26

55.7K 4.8K 295
                                    

Happy lunchie everyone :)

Playlist todae : Once again - Mad clown

Bryan bangun dengan peluh keringat memenuhi keningnya. Jantungnya tidak berdetak dengan stabil, dan lagi nafasnya terengah-engah seperti orang yang baru saja melakukan marathon. Tapi bukan itu yang baru saja di lakukannya, Bryan hanya baru saja bermimpi buruk. Mimpi yang selalu mengganggunya sejak ia kehilangan Pauline, mimpi berulang yang melibatkan Thalia.

Dengan tangan gemetar Bryan menghapus keringatnya sambil menyandarkan kepalanya pada pinggir ranjang. Ia berusaha menetralkan detak jantungnya sambil menutup matanya, sementara itu tangannya memijat keningnya yang mendadak terasa sakit.

Jika kau masih melanjutkan semua ini, Bryan Crawford. Apa yang terjadi pada Pauline, akan terjadi pada Thalia juga. Apa itu yang kau inginkan?

Tidak! Jelas sekali jawabannya adalah tidak. Kalau memang dia menginginkan hal itu, kenapa juga Bryan harus repot-repot memutar otaknya untuk mengatakan kata kasar kepada Thalia sejak wanita itu mengatakan cinta kepadanya? Kenapa juga dia sibuk mencuci mata dunia dengan berhubungan dengan Adrian Stockholm? Kenapa juga ia harus sibuk membeberkan hubungannya dengan Adrian alih-alih menerima perasaan Thalia?

Jelas saja karena Bryan tidak menginginkan kejadian yang di alami Pauline, akan di alami juga oleh Thalia. For God Sake!

Bryan menoleh kesamping di mana Thalia tertidur setelah percintaan mereka semalam. Ia menelan salivanya lalu tangannya terulur dan merapikan helai rambut halus yang menutupi wajah Thalia. Ia menyelipkan rambut di balik telinga wanita itu dan berbisik serak, "Kalau saja kau tahu betapa besar pengaruh kehadiranmu di dalam kehidupanku..."

"Kalau saja kau tahu, berjalan kearahmu... adalah satu-satunya hal yang kuinginkan."

Tapi ia tidak bisa. Mereka tidak bisa.

Perlahan Bryan menunduk dan mengecup ubun-ubun Thalia, membiarkan bibirnya meresap aroma wanita itu dengan setetes rasa perih di dalam hatinya. Jika...Jika ia bukanlah Bryan Crawford...

"Aku tidak sekedar mencintaimu, Li. Dan kalau cinta malah membuatku kehilanganmu, maka aku tidak akan pernah mencintaimu." Bryan mencengkram rambut Thalia dan menghirup aroma wanita itu lebih dalam dari sebelumnya. Ia ingin menghafal setiap aroma Thalia, supaya saat ia tidak bisa lagi berada di dekat wanita itu Bryan tidak akan lupa dengan aroma tersebut. "Kau...adalah alasanku untuk bernafas."

°

Tidak lama kemudian, Harrison mengabarkan bahwa Tristan datang dan menginginkan pertemuan mendadak dengannya, sehingga Bryan terpaksa meninggalkan Thalia dan bergabung dengan pria itu di ruang tamu.

Ketika Bryan memasuki ruangan dengan kemejanya yang tidak di kancing, Tristan mengangkat alisnya tinggi-tinggi seolah mengejeknya dan pria itu tersenyum saat Bryan duduk di hadapannya. "Kenapa kau datang pagi-pagi?" tanya Bryan mengabaikan senyuman konyol Tristan.

"Aku sudah meringkus puteri Giovanni." Lalu wajah Tristan berubah menjadi lebih datar dari yang pernah di lihat oleh Bryan. "Tapi Giovanni bukanlah musuh yang mudah untuk di tebak, Bry."

"Aku tahu."

"Pria itu bahkan tidak memperdulikan keselamatan puterinya. Klan-nya lah yang di perdulikan oleh pria itu," jelas Tristan sambil mengingat percakapan yang terjadi beberapa puluh jam yang lalu. "Kita tidak akan mudah menghancurkan—"

"Bukan kau. Tristan."

Tristan menatap bingung kearah Bryan.

"Yang akan menghancurkannya adalah aku, bukan kau atau siapapun. Aku adalah orang yang diinginkannya, maka aku akan menghancurkannya dan seluruh ambisi bodohnya itu." Ketika Bryan tahu Tristan hendak mendebatnya, ia langsung berkata, "Ingatlah statusmu Tris. Kau adalah putera mahkota. Kau tidak seharusnya melibatkan dirimu dalam masalahku."

The Man Who Can't Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang