17

60K 5.4K 393
                                    

5 years ago.

"Li, apa yang kau lakukan di sini?" Salah satu staff perpustakaan berbisik di samping sambil mengikuti tangan Thalia yang memegang deretan buku-buku di rak. "Kau mencari buku apa? Mungkin aku bisa membantumu."

"Tidak...Buku yang kucari sedikit sulit untuk di temukan..."jawab Thalia sambil pura-pura mencari buku namun matanya masih melihat dari sela-sela lubang rak buku yang ada di hadapannya.

Sebenarnya, Thalia tidak mencari buku apapun. Di rumah, segalanya sudah lengkap. Ia tinggal meminta kepada Warren dan kakak laki-lakinya itu akan dengan senang hati membantunya mencari buku yang diinginkannya itu. Tetapi di perpustakaan sekolah, ia bisa mendapatkan lebih.

Tatapan Thalia sedaritadi tidak lepas dari pria yang sedang duduk di pinggir jendela dengan mengenakan kacamata. Pria itu tidak mengenakan pakaian fancy atau metropolitan lainnya, yang di kenakan pria itu hanyalah sweater dan jeans yang warnanya sudah pudar. Namun aura yang di pancarkan oleh pria itu mampu membuatnya bertekuk lutut.

Namanya Bryan Crawford.

Pria yang sudah mengambil hatinya selama beberapa tahun ini. Tapi yang di lakukan Thalia tidak seperti wanita lainnya yang langsung menyapa pria itu, atau menggandeng lengan pria itu seenaknya. Lagipula kalaupun Thalia melakukan hal itu, pria itu akan langsung menepisnya. Iya... Thalia tahu seperti apa rupanya dan seperti apa tubuhnya. Ia hanya gadis biasa yang jatuh cinta dengan pria yang tidak biasa.

Is it weird?

Tapi ia jatuh cinta. Ia mencintai senyum Bryan, menyukai cara pria itu membuka permen yang sering di berikan gadis yang melewatinya. Menyukai bagaimana jemari pria itu membalikkan halaman buku yang sedang di bacanya, hingga berulang kali Thalia berharap bahwa dirinya adalah lembaran buku.

Jemarinya bergetar ketika memikirkan hal itu. Ia mengejap-kerjapkan matanya dan menyuruh dirinya agar berhenti bersikap bodoh dengan berpikir seperti itu. Lalu Thalia merasakan tepukan di bahunya.

"He's handsome, right?"

"Yes...He—" Thalia langsung menoleh dan menggeleng kepalanya cepat. "Tidak! Aku... aku hanya mencari buku saja. Dan—"

"Kau mencari buku selama setengah jam, Li. Nampaknya pemandangan di hadapanmu lebih indah untuk kau lihat di bandingkan deretan buku-buku itu." Adenna Hawkes, sahabat-nya sekaligus sangat suka mengejeknya. "Dia tampan sekali ya Li," ejek Adenna lagi.

"Stop it, Na!"

"What? Aku hanya mengikuti tatapanmu saja," ucap Adenna sambil tertawa. "Kau tahu bagaimana tatapanmu terhadapnya? Like this..." Adenna menyusuri deretan buku-buku di rak tersebut dengan begitu lembut dengan tatapan mengarah kepada Thalia, lalu Adenna berkata, "Tatapanmu itu seolah-olah berkata, 'Sir, I want you to kiss me. Harder, Sir... Harder!"

Thalia memukul Adenna keras dan pria itu meringis.

"Tatapanku tidak mengisyaratkan hal itu! Pervert!" ucap Thalia kesal.

Saat Thalia hendak mengarahkan kembali tatapannya melalui sela-sela buku, mendadak ia melihat sepasang bola mata biru yang berada tepat di hadapannya dengan jemari panjang terulur kearahnya. Jemari Thalia menyentuh sebuah buku yang terpajang di deretan rak sementara pria itu memegang buku yang di sentuh Thalia dan menggenggamnya erat.

Thalia terkesiap lalu dengan cepat menarik tangannya dan loncat ke belakang yang langsung saja bertabrakan dengan rak buku di belakangnya. Adenna yang melihat hal tersebut tersenyum miring dan bibirnya mengucapkan sesuatu tanpa suara sebelum Adenna akhirnya memutuskan untuk pergi.

The Man Who Can't Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang