Chapter 02 - Kutukan Atau Anugrah

458 32 0
                                    

Memiliki suatu kelebihan adalah hal yang istimewa bagi sebagian besar orang. Tapi tidak bagiku, Charity Russell, bagiku kelebihan yang kumiliki ini adalah sebuah kutukan bercampur dengan anugrah tersendiri.

Aku tidak selalu bisa melihat mereka, namun aku selalu bisa merasakannya. Bayangkan saja jika hampir setiap saat tiba-tiba saja bulu kudukmu berdiri, kau merasa kedinginan, dan rambutmu yang terjuntai melayang dengan sendirinya secara tiba-tiba. Apakah itu tidak mengerikan?

Namun kekuatan supranatural yang aku miliki sungguh kusyukuri, dan aku tau, Yang Maha Kuasa memberikannya padaku untuk memberikanku tugas. Tugas untuk mengusir para hantu pengganggu dan mengembalikan mereka ke tempat dimana mereka seharusnya berada, Neraka atau Surga.

***

Aku mengikat rambutku menjadi satu bagian saat mobil colvo hitam keluargaku mulai memasuki lingkungan Fear Street, sebuah jalan menyeramkan yang ada diujung kota Washington DC. Aku tidak ingin ada orang yang melihatku dan merasa aneh saat menyaksikan rambutku yang tiba-tiba melayang seperti tersengat listrik. Mulai hari ini kami resmi pindah ke Fear Street yang menurut banyak orang sangat sangat mengerikan, aku tidak bisa membayangkan jika mereka menjadi diriku dan selalu bisa merasakan-nya.

Lingkungan Fear Street benar-benar tampak menyeramkan. Rumah-rumah gelap dan tak terurus dengan cat terkelupas seperti tak berpenghuni, atau bahkan memang tak berpenghuni? Namun dibelokan selanjutnya aku bisa melihat beberapa anak kecil bermain dengan riangnya disebuah taman yang tak begitu besar.

"Kudengar orang-orang disini aneh." Ucapku, memecah keheningan yang mungkin bukan hanya bagiku, tapi bagi kami semua yang berada didalam mobil.

"Jangan dengar apa kata orang Char. Mereka hanya tidak tau bagaimana situasi sebenarnya dari Fear Street." Mom menengok kebelakang dimana tempat aku dan Neil, adik kecilku yang sedang bermain dengan psp-nya.

Aku diam. Ya Mom mereka tidak tau. Tapi aku tau, aku sudah mulai bisa merasakannya meskipun masih berada didalam mobil tertutup ini.

"Dad sudah memutuskannya Char, ini semua demi masa depan kita. Dalam dua sampai tiga tahun lagi uang bisnis yang Dad investasikan dari uang menjual rumah kita akan kembali tiga kali lipat dan Dad berjanji kita akan pergi dari sini. Hanya disinilah orang-orang menjual rumah mereka dengan harga murah." Dad berkata sambil masih menyetir mobilnya.

"Karna Fear Street adalah mimpi buruk." Neil menyaut.

Mom mengernyit dan menatapku lagi dikursi dibelakangnya, "Char, apa yang kau ajarkan pada adikmu itu? Kenapa ia bicara seperti itu?"

Aku mendengus, "Dia hanya tau itu."

Keheningan kembali terasa didalam mobil. Ya inilah keluargaku, lebih banyak diam dan sibuk dengan urusan masing-masing.

Mataku terpaku pada seseorang yang duduk diteras rumah yang terlihat sedang melukis sebuah vas bunga yang ada dimeja dihadapannya.

Kemudian lelaki itu melihat kearahku, membuatku mau tidak mau harus tersenyum kearahnya. Lagipula aku tidak ingin hari pertamaku di Fear Street aku sudah punya musuh.

Ia terdiam dan mengacuhkanku lalu kembali menggerakkan kuas cat diatas kain kanvas putih dihadapannya.

Aku mendengus, sungguh tidak sopan.

Mobilku berhenti tak lama setelah itu, tepat didepan rumah yang sudah dicat ulang dengan warna biru. Sepertinya Dad sudah melakukan beberapa renovasi untuk rumah ini, karna sebelumnya kulihat dari foto kalau ini adalah rumah yang sangat reot dengan cat yang berwarna kelabu karna sudah lama tak dihuni.

"Ayo anak-anak, kita sudah sampai!" Senyum Dad merekah, terlihat sungguh bahagia. Sebenarnya apa yang membuatnya sebegitu bahagianya dengan tinggal di rumah tua di Fear Street?

Fear Street: CharityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang