Chapter 03 - Shadyside's High School

304 24 7
                                    

Kau tidak benar-benar tau apa yang orang lain hadapi sampai kau merasakannya sendiri. Ini adalah kasus ke 27 yang harus kutangani sejak aku berumur duabelas tahun, sekitar lima tahun yang lalu. 21 diantaranya berhasil dan sisanya hampir berhasil namun gagal karena beberapa faktor. Aku bisa merasakan kekuatanku selalu bertambah dengan bertambahnya umurku.

Aku bolak-balik didalam kamarku sejak 10 menit lalu seusai mandi dan berpakaian. Aku harus bagaimana? Aku sungguh bingung bagaimana cara mencari alasan kepada Dad. Disatu sisi ia tak boleh tau tentang kelebihanku ini, tapi dilain sisi ada seorang arwah disana yang meminta pertolonganku karna akulah satusatunya manusia yang bisa melihatnya sejak ia mati.

Aku mengangguk, aku harus hadapi ini bagaimanapun hasilnya. Aku akan berkata pada Dad untuk mengganti bak kamar mandi menjadi bath tub yang baru. Aku mengangguk, yeah, alasan yang cukup masuk akal Charity!

"Dad aku ingin bicara."

Aku menghampiri Dad yang terlihat sedang duduk dikursi di halaman depan rumah sambil mengetikkan sesuatu di laptopnya.

"Jangan sekarang Char, Dad sedang punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan besok. Apa kau kekurangan sesuatu untuk kamarmu?"

"Tidak Dad, kamarnya sempurna, hanya saja aku membutuhkan izinmu."

Dad menghentikan pekerjaannya sejenak lalu matanya beralih kearahku, "Jika itu sesuatu hal yang merusak atau berbuat sesuatu yang melebihi batas normal kau sudah tau jawabanku."

"Aku ingin bak didalam kamar mandi diubah menjadi bath tub Dad, ini sudah jaman modern dan kita belum punya bath tub."

Aku cepat-cepat bicara sebelum ia menyuruhku kembali kekamarku untuk tidur dan beristirahat karena besok adalah hari pertamaku masuk kesekolah baru.

Dad menaikkan kedua alisnya, "Sejak kapan kau suka mandi memakai bath tub?"

"Sejak saat ini Dad kumohon."

Lama tak ada respon, akhirnya Dad mengangguk.

"Kau akan mendapatkannya dalam dua minggu Char."

Astaga apa? Dua minggu? Aku akan mati dicekik gadis itu.

Aku mengerang, "Dad, dua minggu? Yang benar saja."

Aku meringis lagi, tidak mungkin ia akan mencekikku, ia tidak terlihat jahat dan aku hanya mencoba membantunya bukan? Tapi aku bergidik geli membayangkan ada sebuah mayat tubuh gadis yang tertimbun didalam kamar mandi dirumahku.

Aku kembali mengingat kejadian tahun lalu ketika aku mencoba mengusir dan mengembalikan hantu jahat ke tempat seharusnya ia berada saat aku sedang berlibur di Miami, namun hal itu malah membuatku berujung dengan terbaring dirumahsakit.

"Dad sedang banyak pekerjaan untuk beberapa hari kedepan Char, kau harus mengerti itu."

Beberapa saat setelahnya Mom muncul dengan membawa dua karung besar dan meletakkannya dihadapanku.

"Char, tolong bantu aku membuang sampah-sampah ini ke tempat pembuangan sampah didepan jalan sana."

"Yes Mom."

Aku pun menggapai karung-karung sampah itu dan mulai berjalan keluar rumah. Aku harus memikirkan cara lain agar Dad cepat-cepat membokar bak mandinya.

Hari sudah sangat sore, langit Fear Street terlihat berwarna orange dan matahari siap beristirahat dari pekerjaannya selama 12 jam. Aku melihat ke dalam jam tanganku dengan susah payah, belum genap pukul 6 dan Fear Street sudah terasa seperti kuburan dan tak berpenghuni, atau memang tak berpenghuni? Tidak ada seorang pun yang terlihat berkeliaran ataupun berlalu-lalang, sungguh berbeda dengan keadaan di Portland, tempat tinggalku sebelumnya. Satu-satunya yang terlihat hanyalah para hantu yang memperhatikanku, aku baik-baik saja dengan itu asalkan mereka tidak mengusikku.

Fear Street: CharityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang