Selamat membaca, peeps!
Membunuh orang tidak pernah ada di dalam agenda Bryan hari ini. Tapi ketika ia mendengar ada beberapa orang tidak di kenal mengikuti Thalia beberapa hari ini, akal sehat Bryan seolah menguap begitu saja. Dan dengan mudahnya ia menyuruh Harrison untuk membunuh orang tersebut. Cara yang mudah dan wanita itu tidak akan pernah mengetahuinya.
Tanpa di perintahkannya, Harrison membawa salah satu orang tersebut ke ruangan kerjanya. Pria itu berlutut di hadapan Bryan dengan wajah ketakutan.
Harrison memaksa pria itu menjawab apapun yang di tanyakannya dengan pistol bertengger di salah satu pelipisnya. "Jawab atau mati," paksa Harrison. "Di mana posisi Giovanni sekarang."
Dengan gerakan tak acuh, Bryan mendengarkan percakapan tersebut sambil membuka ponselnya. Ia membuka laporan dari CIA kenalannya mengenai posisi Giovanni, seharusnya tidak boleh memang tapi Bryan tidak perduli lagi. Segera setelah layar ponsel di tutup, Bryan memasukkan ponsel kedalam saku dan berkata tegas, "Pria itu ada di sini, bukan?"
Pertanyaan itu di tujukan kepada pria yang tengah berlutut di hadapannya. Ketika pria itu tidak menjawab, Bryan berkata, "Tiesto John Wade dari Inggris. Profilemu menarik untuk ukuran peliharaan pembunuh."
Pria itu menatap Bryan dengan pucat.
"Kau tidak perlu menjawab di mana tuanmu berada, karena keberadaanmu di sini sudah memberitahuku," ucap Bryan. Lalu ia mengibaskan tangan kepada Harrison. "Bawa dia keluar, Har. Aku tidak mau melihatnya. Singkirkan dia dari hadapanku."
"Apa anda akan melepaskannya begitu saja?"
Pertanyaan itu terlontar begitu saja dan terasa aneh bagi Harrison karena Bryan Crawford yang ia kenal tidak akan memberikan kesempatan kepada siapapun untuk hidup setelah mencoba menyakiti Thalia Tjandrawinata. Harrison melihat Bryan berjalan ke balik meja kerjanya, membuka laci seolah mengambil sesuatu.
Dan Harrison berpikir pria itu telah sibuk dengan hal lain, jadi Harrison berkata, "Kalau begitu–"
Belum sempat menyelesaikan ucapannya, mendadak di ruangan terdengar letusan senjata. Harrison terpaku di tempatnya berdiri karena Bryan Crawford baru saja menembak pria suruhan Giovanni tepat di kepalanya. Pria itu bahkan belum sempat mengucapkan sepatah katapun, namun Bryan telah membunuhnya dengan wajah datarnya seperti biasa.
Setelah menembak, Bryan meletakkan senjatanya kembali kedalam laci. Ketika suara laci tersebut di tutup, Bryan berkata, "Singkirkan dia dari hadapanku. Bukankah sudah kukatakan, Har?"
"Saya tidak dapat menebak arah perintah anda tadi, sir. Maafkan saya."
"Singkirkan mayatnya dari hadapanku," ulang Bryan. Ia menggulung lengan kemeja sampai siku sebelum melampirkan jas ke salah satu pundaknya. "Aku akan berkeliling dulu. Dan aku tidak mau mayatnya masih berada di ruanganku saat pulang nanti. Kau mengerti?"
Harrison membungkuk.
"Saya mengerti, Sir."
*
Bryan tidak mengerti kemana akal sehatnya pergi. Ia seperti pria bodoh yang cemburuan. Namun ia tidak bisa menghentikan tatapannya ke salah satu mobil hitam mengkilat di seberangnya. Pegangannya pada stir mengencang ketika Thalia keluar dari mobil itu dengan dress yang panjangnya tidak sampai selutut. Bukan hanya itu saja, Bryan harus menahan desakan untuk membunuh seseorang ketika melihat Adenna keluar dari pintu yang berlainan lalu berjalan sejajar dengan Thalia.
"Damn it!" geram Bryan.
Ia terbiasa melihat sepasang kekasih berciuman. Bryan terbiasa memperlihatkan kemesraan saat ia berjalan dengan para kekasih di masa lalunya. Tapi ia merasa hatinya di peras ketika melihat Adenna Hawkes mengecup salah satu pipi Thalia dan ia merasa jantungnya berdebar dengan kencang saat melihat Hawkes melingkarkan tangan di seputar pinggang wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Man Who Can't Fall In Love
Romance[Dalam proses penerbitan] Highest rank #10 romance Highest rank #9 romance 210717 About Thalia Tjandrawinata & Bryan Crawford Part 1-10 = Public Part 11 - end = Private Andai...