Kau adalah nafas. Sebuah udara yang di perlukan oleh manusia. Karena itu aku membutuhkanmu di dalam kehidupanku, Bry
-Thalia Tjandrawinata.
Thalia berjalan masuk di antara ratusan orang yang berdiri di depan gedung tersebut. Beberapa berteriak histeris, beberapa menangis dan beberapa di angkut kedalam brankar. Ia mengepalkan kepalan tangannya untuk menenangkan jantungnya yang berdegub dengan kencang.
Bangunan tersebut sudah di penuhi dengan asap. Thalia bisa melihat asap tersebut sudah memaksa keluar dari salah satu sisi jendela. Dan kemudian ia mendengar seseorang berkata, "Tidak ada yang akan selamat dari ledakan ini. It's look bad."
"Fey dari Daily News. Sampai sekarang belum ada tanda-tanda Bryan Crawford di temukan, pemadam kebakaran tengah mencari CEO Crawford Tech untuk yang ketiga kalinya. Dan kami—"
Dengan jantung berdegub kencang, Thalia berusaha menerobos masuk ke antara kerumunan. Ia berusaha mencapai satu-satunya akses masuk ke dalam bangunan yang di jaga oleh polisi.
Ketika ia telah berada di hadapan polisi, Thalia langsung berkata, "I'm a doctor. Let me pass!"
"Maaf, Doc. Anda di larang masuk ke dalam karena sangat berbahaya," ucap salah satu polisi.
"Aku dokter dan kalian harus membiarkanku masuk."
"Tidak bisa." Polisi kedua berusaha menenangkan Thalia dengan berkata, "Kami akan berusaha menyelamatkan korban yang ada di dalam. Anda bisa menunggu di daerah ambulance dan berjaga-jaga apakah pasien yang telah di selamatkan mengalami luka."
"Dan bagaimana jika kalian tidak menemukan orang yang tidak selamat?"
"Miss—"
"Bagaimana dengan korban yang terjebak? Apakah kalian yakin bisa membawanya keluar tepat waktu?" Thalia mengepalkan tangan hanya untuk memaksa dirinya agar tidak menangis. "Aku harus masuk."
"Maafkan kami, Miss. Kami tidak bisa membiarkan anda masuk." Polisi menegakkan tubuhnya dan kembali berkata, "Ini namanya bunuh diri!"
"Seorang dokter sudah terbiasa meninggal untuk pasiennya. Dan jika saya mati hanya karena menyelamatkan pasien, saya akan dengan senang hati melakukannya. Sekarang, bisakah anda minggir dan membuka jalan?" Ketika kedua polisi tersebut tidak membuka jalan untuknya. Thalia mendongak dan kembali berkata, "Minggir atau aku akan memberikan tontonan gratis kepada para penonton cara membedah manusia dengan baik."
Dengan kekuatan penuh Thalia mendorong dan memberi celah agar ia bisa masuk. Thalia tidak bodoh, tentu saja ia tahu kalau semua ini bisa membunuh dirinya sendiri. Tentu saja... tanpa perlindungan apapun, tanpa pakaian atau tabung oksigen... Tapi ia harus tahu, ia harus melihat dengan kedua matanya sendiri kalau Bryan tidak ada di dalam.
Ia harus melihat sendiri kalau pria itu tidak terancam keselamatannya.
Cinta itu bodoh, Tapi Thalia tahu ia akan jatuh cinta lagi kepada Bryan Crawford. Karena dia seperti udara, di mana Thalia membutuhkannya untuk bernafas. Namun sebanyak ia sadar dengan cintanya, sebanyak itu juga sebuah pertanyaan bodoh terlintas di benaknya.
'Bagaimana caranya agar kita bisa menyetir hati sendiri sehingga kita tidak perlu merasakan luka?'
°
"Kalau kau sampai menghubungiku, maka maasalah besar sedang terjadi Kurs?" Harrison menyalakan headset bloetooth-nya sementara matanya masih konsentrasi pada jalanan. "Katakan apa yang terjadi."
"Ada masalah, Sir."
"Jelaskan dengan singkat," ucap Harrison pelan.
"Miss Tjandrawinata memasuki gedung Crawford Tech yang tengah mengalami ledakan dan beliau masuk..." Harrison bisa merasakan nada takut yang begitu ketara pada orang di seberang telepon namun ia tidak mengatakan apapun. "...beliau masuk tanpa penjagaan, Sir."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Man Who Can't Fall In Love
Romance[Dalam proses penerbitan] Highest rank #10 romance Highest rank #9 romance 210717 About Thalia Tjandrawinata & Bryan Crawford Part 1-10 = Public Part 11 - end = Private Andai...