32

4.8K 259 5
                                    

"gini aja, kamu sama Gendis ikut Dany. Soalnya Dany Ibu suruh ngambil barang sama dia juga mau ngatar Gilang, kan si Gilang nggak bawa motor. Kamu ikut Dany aja, nanti Gendis juga ikut dia. Biar si Gilang bawa motor kamu." Kata Bu Kusuma.

Kami semua melonggo mendengar penjelasan Bu Kusuma. Rencana yang disusun oleh Juli jadi gagal. Aku harus bersyukur untuk itu. aku jadi tidak merepotkan kawan yang lain. dan Haikal tidak tahu kediamanku dimana.

"memang kenapa Bu?" tanyaku.

"Yah kan kamu tanggung jawab Ibu, soalnya Ibu kamu tadi nitipinya ke Ibu. Jadi biat Ibu yang ngurus pulangnya kamu." Jawab Bu Kusuma.

"Udah sana cepetan, Dany lagi ngambil mobil Ibu." Bu Kusuma berjalan meninggalkan kami.

Aku menatap Juli. Juli tersenyum dan menepuk pundakku.

"nggak papa kok Al, seenggaknya gue sama Riyan bisa langsung pulang. Tentunya ke rumah masing-masing." Kata Juli melirik Riyan.

"kenapa nggak pulang di rumah yang sama sih Beb?" goda Riyan nakal.

"belum saatnya beb. Entar kalo udah mau nikah aja." Kata Juli yang mendapat delikan mataku.

"tuh ada singa mau mengaum." Ledek Riyan yang aku tahu dia pasti meledekku.

"sorry ya Al, gue bikin lo cari ide." Ucapku pelan.

"ah gak papa. Tapi lo harus ngasih tahu si Haikal. kan tadi juga dia mau ngantar lo. Kasihan ntar tuh anak nungguin dan elo udah pulang ikut Dany. Kita pulang ya, dahh!!" Kata Juli.

Aku menangguk. Aku menarik tangan Gendis ke luar gedung. Lalu kami berdua berjalan-jalan mencari Haikal di area gedung. Namun nihil. Dia tidak ada di dekat gedung.

"Ya udah lo kesana dan gue ke deket mushalla, siapa tahu dia disana. Dan bawa kunci motor gue, sekalian lo ambil motor." Kataku.

Gendis berjalan ke arah yang ku tunjuk. Aku sendiri, ya ke mushalla. Aku menenggok kanan kiri. Tapi batang hidung Haikal tak juga nampak. Aku berbalik dan memutuskan untuk mencari ke tempat lain. namun langkahku terhenti ketika mendengar suara.

"Haikal." ucapku pelan sambil berjalan ke arah sumber suara.

Aku mendengar seseorang sedang berguman tidak jelas. Aku terus melangkah. Sebenarnya aku takut. Memang sih yang harus ditakuti itu Allah,dan kita memang harus takut padaNya. Hanya saja, aku takut jika itu bukan Haikal. bagaimana jika itu preman atau begal?

"Haikal." ucapku pelan.

Dan aku melihat seseorang sedang duduk di teras mushalla sambil memandang langit. Ransel tas orang itu dibiarkan tergeletak sembarangan.

"Haikal." panggilku.

Orang itu menenggok ke belakang. Aku menahan napas ketika tahu dia benar Haikal. Haikal melompat ke arahku. Aku reflek mundur dua langkah.

"lo mau pulang?" tanya Haikal.

"Oh enggak." Kataku sedikit gugup, "ah maksud gue iya."

Haikal menaikan salah satu alisnya dengan wajah datar namun tersenyum tipis. Apakah aku sedang berpikir dia terlihat keren? Astagfirullah Alya, jaga pandangan.

"gue mau pulang." Kataku.

"ya udah ayok!" Haikal meraih Ranselnya.

"ta –tapi Haikal, gue nggak jadi pulang sama lo atau sama Juli dan Riyan." Kataku cepat memberhentikan pergerakannya.

"kenapa?"

"Ibu kusuma nyuruh gue ikut Dany. Soalnya Ibu Kusuma yang diamanahin nyokap gue buat mulangin gue dengan selamat."

NO; ketika gadis  anti-pacaran jatuh cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang