25

5.3K 243 0
                                    

Saingan secara sehat?!

000

Aku berjalan santai di sepanjang koridor sekolah. padahal jam sudah menunjukan jam 8 lewat. Sangat lewat. Tapi kenapa aku bisa telat? Karena hari ini Hari Peringatan Kartini, sekolah mengadakan lomba kartini dan memasak bagi laki-laki.

Hari ini akan lebih tenang karena aku tidak harus ikut lomba apa-apa. Tidak sibuk. Hanya duduk di kelas sambil mendengarkan lagu dan membaca buku. Tapi akan lebih menyenangkan jika absen saja. Toh, aku tidak ada kegiatan penting. Sayangnya, absen kelas tetap berlaku dan memaksaku untuk masuk sekolah.

"ALYA!" seru teman-teman sekelasku.

Aku menatap mereka penuh tanda tanya. Ada apa mereka meneriaki namaku, aku baru saja sampai di kelas. Jangan-jangan mereka mau mengeroyokiku? Salahku apa?!

Mereka semua menariku masuk kelas.

000

"WHUAAAA, GUE NGGAK MAU JADI ONDEL-ONDEL!" teriakku berlari dari kejaran kawan-kawanku.

"Ayo Alya, buat kelas kita!" seru Salsa menarik lenganku.

"Woi tangan gue bisa copot nih!" aku mencoba melepaskan pegangan kawan-kawan perempuann di kelasku.

"Ya Allah buat kelas doang, lo nggak bakalan jadi ondel-ondel deh! Lo bakalan jadi model kartini muslimah, gue jamin." Kata Juli.

"lo aja, gue mah males!" kataku.

Mereka menarik tanganku tidak perduli aku meronta-ronta agar tidak dijadikan kartini hari ini. Ok, aku akui aku lebay. Tapi aku benar-benar tidak mau.

Aku berhasil melepaskan cengkraman mereka. Aku berlari sekencang-kencangnya dari kelas.

"RAHMAH TUTUP PINTUNYA!"

Rahmah menutup pintu kelas. Aku berhenti mendadak, jika terus melaju mungkin jidatku bisa benjol. Itu nggak asyik banget man! Aku mendelik pada Rahmah yang sedang nyegir kuda. Lo pulang arah mana Rah, biar gue hadang?!

"Nah Alya lo mau kemana?"

Aku berjalan mundur, semua teman-teman perempuan mengelilingiku. Aku seperti tersangka yang sedang di bully masa.

"Buat kelas Alya, sekali aja!"

"Lo pikir gue begitu nggak kenapa-napa, gue make up terus pake baju yang ada lubangnya. Takut gue!" Balasku bergidik ngeri.

Satu hal lagi. Aku tidak suka make up. Aku lebih suka memakai bedak bayi dengan lips blam saja, itu pun juga kalo ingat. Jangan katakana aku pemalas dan tidak memperhatikan penampilan. Tidak! Aku hanya menjaga diriku. Aku takut jatuhnya tabaruj atau berlebihan. Memang tidak berlebihan sih, hanya saja aku memang tidak suka.

Jika banyak murid yang datang ke sekolah memaka make up. Aku tidak. Kenapa? Ini sekolah cuy, bukan beauty class. Sekolah untuk menuntut ilmu bukan tempat untuk tampil menjadi yang tercantik atau tempat mengait para cowok-cowok.

Shinta mendecak sebal, "Vestelasi rumah kali berlubang. Nggak gue jamin lo nggak bakalan pake make up tebel kayak artis, nggak pake baju kebaya yang aneh-aneh kayak anak sebelah. Lo tetap muslimah banget deh!"

Juli mengambil baju yang dari tadi digantung di jendela kelas. Kebaya muslimah, nyaris seperti gamis. Karena kain batik dan kebayanya sendiri sudah menjadi satu. Warna putih biru yang elegan.

"kerudungnya juga bisa kija hijabin biar sesuai selera lo deh Al!" kata Shinta lagi.

Aku menghela napas, mataku mendelik pada Shinta.

NO; ketika gadis  anti-pacaran jatuh cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang