Chapter 09 - Manis dan Pahit

170 19 0
                                    

Matahari telah menyembul keluar dan sinarnya berhasil lolos masuk melewati jendela kaca kamar yang terbuka.

Tunggu, apa? Terbuka?

Aku langsung bangun begitu menyadarinya.

Bagaimana bisa jendela kamarku terbuka sepagi ini? Apa aku lupa menutupnya kemarin malam? Atau ada orang lain yang sudah masuk kedalam kamar dan membukakan jendela kamarku?

Berbagai macam spekulasi muncul di kepalaku. Aku menggeleng, aku yakin kemarin malam aku sudah menutupnya dengan rapat sebelum aku pergi tidur. Dan aku telah mengunci pintu kamarku, bagaimana bisa ada orang masuk? Kecuali kalau orang itu mempunyai kunci cadangan. Aku menggeleng lagi, kamarku tidak menyediakan kunci cadangan dan bahkan aku tidak pernah meminjamkan kunci kamarku kepada siapapun termasuk Mom, Dad ataupun Neil.

Aku menghembuskan napas. Sudahlah lupakan saja. Ini hari senin, seharusnya aku ada di sekolah dengan seragam olahragaku pagi ini. Tapi yang bisa kulakukan hari ini hanyalah berbaring dan beristirahat.

*knock* *knock*

"Sayang kau sudah bangun?"

Suara Mom bertanya dari balik pintu kamarku.

"Yes Mom."

Setelah mencoba bangkit dengan hati-hati, aku memutar knop kunci untuk membuka pintu yang memunculkan Mom disana. Membawa nampan berisi semangkuk bubur wortel dan segelas susu hangat plus roti tawar dengan selai nutella kesukaanku.

"Wow. Thanks."

Ketika aku hendak menggapai nampannya, Mom menolaknya.

"Biar aku saja, kau beristirahat saja."

Aku mengangguk patuh dan berjalan kembali menuju tempat tidurku yang anti badai.

"Bagaimana keadaanmu pagi ini?"

"Great. But yeah it still feels hurt."

Mom mengangguk kecil, "Aku mengerti. Aku akan kembali ke dapur, jika kau butuh sesuatu telpon saja nomorku."

Aku tersenyum kecil dan Mom berjalan pergi dengan sebelumnya mengelus pangkal kepalaku yang tidak ku keramas sejak 3 hari yang lalu.

"Mom?" Tanyaku sebelum ia keluar melewati pintu kamarku.

"Yes?

"Apa kau masuk kekamarku sejak kemarin malam?"

Mom tampak berpikir berpikir sejenak dan menggeleng, "Tidak, terakhir kali aku masuk saat memberikan segelas susu kepadamu. Kau tak ingat?"

"Uh mungkin."

Mom tampak berpikir sejenak lagi, "Ada apa?"

Aku menggeleng singkat, "Tak apa. Terimakasih atas makanannya.

Mom tersenyum dan berjalan pergi dengan sebelumnya menutup rapat pintu kamarku.

Lalu bagaimana jendelanya bisa terbuka seperti itu? Ah mungkin saja aku lupa menguncinya dengan rapat dan kemarin malam angin begitu kencang sehingga jendelaku terbuka begitu saja.

***

Hari ini aku menjalani hari seperti orang yang benar-benar sakit, hanya-tertidur-diatas-tempat-tidur-anti-badaiku. Selain menonton tv aku mengecek ponselku berulang-ulang, entahlah tapi ada perasaan mengganjal, aku menyadari kalau aku sedang mengharapkan seseorang untuk menghubungiku. Aku tidak tau pasti siapa, karena semua anggota Ghoster klub sudah mengirimiku pesan bahkan menelponku saat jam istirahat hanya untuk memastikan keadaanku dan semua kebutuhanku sudah terpenuhi. Tapi siapa yang ku tunggu?

Fear Street: CharityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang