Chapter 28 - Home

255 21 10
                                    

"Tenanglah Charity, keluargamu akan baik-baik saja." Shania mencoba menenangkanku lagi dan lagi.

Kami berenam sudah berada didalam mobil sekarang, pagi-pagi sekali Bibi meminta kami untuk cepat pulang. Awalnya kami menolak karena merasa tidak enak atas apa yang menimpa Steve; yang masih koma dirumah sakit. Tapi ini juga demi keluargaku, aku benar-benar tidak tau bagaimana keadaan mereka sekarang.

Aku yang masih mencoba menghubungi telepon rumah, Tricia yang masih mencoba menghubungi ponsel Mom, dan Cory yang masih mencoba menghubungi ponsel Dad. Bahkan Federick juga sedang mencoba menghubungi Emily namun juga tak mendapatkan jawaban.

Kekhawatiran kami, khususnya aku, sungguh dalam porsi yang sangat tinggi kali ini. Bagaimana kalau sesuatu terjadi kepada orangtua dan adikku? Bagaimana aku bisa seteledor ini tidak berbicara hal yang sejujurnya kepada mereka? Bagaimana aku bisa mempercayakan keluargaku kepada Emily yang bahkan bertengkar denganku pun ia selalu kalah? Ahh aku memang bodoh.

Cory menoleh ke para penumpang dibelakang, "Hey, ini sudah siang. Aku telah membuat beberapa sandwich dan roti isi daging didalam kotak makan. Kalian makanlah, dan buat Charity makan karena ia belum juga makan sejak kemarin."

Shania mengangguk dan menggapai kotak makan persegi berwarna kuning yang ada dikotak dibelakang tempat duduknya. "Ayo makanlah Charity."

Aku menggeleng, "Aku tidak lapar."

Bobby memberhentikan mobilnya mendadak yang menimbulkan bunyi decitan yang cukup kuat, membuat kami terkejut dan hampir terjungkal.

"Makanlah atau kita tidak akan melanjutkan perjalanan." Ucap Bobby tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan.

Aku menghembuskan napas panjang, "Baiklah."

***

Rasa takutku memuncak begitu kami telah sampai dihalaman rumahku. Sudah masuk waktu sore hari tapi pintu rumahku masih terbuka.

Secepat kilat aku langsung berlari menggapai pintu rumahku diikuti oleh teman-temanku yang lain.

Aku bisa bernapas lega setelahnya karena bisa melihat keluargaku sedang tertawa dengan wajah riang di sofa tamu. Namun sedetik kemudian aku bergidik, dengan adanya Ken disana.

Berani bertaruh, teman-temanku yang menyusulku juga merasakan hal yang sama.

"Charity? Kalian sudah kembali?" Senyum Mom makin mengembang dan berjalan kearahku.

"Aku..."

Ken menggeleng, "Kalian pergi tanpa diriku?"

Kami menoleh kearah satu sama lain.

"Char, temanmu Ken ini sungguh mengagumkan! Dia membantu Dad memperbaiki mobil pagi tadi!" Ujar Dad sambil meminum teh dimeja dihadapannya.

Neil mengangguk, "Dan dia menemaniku belanja robot-robotan! Astaga Char, dia lebih keren daripada temanmu yang pergi entah kemana itu."

Mom berdeham, "Dean."

"Hah?"

Mom menghembuskan napas, "Yang kau sebut pergi entah kemana itu bernama Dean."

Neil menggeleng, "Entahlah, aku bahkan tak ingat namanya."

Aku tau saat ini apa yang dipikiran teman-temanku adalah sama dengan apa yang kupikirkan.

Apakah ini benar-benar Ken tidak tau menahu tentang apapun atau dia yang sedang memainkan perannya.

Ken bangkit dari duduknya, "Oh Paman, Bibi, Neil, Charity, dan yang lainnya, aku harus pulang sekarang."

Mom merengut, "Apa kau tidak mau makan malam dahulu bersama kami?"

Lelaki berkemeja abu-abu itu mengambil kunci diatas meja dan menggeleng, "Aku ingin sekali tapi aku harus pulang."

"Padahal makanan Mom adalah yang terbaik!" Neil ikut merengut.

Ken tertawa dan mengacak-acak rambut Neil, "Mungkin lain kali."

Aku dan yang lainnya masih berdiri mematung sejak kami masuk tadi. Ken menoleh kearah kami, "Ada yang ingin pulang bersamaku?" Aku tidak tau bagaimana mereka meresponnya, tapi aku langsung menghembuskan napas dan meminum air mineral dari dalam lemari es.

"Terimakasih Ken. Karena telah menemani keluargaku selama aku pergi." Ucapku sambil tersenyum kepada Ken, masih memegang botol minumku.

Ken tersenyum lebar kearahku, "Tidak masalah Charity, aku senang berada disini."

Entah menyindir atau apa tapi dia tampak mengerikan dengan senyumannya itu.

"Aku permisi dulu." Ucap Ken sambil berjalan melewati teman-temanku setelah menepuk pundak mereka dan tersenyum.

"Sering-seringlah kemari!" Neil meminta.

Ken terkekeh, "Tentu saja. Dengan senang hati." Kemudian ia pergi menutup pintu dibelakangnya.

Teman-temanku menatapku. Aku hanya balas menatap mereka.

"Aku akan memasak makan malam. Kalian bersihkan diri kalian." Ucap Mom sambil tersenyum dan berjalan kearah dapur.

"Terimakasih Bibi." Ucap mereka bersamaan.

********************************

Hai maaf ya baru update HAHAHA xD

(Simple bgt yak kayak gada dosa)

Next chapter bakal aku post secepatnya! See u!!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fear Street: CharityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang