Chapter 19 - Dua Hantu

118 22 5
                                    

"Kau ingin sesuatu?" Dean bertanya sambil membolak-balikan komik yang dia dapat dari atas meja belajarku.

Aku menggeleng, "Tidak untuk saat ini."

Dean mengangguk dan mulai membaca komik yang ia pegang.

Sudah sekitar 2 jam setelah pesta kejutanku selesai yang berlangsung hanya sekitar 1 jam karena Mom dan Dad masih mengingat amanat dokter untuk tidak membiarkanku kelelahan dan harus mendapatkan istirahat yang cukup dirumah.

Teman-temanku yang lain sudah pulang. Beberapa dari mereka menawarkan untuk menemaniku dan bergantian dengan Dean, bahkan Ken pun menawarkan diri. Namun aku menolak dengan alasan rumah Dean dekat denganku dan itu tidak membuat keadaan menjadi terlalu merepotkan. Padahal kenyataannya adalah aku memang hanya menginginkan Dean yang menjagaku.

Aku teringat akan sesuatu, "Dean, sapu tanganmu."

Aku menyodorkan sapu tangan halus berajut huruf D yang diukir indah miliknya yang tadi ia gunakan untuk menutup mataku ketika masuk kedalam mobil.

Dean menoleh dari komiknya, "Tidak, ambil saja itu untuk kenang-kenangan dariku."

Aku terkekeh, "Kau tidak akan pergi kemanapun."

Dean hanya terdiam dan kembali membaca komik yang ada dihadapannya, membuatku mendengus sebal karena diacuhkan.

Selang beberapa menit kemudian ia berdeham, "Bagaimana kalau itu akan terjadi?"

Aku menaikkan alisku, "Terjadi, apa?"

Dean tampak diam seperti sedang memikirkan sesuatu. Oh kuharap aku bisa membaca pikirannya.

"Dean, kau tidak akan pergi kemanapun bukan?"

Dean menatap kearahku, namun ia tak mengatakan apapun sampai seseorang mengetuk pintu kamarku.

"Selamat sore, waktunya untuk makan, minum obatmu dan beristirahatlah." Mom datang dengan membawa nampan semangkuk bubur dan beberapa butir obat serta air mineral didalam gelas.

Aku mengerang, "Aku belum ingin beristirahat, Mom."

Dean berdeham, membuatku menghembuskan napas panjang.

"Baiklah-baiklah. Suapi aku Dean."

Mom menggeleng, "Kau ini pemalas atau manja?"

Aku terkekeh, "Entahlah, mungkin keduanya."

Mom dan Dean tertawa.

Kemudian Mom meletakkan nampanku disebelah tempat tidurku. Dean bangkit untuk duduk disebelahku, tepat diatas tempat tidurku.

"Habiskan makananmu. Dean tolong suapi si manja ini, dan jangan lupakan obatnya. Maaf merepotkanmu."

Dean terkekeh, "Sama sekali tidak merepotkan Nyonya Russell."

Mom tampak menghembuskan napas dan berlalu pergi keluar dari kamarku.

"Ayo, kusuapi kau." Ucap Dean, manis.

Aku tersenyum geli.

Ia menaikkan alisnya, "Apa yang salah?"

"Tak apa, hanya saja lucu mendengarmu berkata manis seperti itu."

Dean menggeleng dan mendengus. Membuatku terkekeh.

"Aku menyayangimu Dean."

Dean menoleh kearahku, "Aku juga menyayangimu." Kemudian mencium keningku cukup lama.

***

Suara klakson membangunkanku dari tidur siangku yang pulas. Melihat berkeliling dan tidak ada siapapun dikamarku selain aku.

Fear Street: CharityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang