Malam Jum'at Kliwon

874 75 31
                                    

Ya siang yang panas. Tampak Ciel nunggu Sebastian di atas pohon yang ada di taman *Readers : "Tuh Naiknya gimana anjir?", Naori : "Saya juga gak tau :v", Readers : "Ente yang buat njir", Naori : "Tapi ane gak tau", Readers : Ngelempar panci ke muka Naori*

Tak berapa lama Sebastianpun tiba di bawah pohon dari arah yang tidak dapat didefinisikan. Entah dari timur ke barat, selatan ke utara, tak juga aku berjumpa *Readers : "njir malah nyanyi :v", Naori : "suka suka gw, mulut mulut gw juga", Readers : "dilarang nyanyi, suaramu tak lebih dari suara knalpot rusak", Naori : "njir T^T"*. Karena Sebastian tidak dapat menemukan tuan mudanya tercintah *Sebastian & Ciel : "njir"*, Sebastianpun berteriak sekeras kerasnya.

"Bocchan, dimanakah dikau?!" Teriak Sebastian dengan lebaynya *Sebastian : ngelempari Naori pake pisau perak, Naori : "ngapain luh coeg?!", Sebastian : "Dodol luh buat ane lebay! Mau ane bunuh heh?!", Naori : "Coeg, ente bunuh ane, nih fanfic gak lanjut dodol!", Sebastian : "ya juga ya :'v"*.

"Woi ane di sini dodol!!" balas Ciel dari atas pohon.

Sebastian melihat ke atas pohon dan menemukan tuan mudanya di sana. Karena kaget teramat sangat iapun bertanya.

"Loh Bocchan, ngapain di atas pohon?!"

"Gak penting ane mau dimana, sekarang turunin ane dodol!!!"

"Yes my lord :'v," balas Sebastian.

Sedetik kemudian, Sebastian sudah menurunkan Ciel dari atas pohon. Karena pertanyaannya tadi belum dijawab, iapun bertanya lagi.

"Bocchan, kenapa kau bisa di atas pohon?" begitu tanyanya.

"Gak penting njir ane ngapain di sana, yang penting sekarang kau melaporkan apa yang kau temukan di misimu," jawab Ciel.

"Misi yang mana ya Bocchan?" tanya Sebastian balik dengan tampang bego bin dodol.

"Argh!!! ente jadi butler ane terlalu bego ya ternyata, udah sekarang kita ke kamar saja sekarang, gak aman bicara di sini, terlalu ramai," Ciel kesal sendiri dan mengajak Sebastian ke kamar berduaan. Hayo lo mau ngapain...? *Readers : "Mau anu ya?", Naori : "Anu apaan?", Readers : "Itulah anu", Naori : "Coeg readers ane ngeres :'v", Readers : nggebuki Naori pake wajan*.

"Yes my lord."

Mereka langsung ke ruangan Sang Uchiha. Kenapa mereka harus ke sana? Ya mau minta kunci dululah. Mereka langsung mengetuk pintu untuk masuk.

TOK... TOK... TOK...

"Masuk!" begitulah jawaban dari dalam.

Sebastian dan Ciel pun membuka pintu itu dan masuk ruangan pribadi dari Uchiha Itachi. Sebuah ruangan yang suangat rapi. Tampak Itachi duduk di kursinya yang depannya ada meja. Mereka berdua langsung berdiri di depan meja Itachi dan mau meminta kunci.

"Itachi sensei?" itulah kalimat pertama yang Sebastian ucapkan.

"Hmm?"

"Kami mau-"

"Oh kunci kamar kalian, ini dia kuncinya," ucap Itachi memotong perkataan Sebastian sambil menyerahkan kuncinya.

"Terimakasih sensei," ucap Sebastian rada kaget sambil menerima kuncinya.

"Ya sama-sama Sebastian Michaelis," balas Itachi sambil tersenyum.

Sebastian dan Ciel langsung keluar dari ruangan Itachi dan masuk kamarnya. Sebastian mengunci pintu kamar itu rapat-rapat sambil kepikiran senyumnya Itachi tadi. Sebastian menangkap senyum itu mempunyai maksud tertentu.

"Hmm... Sebastian, apa yang kau temukan dari rapat mereka tadi?" tanya Ciel pada Sebastian yang rada melamun gaje.

"Ehmm ano, mereka menargetkan 4 murid yang berbeda kelas dengan kita Bocchan," jawab Sebastian.

Akatsuki High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang