haan

NO; ketika gadis  anti-pacaran jatuh cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang