Chapter 25 - Texas

131 15 4
                                    

"Teman-teman bangun!"

Seru-an Bobby yang sedang menyetir membuat kami yang sedang tidur menjadi terbangun.

Setelah menyesuaikan diri dengan cahaya pagi yang menyilaukan, kami semua tersenyum melihat Bobby yang memberhentikan mobilnya di plang bertuliskan "Selamat Datang di Texas".

"Selamat menjelang pagi dan selamat datang di Texas teman-teman!" Seru Bobby lagi sambil turun diikuti oleh kami menuju plang masuk Texas itu. Tentu saja kami ingin berfoto! Untuk pertama kalinya kami menginjakkan kaki di Texas!

"Take a pics everyone! Oh Cory ayolah sedikit mendekat!" Seru Tricia sambil memegang kendali atas kamera.

"Katakan keju!" Tricia berseru lagi.

"Chesseeeeee!!!!!!!" Seru kami semua secara bersama-sama.

"Jangan ada yang mempostingnya dulu di sosial media, kalau tidak hantu gila itu akan menyusul kita kemari." Bobby berkata.

"Apa ia punya sosial media?" Tricia menyahut.

"Ia adalah orang jaman dulu yang ingin hidup dijaman modern saat ini hanya untuk memilikinya. Kenapa kau tidak menyadari hal itu?!" Sambung Bobby lagi.

Kami semua terkekeh mendengar lelucon mereka tentang Ken. Membuatku kembali ingat akan wajahnya dan merasa sangat jijik dengan keberadaannya.

Federick melihat jam dipergelangan tangannya, "Ayo teman-teman, sudah hampir pagi. Tujuan kita ada di kota Dallas."

Tricia mengerang, "Ah andai kita sedang berlibur!"

Kami semua berjalan menuju mobil lagi dengan senyum mengembang diwajah masing-masing.

"Bobby, biar aku yang menyetir. Kau beristirahat dan tidurlah, aku yakin kau lelah karena telah menyetir semalaman." Ucap Federick lagi.

"Aku tidak bisa tidur kalau aku melihat pemandangan Texas yang panas tapi seindah ini!"

Kami semua terkekeh lagi.

"Aku akan menghubungi Bibi."

***

6.03 am.

Setelah perjalanan selama kuranglebih 18 jam dan memutar jalan berkali-kali karena tersesat, akhirnya kami telah berada didepan rumah Bibi.

"Kau yakin ini rumahnya?" Cory bertanya dan aku mengangguk.

Tentu saja aku yakin, karena meskipun aku hanya baru mengunjungi rumah Bibi sekitar 4 kali dan terakhir kali adalah sekitar 3 tahun lalu tapi aku sangat yakin ini rumahnya. Selain karena indera pengingatku yang tajam, Bibi juga mengirimiku foto tampak depan rumahnya.

Shania menghembuskan napas, "Akhirnya kita sampai juga."

Shania, penumpang pertama yang langsung turun dari mobil. Satu-satunya penumpang yang mabuk selama perjalanan. Tak banyak pergerakan dan suara yang keluar dari dirinya, karena jika ia lakukan itu, ia akan muntah lagi dan lagi. Ngomong-ngomong jika dihitung-hitung selama perjalanan ia telah muntah sebanyak 5 kali. Semua makanan yang dimakannya akan keluar lagi dan lagi.

"Kau tampak menyedihkan sekali." Bobby berkomentar.

Kami semua pun turun dari mobil dan membuka bagasi untuk mengambil barang-barang yang kami bawa untuk liburan super cepat yang hanya akan berlangsung selama satu hari.

*knock* *knock* *knock*

"Permisi!" Tricia berseru sementara aku mengetuk pintu rumah.

Fear Street: CharityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang