Chapter 26 - Perburuan

120 19 5
                                    

Setelah makan kami menyiapkan beberapa perkakas dan sebagainya yang dapat digunakan untuk memudahkan kami dalam perburuan. Ada beberapa barang yang tak kumengerti yang Bibi minta untuk dibawa, tapi aku akan mengetahuinya kegunaannya sesaat lagi.

"Ayo kita bergegas. Paul akan kembali pada sore hari, aku tak ingin ia kembali dan tak menemukanku didalam rumah." Ujar Bibi sambil berjalan menuju mobil milik Bobby. Kini penumpang dikursi belakang bertambah satu, tapi untungnya kami masih bisa bernapas dengan bertambahnya Bibi. Untung saja ia tidak kelebihan berat badan seperti Paman Paul.

"Bibi, Steve belum juga kembali?" Aku bertanya.

Bibi menggeleng, "Entahlah, biasanya ia kembali saat makan siang. Tapi biarkanlah, ia pasti akan kembali sebentar lagi, ia punya kunci cadangan rumah."

"Bibi, berapa lama perjalanan kita?" Cory bertanya.

"Kuranglebih 20 menit jika pengemudi bisa menaikkan kecepatannya diatas rata-rata." Jawab Bibi.

Federick mengangguk, "Bisa ku atasi, tunjukan saja arahnya."

Mobil pun beranjak dari halaman rumah Bibi dan bersiap menyerbu dijalanan berpasir Texas.

Satu-satunya hal yang kuketahui tentang Texas adalah negara bagian yang panas. Sekarang kami bisa merasakannya dengan bercucurnya keringat bahkan sebelum tenaga kami keluar.

"Aku membawa termos berisi air es jika kalian kepanasan. Aku yakin kalian belum terbiasa dengan keadaan ini." Bibi berkata sambil menunjuk termos yang tadi ia letakkan dibelakang kursinya.

Kami semua dengan cepat menyerbu meminta air es itu. Kemudian Bibi memberikannya pada kami satu persatu dalam bentuk gelas plastik.

"Padahal tadi ketika baru sampai Texas kami tak merasa sepanas ini." Bobby menyahut.

"Tentu saja karena kita sampai di Texas sebelum fajar muncul!" Shania berkata sebal kepada temannya itu.

"Tapi biasanya memang tak sepanas ini." Bibi berpendapat.

"Bahkan bumi-pun tau kalau kita akan melakukan sesuatu yang hebat." Aku menambahkan.

***

"WOW..."

Itu adalah kata-kata pertama yang aku, Shania, Tricia, Bobby, Cory dan Federick ucapkan begitu sampai di pemakaman yang Bibi tunjukan secara bersama-sama.

"Kalian memang kompak. Ayo bergegas." Bibi bergegas membuka pintu disebelahnya dan keluar menurunkan beberapa alat disana.

Sedangkan kami berenam? Masih terbengong tak percaya didalam mobil. Alasannya? Baiklah, aku berani bertaruh kau akan berekspresi seperti kami saat pertama kali melihat pemandangan pemakaman dihadapanmu ini, er— lebih tepatnya dikanan dan kirimu karena kami sekarang telah berada dijalanan yang membelah pemakaman yang sangat luas ini!

Kami melihat kearah satu sama lain. Kemudian Bobby terkekeh canggung, "Ini pemakaman paling terlebar dan terseram yang pernah kudatangi."

Aku mengangguk sambil memakai jaket ke tubuhku, "Bulu kudukku sudah berdiri bahkan sebelum aku keluar dari mobil dan merasakan udara pemakaman ini."

Tricia mendengus, "Aku benci mengakui ini, tapi Bobby memang benar. Ayo teman-teman saatnya keluar karena aku tak sabar ingin membongkar kuburan hantu terganas sepanjang masa sebelum Ken hantu keparat itu!" Tricia turun dengan cepat dan menghampiri Bibi yang masih sibuk menurunkan alat-alat.

Kami semua menghembuskan napas dan mulai membuka pintu mobil sesaat kemudian aku teringat akan sesuatu membuat kami terhenti.

"Ah Shania? Bagaimana kalau kau dimobil saja? Kau sedang tidak enak badan, dan kami hendak mencari kuburan satu orang diantara beribu-ribu kuburan disini. Aku tak ingin kau kelelahan." Ujarku.

Fear Street: CharityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang