Walaupun pagi tiba dan mengubah dunia menjadi mimpi buruk. Setidaknya saat aku tertidur, kenanganmu mampu memelukku.
-Thalia Tjandrawinata-
"Jangan bodoh, Thalia. Apa sekarang seorang Tjandrawinata akan mengemis di hadapanku?" Bryan mendorong bahu Thalia menjauh. Ia mendelik kearah wanita itu dan dengan menatapnya dengan dingin. "Semurah itu kah harga dirimu?"
"Apakah seorang Tjandrawinata tidak boleh mengemis? Dan wanita lain yang tidak menyandang nama Tjandrawinata boleh melakukannya?!"
"Tidurlah, Li. Kau mabuk."
"I'm not!" teriak Thalia keras. Ia kembali melangkah dan meletakkan telapak tangannya di atas lengan pria itu dan kembali berkata, "Kau tahu aku tidak mabuk, Bry. Kau menyadarinya, Iya 'kan?"
"Kau mabuk," putus Bryan. Ia menyisir rambut dengan jemarinya sambil mendesah lelah. "Tidurlah, aku akan tidur di luar. Kau bisa menggunakan kamar ini sesuka hatimu. Aku bisa menghubungi Adrian dan—"
"Berhentilah menghindariku! Aku tahu kau tidak sedang memikirkan Adrian!"
"Dan siapa yang sedang aku pikirkan memangnya?" Bryan mengangkat sebelah alisnya dengan sinis. "Apa kau berpikir kalau aku sedang memikirkan dirimu, Li?"
Bryan menggeleng sambil mendengus kecil. Ia memasukkan kedua tangan kedalam saku-nya dan hendak membalikkan tubuhnya namun Thalia menarik kerah kemeja pria itu kearahnya. Ia menyusupkan jemarinya ke rambut tebal Bryan, menarik kepala itu kearahnya dan membiarkan bibirnya mengecap halus bibir pria itu.
Sekali saja.
Ia hanya akan membiarkan dirinya menjadi gila dan melakukan hal tergila yang tidak pernah di lakukannya selama ia hidup. Saat Thalia menjauhkan bibirnya, ia berbisik penuh percaya diri. "Kau hanya boleh memikirkanku, Bry. Malam ini, hanya aku saja yang boleh hinggap di kepalamu yang cerdas."
"Aku tidak perduli seandainya aku terlihat begitu murahan di hadapanmu. Malam ini, aku sudah menghilangkan seluruh akal sehatku."
Thalia kembali mengecup bibir Bryan, mengambil alih gerakan. Ia seharusnya sakit hati karena Bryan tidak membalas kecupan itu. Ia seharusnya merasakan pedih ketika yang dilakukan pria itu hanyalah mematung tanpa melakukan apapun. Tapi ia sudah kehilangan akal sehatnya, dan diam-diam Thalia berjanji kepada dirinya sendiri bahwa hanya malam ini saja ia memperbolehkan kegilaan ini terjadi.
Dua detik kemudian, Bryan mendapatkan kesadarannya kembali dan menjauhkan tubuh Thalia darinya. "Hentikan semua ini, Thalia. Kau seperti wanita murahan yang sedang belajar untuk menjadikan pria sebagai milikmu," desis Bryan.
"Iya, aku murahan. Seperti yang kau katakan, aku memang murahan dan tidak seharusnya menyandang nama Tjandrawinata."
Thalia menarik tubuh Bryan kearahnya, memutar tubuh besar pria itu dan mendorongnya mundur hingga kaki Bryan terantuk sisi tempat tidur. Ketika Bryan mengambil posisi duduk, Thalia mendorong kembali tubuh Bryan hingga terlentang di atas tempat tidur tersebut.
Ia mencengkram kerah kemeja Bryan dan kembali berkata, "Tapi wanita murahan ini sudah berusaha untuk melenyapkanmu dan gagal melakukannya!" Thalia menunjuk dada Bryan dengan telunjuknya. "Di sini selalu sakit jika melihatmu, tapi melenyapkanmu adalah hal terakhir yang bisa kulakukan..."
"So... Teach me, Bry. Ajari aku bagaimana caranya melenyapkanmu dari hatiku. Ajari aku bagaimana bersikap sebagai Tjandrawinata sejati. Karena semua ini menyakitkan... Mencintaimu begitu menyakitkan Bryan Crawford tapi aku tidak mampu menghentikannya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Man Who Can't Fall In Love
Storie d'amore[Dalam proses penerbitan] Highest rank #10 romance Highest rank #9 romance 210717 About Thalia Tjandrawinata & Bryan Crawford Part 1-10 = Public Part 11 - end = Private Andai...