Bagi Thalia, untuk sekarang ini dia akan menjatuhkan dirinya kepada siapapun yang bisa menolongnya. Jadi ketika Thalia mendengar suara dari belakangnya, ia langsung berlari dan memeluk pria itu. Pria itu pun langsung memegang bahunya dengan posesif, dan bertanya dengan nada khawatir, "Apa kau baik-baik saja?"
"Please Hugh, Just for once... help me."
Thalia tidak pernah memohon.
Thalia tidak pernah sekalipun merendahkan dirinya di hadapan siapapun. Jadi saat wanita di hadapannya berkata dengan suara parau, Hugh langsung memeluk dan menyurukkan kepalanya di leher wanita itu. "All you have to do is ask, Thalia."
Dengan satu gerakan cepat Hugh merangkulkan tangannya di sekeliling tubuh Thalia dan bersiap membawa wanita itu pergi. Untuk sesaat Thalia merasa lega, namun kelegaannya hanya bersifat sementara karena detik kemudian Bryan mencengkram tangan Hugh kencang dan dengan dingin berkata, "Hugh Thompson, lepaskan tanganmu dari-nya."
"Bryan Crawford, senang bertemu denganmu di sini," sapa Hugh tak acuh.
"Kuperingatkan sekali lagi, Thompson..."
"Kau yang seharusnya mendengarkanku, Crawford." Hugh menarik tangannya kasar dari cengkraman Bryan. "Dia adalah wanita-ku, jadi aku berhak untuk membawanya pergi tanpa harus meminta ijin darimu."
"Dia bukan milikmu!" teriak Bryan keras.
Beberapa tamu di Ballroom mulai menatap kearah mereka. Dan yang bisa di lakukan oleh Thalia adalah menunduk lebih dalam. Ia hanya ingin pergi dari tempat itu, dan ia tidak peduli apakah Hugh akan ditembak oleh ayahnya ataupun ibu-nya sekalipun. Thalia bahkan tidak peduli kalau Warren ada di hadapannya dan mengatai-nya bodoh.
For once, dia tidak peduli!
Baru kali ini Thalia melihat Bryan marah dengan mata biru-nya yang berkilat semakin membiru. Hal itu membuat jantung Thalia berpacu dengan cepat, ia benci tatapan Bryan yang seolah menghakiminya dan ia juga benci kenyataan bahwa Bryan hanya menganggapnya tidak lebih dari adik. Dan untuk pertama kalinya, Thalia berharap ia membenci Bryan.
Sambil menarik nafas panjang, Thalia langsung berjalan cepat. Ia berharap bahwa pintu keluar tidak sejauh yang di rasakannya. Selagi mempercepat langkahnya, Thalia mengabaikan panggilan dari arah belakangnya. Untuk sekali ini saja, biarkan saja mereka, Thalia...
Ketika ia membuka pintu, Thalia mendengar panggilan dari arah belakangnya, "Thalia Tjandrawinata, Mama memanggilmu daritadi. Apa yang—"
"Please Ma, I just wanna clear my head." Sebelum Ivy mengatakan apapun, Thalia menatap kearah mama-nya sambil menelan saliva-nya. "Aku butuh sendiri, Ma."
"Kau membutuhkan sesuatu?"
"Aku hanya membutuhkan udara segar."
Sejenak Ivy menatap puterinya lalu menghela nafas panjang sebelum akhirnya berkata, "Fine. Tapi kau harus sudah berada di apartemenmu dua jam lagi. Mama rasa dua jam cukup untuk bernafas dan berpikir jernih. Iya kan?"
"Thanks, Ma."
Thalia hendak beranjak keluar dan sebelum ia melakukannya, Ivy berkata, "Melakukan sesuatu yang bodoh tidak pernah ada di dalam kamusmu, Thalia. Mama mengatakannya hanya untuk mengingatkanmu bahwa berbuat bodoh tidak akan membawamu kemanapun kecuali hasil yang buruk. Clear your head, Li dan berpikirlah secara jernih mengenai apa yang seharusnya kau lakukan."
Thalia tidak menjawab, ia hanya melangkahkan kaki keluar dari Ballroom hotel.
⃰
KAMU SEDANG MEMBACA
The Man Who Can't Fall In Love
Romance[Dalam proses penerbitan] Highest rank #10 romance Highest rank #9 romance 210717 About Thalia Tjandrawinata & Bryan Crawford Part 1-10 = Public Part 11 - end = Private Andai...