Baby?

6K 112 1
                                    

Ini tentang cerita. Yang mengalir bagaikan air sungai. Tidak berhenti, meski penulis menghentikannya. Bayangkan keadaan setelahnya. Disinilah Behind The Baby Twins. Are you remember?

Tepuk tangan bergemuruh menggema di seantero gedung yang ramai akan tamu undangan. Morgan baru saja selesai menyanyikan sebuah lagu di stand musik untuk kedua mempelai yang tengah berbahagia. Pernikahan Rafaell Tan dengan Irma Deallovita.

Tentu, Rafaell dan Irma sejak tadi sibuk menyalami ribuan tamu undangan. Mereka berdua memang sengaja menikah secara Indoor karena bulan ini memang musim hujan. Aelke dengan tulus menjaga Arfa yang sudah bisa bergumam dan menggeliat kesana-kemari.

"Sini Arfanya, sayang. Kamu pasti capek dari tadi gendong Arfa." Morgan meraih tubuh Arfa dari gendongan Aelke.

"Gak capek kok, kalo gendong kamu sih, iya..." tukas Aelke.

"Mau dong digendong..." timpal Morgan terkekeh.

"Jangan kecapean.. Nanti baby kita gak jadi-jadi di perut kamu, dear..." celetuk Morgan.

"Dikira perut aku apaan bisa bikin jadi gak jadi?"

"Becanda ih, bunda sensi banget..." tukas Morgan sambil memainkan tangan Arfa untuk mengelus pipi Aelke.

"Mommy, daddy, dipanggil papa. Katanya suruh naik pelaminan. Mau foto sama Om Lafa..." Zean mendekati Morgan dan Aelke sambil menengadah ke atas karena dia memang pendek.

"Oke, sayang!" tukas Morgan sambil menggandeng Aelke dan tangan kirinya tetap menggendong Arfa.

***

"Eh, eh! Zean, Zeinifa, gak boleh lari-larian!" tukas Aelke mencegah kedua anak yang pernah diasuhnya saat masih bayi.

"Aa Zeannya, tuh, mommy!" adu Zeinifa langsung berdiri di belakang tubuh Aelke. Zeinifa menyebut Zean dengan sebutan 'Aa' karena Rangga dan Hana asli sunda, Bandung. Mereka berdua tengah main-main di rumah Aelke dan Morgan yang memang bersebelahan. Sedangkan Morgan, saat ini tengah sibuk mengelola restoran shusinya.

"Zean... Jangan nakal, dong!" sergah Aelke menangkap tubuh Zean yang berkeringat.

"Mommy! Pengen ketemu Arfa. Masa Zean dicini mainnya sama cewek cengeng kaya dede Nifa..." celoteh Zean, Zeinifa mengerucutkan bibirnya.

"Aa jelek!" pekik Zeinifa.

"Ih, Zean gak boleh begitu. Nifa kan dede kamu... Mending makan pisang keju, yuk! Mommy buatin!" tawar Aelke, dan kedua anak kembar itu antusias sekali sampai mengekori Aelke yang menuju ke dapur.

Aelke duduk lesehan bersama Zean dan Zeinifa. Mereka bertiga asik menikmati pisang keju yang lezat. Saat Morgan pergi, yang menemani Aelke adalah anak kembar ini. Yang sampai kapanpun sudah seperti anak kandungnya sendiri.

"Mommy... Pisang kejunya enak! Kayak buatan mama..." celetus Zeinifa dengan cokelat yang belepotan di sekitar mulutnya.

"Abisin ya..." Aelke mengusap wajah Zean dan Zeinifa menggunakan tissu.

"Duh, anak mama pasti pada ngerepotin mommy..." Hana tiba-tiba saja sudah berada di hadapan mereka bertiga. Zean dan Zeinifa dengan kompak menatap sang mama dengan menunjukkan deretan gigi mungil mereka.

"Mommy-nya mau direpotin, ehh..." Zeinifa dengan cepat menutup mulutnya menggunakan tangan, dan wajahnya makin belepotan.

"Gak ngerepotin kok, kak Hana..." ujar Aelke tersenyum.

"Makasih, ya. Duh, mereka lebih betah di rumah mommy daddy-nya dibanding rumah aslinya, sih." ujar Hana sambil membersihkan wajah Zean dan Zein.

***

LED Televisi tengah menayangkan acara Komedi. Morgan sesekali tertawa, dengan Aelke yang duduk di sampingnya menemani.

"Yah, Thomas sore tadi telepon, loh. Dia bilang, Eric mau banget bantu restoran sushi yang di Bekasi..." ujar Aelke membuka percakapan.

"Kok gak langsung telepon ayah, ya, nda?" tanya Morgan. Aelke menggeleng sambil mengangkat bahunya. "Mana bunda tau..." timpal Aelke.

"Nda, ayah laper..." ujar Morgan sambil mengelus-elus perutnya.

"Mau bunda masakin apa?" tanya Aelke.

"Dinner enaknya apa, bun?" Morgan balik tanya.

"Nuget mau? Atau chiken roller? Terserah ayah, deh..." ujar Aelke. Morgan berpikir sejenak.

"Mau ayam balado aja, deh..." tukas Morgan dan Aelke bangkit untuk memasak.

"Wait, ya!" ujar Aelke dan Morgan mengacungkan jempolnya.

Aelke berjalan menuju dapur, dan membuka lemari pendingin. Ia mengeluarkan bahan-bahan segar yang tersedia untuk memasak.

Saat menggoreng ayam, Aelke merasakan tubuhnya tak kuasa berdiri. Ia sontak berjongkok dan memejamkan mata. Rasanya lemas dan pusing. Aelke bangkit, membalikkan ayam dan beralih menggoreng bumbu balado. Benar, kepalanya terasa pusing dan berat. Aelke menggeleng, berusaha fokus memasak dan menyiapkan semuanya.

Beberapa menit kemudian, Aelke akhirnya menyelesaikan masakannya dengan sempurna.

"Yah, makan dulu, yah..." teriak Aelke tidak terlalu kencang. Morgan yang berada di ruang tengah mendengar teriakan Aelke, dan berlalu menuju meja makan.

"Baunya mantep nih, masakan bunda pasti maknyusss... Ala pak Bondan, gitu..." tukas Morgan duduk manis di kursi meja makan. Aelke hanya terkekeh dan menyiapkan makanan di atas piring Morgan.

"Makan, ya, yah. Bunda ambil kerupuk dulu..." ucap Aelke yang langsung berjalan kembali menuju dapur kotor, sedangkan Morgan, asik melahap makanan.

Aelke mencoba membuka lemari penyimpanan bahan makanan. Ia mengambil kerupuk untuk pelengkap makan malam. Tapi, lagi-lagi Aelke merasakan pusing yang luar biasa sampai-sampai perutnya terasa diremas dan mual-mual. Aelke memegang handle lemari dan berdiam diri, mencoba meredakan rasa pusing. Tapi, ia malah merasakan tubuhnya meringan dan pandangannya kabur, sampai akhirnya tak kuasa lagi, Aelke begitu saja tergeletak di dapur tak sadarkan diri.

"Bunda... Ayo makan bareng! Ambil kerupuk kok 5 abad, sih!" teriak Morgan, tapi tak ada respon dari Aelke. Morgan berkali-kali memanggil nama Aelke, tapi tetap, Aelke tidak menyahutnya. Morgan akhirnya bangkit dan berjalan menuju dapur, melihat apa yang sedang dilakukan Aelke.

"Bunda! Ya ampun!" pekik Morgan histeris melihat istrinya terbaring lemah di atas lantai dapur.

***

"Aelke gak apa-apa, dia kecapean, Gan..." ujar Hana setelah selesai memeriksa keadaan Aelke yang tiba-tiba pingsan di dapur.

"Beneran gak apa-apa? Kok lama banget sadarnya..." tukas Morgan khawatir. Hana tersenyum.

"Jangan cemas, Gan. Selamat, sukses jadi calon ayah!" ujar Hana mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Morgan yang terkejut mendengarnya.

"Modus, ya? Boong, ya, kak? Aelke hamil atau cuma boongin aku, nih?" tanya Morgan ragu-ragu, Hana menautkan alisnya heran.

"Mana boleh dokter kandungan boongin klien? Udah, jaga Aelke baik-baik, ya. Jangan capek, jangan keseringan naik-turun tangga. Makanannya dipilih-pilih. Kalo ada apa-apa, tinggal telepon aku, atau Rangga." ujar Hana tersenyum, Morgan sumringah langsung mengangguk mengiyakan. Ia akan belajar jadi calon ayah yang baik. Suami siaga, dan menjadikan keluarga kecilnya paling penting dalam hidupnya.

***

Sinar mentari sudah menyinari dunia sampai hangatnya masuk ke celah jendela kamar Morgan dan Aelke. Kamar saksi sejarah mereka berdua. Yang pernah terpisah dan saling meletakkan kalung AM yang sama.

"Selamat pagi, sayang..." ucap Morgan yang langsung mengecup kening Aelke. Aelke menatap Morgan sayu, sedangkan Morgan tersenyum menatap Aelke.

"Pagi, yah... Aku kenapa?" tanya Aelke, Morgan membantu Aelke untuk menyenderkan punggungnya di kepala ranjanga.

"Gak apa-apa, banyak istirahat ya. Nih, sarapan dulu..." ucap Morgan yang langsung mengambil segelas susu putih yang ia buat sendiri dan membantu Aelke untuk meminumnya.

"Ih, susu apaan itu, ayah? Hambar! Gak enaaak..." ujar Aelke menolak untuk meminum susunya lagi.

"Ssst... Minum dong, bunda. Ayah buatnya pake cinta loh. Buat bunda, sama calon baby kita..." ujar Morgan, dan Aelke yang masih lemas membolakan matanya sampai terduduk sempurna.

"Calon baby?" tanya Aelke tak percaya.

"He-em. Calon baby. Bunda semalem pingsan. Kak Hana bilang, bunda hamil 5 minggu..." jelas Morgan dan Aelke langsung berkaca-kaca.

"Aku hamil? Beneran kan? Gak bohong kan, yah?" tanya Aelke lagi tak percaya. Morgan mengangguk antusias dan langsung memeluk Aelke.

"Istirahat ya, sayang. Biar baby-nya sehat." ucap Morgan sambil mengelus rambut Aelke dan Aelke balas memeluk Morgan. Rasanya sangat bahagia jika sudah mendengar berita yang sudah lama Aelke tunggu-tunggu.

"Minum sampe abis. Demi baby..." Morgan menyodorkan segelas susu yang tadi Aelke tolak.

"Mau baby twins, ya, yah!" tukas Aelke semangat meski bibirnya pucat. Morgan hanya tersenyum simpul. "Semoga, ya, sayang!"

Aelke menjepit hidungnya. Meminum susu yang dibuat Morgan, dan berusaha menghabiskannya. Baru setengah gelas, Aelke langsung menyerahkan gelas susu kepada Morgan dan ia sontak menutup mulutnya menggunakan telapak tangan.

"Huuek!!!" Aelke mual.


***

Behind The Scene. (Just for fun)

Sutradara: "Oke, Kamera, Lighting, Roller, stand by sekarang!"

Sebuah kotak seperti klise film dengan judul dan jumlah scene siap digerakkan.

"Action!"

Tepuk tangan gemuruh. Sutradara menatap layar visual dari tempat duduknya. Kameramen dengan tepat mengambil video shoot yang sempurna saat Morgan turun dari stand musik. Tak jauh dari sana, ada kameramen lain yang mengambil scene Rafaell dan Irma di atas pelaminan.

Morgan mendekati Aelke.
"Sini Arfanya, bunda..." ucap Morgan menggantung. Aelke yang sedang menggendong Arfa tertawa melihat Morgan yang lupa skrip.

CUT!
Sutradara: "Fokus Morgan!"
"Maaf, kak. Salting adegan deket Aelke mah!" celetuk Morgan yang langsung mendapatkan tatapan sangar dari sang sutradara.

Another Scene.

Sutradara: "Tahan Rafael, Irma! Ya, terus salami tamu!" Sang sutradara mengarahkan Rafael untuk tetap fokus pada adegannya di atas pelaminan bersama Irma.

"Duileh, pegel ya jadi penganten boongan. Begimana beneran!" ujar Rafael sambil terus bersalaman dengan pemain figuran dan beberapa anak SM*SH.

"Apalagi gue, mahkotanya aje segede apaan tau! Berat!" keluh Irma berusaha seimbang karena kepalanya terasa berat.

Another Scene.
"Aa Zeinnya, tuh! Eh salah, Aa Zeannya, tuh!" ucap Zein yang langsung berlindung di balik tubuh Aelke.

"Cut! Retake!" ujar sang sutradara langsung memerintahkan ambil gambar ulang karena Zeinifa salah bicara.


Another Scene.

"Yah, Thomas sore tadi telepon, loh. Dia bilang, Eric mau banget bantu restoran sushi yang di Bekasi..." ujar Aelke membuka percakapan.

"Kok gak langsung telepon ayah, ya, nda?" tanya Morgan. Aelke menggeleng sambil mengangkat bahunya. "Mana bunda tau..." timpal Aelke.

Krik, krik!

Sutradara "Cut! Morgan, giliran kamu!!!" pekik sutradara, bukannya lanjut menimpali kata-kata Aelke, Morgan malah bengong sendiri dan semua kru tertawa melihatnya.

Another Scene

Aelke bangkit dan membalikkan ayam goreng.

"Ya ampun! Eh muncrat! Muncrat!" pekik Aelke menjauh dari kompor karena ayam gorengnya meletus-meletus (?)

Another Scene

Aelke memegang handle lemari dan berdiam diri, mencoba meredakan rasa pusing. Tapi, ia malah merasakan tubuhnya meringan dan pandangannya kabur, sampai akhirnya tak kuasa lagi, Aelke begitu saja tergeletak di dapur tak sadarkan diri.

Krik, krik!

"Woy, Gan! Teriak nyari Aelke!" teriak salah satu kru dan Morgan lagi-lagi malah bengong. Aelke yang sudah akting terbaring di lantai duduk dan tertawa keras. Ia harus mengulang lagi karena Morgan lambat!


Another Scene

Aelke langsung menyerahkan gelas susu kepada Morgan dan ia sontak menutup mulutnya menggunakan telapak tangan.

"Huek!!"

Sutradara: "CUT! Penghayatan Aelke. Harus keliatan bener-bener mual!"

Morgan nyengir dan bersiap take ulang adegan ini. Aelke menarik nafas panjang dan berusaha memperlihatkan mimik wajah yang benar-benar mual.

"Huekk..!!!"

Sutradara: "CUT CUT CUT! Kurang Aelke! Fokus, fokus! Penghayatan! Apa perlu diambilin susu mentah biar mual beneran???" ujar sang sutradara dan Aelke langsung berteriak "Ogaaah!!!!!"

Morgan dan kameramen serta semua kru yang berada di scene tersebut tertawa melihat ekspresi Aelke.


#Mila @MilaRhiffa

Behind The Baby Twins (Baby Twins III)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang