Dont Copy Paste This Amateur Story...
Malam sudah larut. Rangga masih berdiam diri di jendela kamarnya menatap rumah Morgan dan Aelke yang memang bersebelahan dengannya. Ia masih penasaran, siapa lelaki misterius tadi. Apa maksudnya melempar sesuatu ke rumah Aelke dengan nekatnya. Yang Rangga tahu, rumah Aelke dan Morgan itu berpagar tinggi. Jadi lelaki misterius itu memang nekat, kan? Memanjat dinding pagar yang tinggi, lalu melempar benda itu tepat sasaran di salah satu jendela kaca rumah Aelke sampai pecah.
"Pa, kenapa belum tidur?"
Rangga terkesiap, membalikkan tubuhnya dan Hana sudah ada di hadapannya dengan wajah bantal menatap Rangga heran. Suaminya itu belum tidur padahal, sudah larut malam, bahkan dinihari.
"Belum ngantuk, sayang..." jawab Rangga tersenyum. Hana mendekati Rangga, dan menatap suaminya itu dengan seksama.
"Biasanya, kamu selalu mementingkan kualitas istirahat. Dedikasi waktu seharian penuh untuk pasien. Jam segini belum tidur? Gak ngantuk juga?" celoteh Hana panjang lebar. Rangga terkekeh mendengar suara lucu istrinya.
"Kita tidur, sekarang. Yuk!" ajak Rangga meraih pergelangan tangan Hana dan menuntunnya menuju ranjang. Lampu sudah dimatikan. Rangga berusaha menekan semua rasa penasarannya karena insiden tadi. Ia juga harus hati-hati dengan kedua anak kembarnya yang selalu main ke rumah Aelke dan Morgan.
***
2 jam berlalu setelah riuh gaduh ketakutan Aelke di rumah sampai akhirnya Morgan datang. Dua bodyguard Morgan hanya menemukan lemparan batu dengan goresan panah yang memecahkan salah satu jendela rumah Morgan dan Aelke. Rumah yang sebagian besar didesain dengan kaca-kaca bening itu harus bagaimana diamankannya? Orang-orang tak bertanggung jawab itu bisa merusak rumah Morgan kapan saja.
Meski sudah berlalu, bintang di angkasa terlihat jelas, Aelke tetap tidak bisa memejamkan mata. Meski Morgan sudah memeluk Aelke dalam tidurnya, Aelke tetap ketakutan.
"Jangan takutkan apapun. Aku gak pernah kenal sama Aelke yang penakut." bisik Morgan akhirnya bersuara. Ia sengaja diam sejak dua jam lalu, pura-pura tidur dan memeluk Aelke, ia kira Aelke akan tenang dan ikut tertidur. Tapi ternyata tidak.
Aelke menggigit bibir bawahnya. Bayangan buruk selalu menghantuinya akhir-akhir ini. Morgan di sampingnya pun, rasa takutnya tidak mereda.
"Aku mohon, tidur, sayang..." bujuk Morgan mengusap wajah Aelke yang memejamkan mata itu. Aelke berusaha terlelap. Membayangkan kebahagiaannya di depan. Bersama Morgan, anak-anaknya, dan tak akan ada yang bisa memisahkan. Ia berusaha tenang, dengan bayangan indah itu.
***
Morgan dan Aelke sampai di rumah Dinda. Ada pemotretan lagi edisi terbaru. Disana sudah ada Ilham, Novia, Reza dan Jessie. Mereka tengah bersiap-siap melakukan pemotretan di bagian atas rumah Dinda yang eksotis dengan angin sepoi-sepoi. Aelke akan memakai gaun panjang dengan ekor yang juga panjang.
"Gan, edisi depan tuh ada request dari penerbit ternama..." ucap Reza, Morgan menautkan kedua alisnya.
"Request apa?" tanya Morgan.
"Aelke harus ada pasangannya. Jadi Couple-an gitu..." jelas Reza. Morgan langsung mendelik.
"Macem Pre-Wed?"
"Nah itu!" sergah Reza, Morgan menggeleng dan menggoyang-goyangkan telunjuknya tak terima. "Enggak bisa!" jawab Morgan tegas.
"Kenapa enggak bisa? Kontraknya ratusan juta, coy!" timpal Ilham sambil membersihkan kameranya. Sedang disana, Aelke dan Novia asik mendesain cover majalah garapan mereka.
"Terima aja kali, Gan. Lumayan buat nabung masa depan..." usul Dicky sambil meletakkan beberapa minuman kaleng di meja.
Morgan menggeleng keras, "Gue gak mau istri gue pose-pose ala nikahan sama cowok!" sergahnya. Dinda datang dengan camilan di nampan, "Yailah, Gan. Cuma foto aja.. Rejeki jangan ditolak..." ujar Dinda.
"Request-an nya mau Aelke yang jadi model. Secara muka dia oriental begitu. Model seumur hidup kayaknya di PH kita, haha!" celetuk Ilham, Jessie yang duduk di samping reza tertawa mendengarnya.
"Morgan aja atuh yang jadi lawan modelnya. Kan clear!" usul Jessie, Reza langsung mengangguk setuju.
"Nah, ide bagus. Kalo lo gak mau dia sama cowok lain, ya sama elo aja. Mau pose semesra apapun kan gak masalah." Reza.
Morgan berpikir sejenak, menatap Aelke yang hanya mengangkat bahu. Aelke pasti menyerahkan keputusan apapun pada Morgan. Ia tak akan ambil job jika Morgan tak setuju.
"Gue banyak kerjaan..." ujar Morgan lesu. Ia setelah ini saja harus ikut meeting dengan Alfa. Restoran yang ia kelola juga banyak. Jadi membingungkan.
"Pemotretan di PH gue sih nyantai, Gan. Asal lo mau profesional. Serius deh ini tawaran menguntungkan. Kita sohib, Gan. Bagi-bagi rejeki. Bisa ampe milyaran kalo edisinya laku keras." jelas Ilham membujuk Morgan.
"Oke, gue ambil tawarannya. Model lawan Aelke harus gue. Cuma gue, gak ada yang lain!" ujar Morgan pada akhirnya. Reza dan Ilham terlihat bahagia dan bersalaman dengan Morgan. Jessie mengeluarkan Map berisi berjanjian kontrak awal. Pemotretan Couple itu akan dipercepat saat Aelke belum besar perutnya.
"Eh, model kayak gue langka. Traktiran tiap sesi ya, haha..." Aelke tertawa renyah. Dinda ikut-ikut mendesain bersama Aelke. Sampai semuanya siap, Aelke didandani dan mulai pemotretan sendiri. Beberapa hari lagi, ia dan Morgan akan pemotretan berdua.
Aelke melakukan pemotretan. Morgan pergi ke kantor Alfa. Setidaknya Morgan merasa aman jika Aelke berada di dekat teman-temannya. Dan dengan ketat juga Morgan memantau keadaan rumah lewat orang-orang suruhannya.
***
"Ini kan rumahnya?" tanya Rasya, Bisma melihat ponselnya dan menyamakan nomor rumah di depannya.
"Iya, kok." jawabnya. Rasya dan Bisma memang sedang berada di depan rumah Dicky-Dinda.
Bisma menekan klakson sekali, langsung ada penjaga rumah Dicky membuka gerbang. Rasya dan Bisma terkagum-kagum melihat rumah Dinda dan Dicky itu. Rumah eksotis dengan desain sempurna dan banyak ornamen dari kayu kuat.
Bisma dan Rasya turun dari mobil mereka. Di depan pintu, Dinda langsung berteriak histeris melihat kedatangan pasangan suami istri yang sudah lama tak ia jumpai.
"Rasyaaaaa....!!!!" teriak Dinda. Rasya berlari dan memeluk sahabatnya sejak SMA itu. Mereka melepas rindu satu sama lain sampai Bisma yang berdiri disana merasa diabaikan. Bisma langsung masuk ke rumah Dinda. Dan mendapati Dicky tengah asik ngobrol bersama Reza.
"Wih, reunian kita!" sergah Bisma antusias.
"Apa kabar, bro?" Dicky menepuk pundak Bisma. Sampai semuanya larut dalam perbincangan seru di ruang tengah. Sedangakn pemotretan masih berjalan di bagian atas rumah Dicky dan Dinda itu.
Rasya dan Dinda memilih mengobrol berdua di teras rumah. Dinda mendengar curahan hati Rasya yang pura-pura ceria, ternyata ia miliki banyak beban yang sulit untuk diceritakan.
"Gue gak tau Bisma selingkuh apa enggak, Nda. Dia bersikap manis di depan gue kayak biasanya. Tapi gue dua kali mergokin dia jalan sama cewek." ucap Rasya sendu. Dinda berusaha mendengarkan cerita Rasya dengan baik dan menenangkannya.
"Lo inget Audrey?" tanya Rasya, Dinda berpikir sejenak. "Mantan Morgan?" tanyanya. Rasya mengangguk.
"Gue pernah mergokin Bisma jalan sama itu cewek. Pake rangkulan segala. Hiks!" Rasya mulai menitikan air matanya. Ada nama Audrey terselip dalam cerita hidupnya. Apa yang terjadi?
***
Seharian pemotretan dengan berbagai gaun yang berbeda-beda dan sulit digunakan membuat Aelke lelah. Ia menselonjorkan kakinya ke depan dan menikmati makanan ringan di rumah Dinda.
"Bumil, mau makan apa?" tanya Dinda.
"Lo masak?"
"Udah masaknya. Rasya yang bantu. Tapi kan elo suka aneh-aneh. Mau makan apa? Mumpung banyak kurcaci..." ujar Dinda terkekeh sendiri sambil menengok ke ruang tengah, disana semuanya berkumpul.
"Makan makanan lo aja. Gue gak lagi pengen apa-apa." jawab Aelke, Dinda tersenyum lega. "Syukur, deh! Yuk, makan!" ajak Dinda, Aelke langsung bangkit dan mengekor di belakang Dinda menuju meja makan.
Meja makan sangat ramai. Apalagi kelakuan Reza dan Dicky yang asik makan semur jengkol. Aelke jadi ingat Rafael jika melihat makanan khas Indonesia itu. Bagaimana pun, Rafael pernah ada di hatinya, dan sangat berjasa dalam hidupnya.
Tak lama, Morgan datang dengan dua kantung plastik berisi makanan dari Sushi Tei. Aelke membantu Morgan menyiapkan sushi dan teman-teman semuanya langsung asik mencomot potongan sushi.
"Gan, ada menu baru kagak?" tanya Reza, Morgan mengacungkan ibu jarinya.
"Banyak, makannya mampir. Ada kupon gratisan juga kalo lo tiap makan ngumpulin struk-nya." jelas Morgan sambil mengunyah makanan. Makan malam kali ini terasa berwarna. Semuanya berkumpul meski minus keluarga Rafael, Rangga, dan dr. Willy.
"Canggih restoran lo!" sergah Dicky.
"Siapa dulu sohibnya!" timpal Ilham.
"Ape hubungannye...!!!" ujar Aelke, Dinda dan Rasya bersamaan, Jessie dan lainnya hanya tertawa. Setidaknya, disini Morgan melihat Aelke sedikit bisa melupakan kejadian di rumah. Meski satu pun teman-temannya belum ada yang tahu apa yang terjadi pada keluarga kecil ini di rumahnya.
***
Jakarta malam hari lumayan ramai. Lampu-lampu jalanan kota menghiasi gelapnya malam dengan hiruk-pikuk yang tiada habisnya. Morgan menoleh ke kanan, Aelke tertidur di mobil. Istrinya pasti kelelahan.
Lampu merah berpendar beberapa detik. Merasa mobil diam, Aelke menggeliat dan membuka matanya, "Belom nyampe ya?" tanyanya lemas, Morgan menggeleng, "Belum..." jawabnya.
"Pengen jagung bakar, Gan..." ucap Aelke tiba-tiba. Tanpa ada tanda-tanda jagung bakar di sekitar lampur merah, tapi Aelke menginginkan makanan itu.
"Pengen aja, apa pengen banget?"
"Pengen aja pake banget...!"
"Kamu tau tempatnya dimana?" Morgan melajukan mobilnya saat lampu hijau menyala. Sesekali melihat kanan-kiri barangkali ada kios kaki lima penjual jagung bakar.
"Enggak tau." singkat Aelke dengan wajah polosnya.
Morgan memutar balik arah mobil, terus menyelusuri jalanan Jakarta, berharap menemukan jagung bakar yang darurat ada di benak istrinya. Meski Morgan juga lelah seharian kesana-kemari, ia harus tetap jadi suami siaga selagi ia bisa.
"Sayang, coba liat ke kiri, itu apa?" ucap Morgan lembut, Aelke membuka kaca mobil dan mengikuti petunjuk Morgan. Matanya langsung berbinar, akhirnya ada juga kios kaki lima yang lumayan lebar dan ramai pengunjung dengan menu utamanya 'Jagung'.
Morgan menepikan mobilnya, membuka pintu mobil dan membukakan pintu untuk Aelke. Aelke memakai tas kecilnya lalu turun dari mobil dan berjalan di samping Morgan memasuki kios.
"Pesen sendiri, ya. Aku jagung bakar pedes." ujar Morgan, Aelke mengangguk dan memesankan dua jagung untuknya dan Morgan. Morgan sudah duduk di salah satu kursi pelanggan dan menyiapkan kursi untuk Aelke. Ia menyeruput teh hangat yang disediakan.
"Jagung apa?"
"Jagung bakar keju..." jawab Aelke, Morgan mengangguk saja.
"Kalo akunya kurang kenyang boleh tambah lagi?" Aelke menatap Morgan, sontak Morgan tertawa kecil melihat Aelke.
"Sepuasnya, asal jangan ampe perut kamu meledak!" timpal Morgan terkekeh.
Dua porsi jagung bakar sudah tersedia. Morgan dan Aelke melahapnya sama-sama. Bahagia sekali pasangan ini menikmati waktu berdua. Melupakan masa lalu pedih yang pernah terlewati.
"Duh, ketemu bos disini!"
Morgan dan Aelke sama-sama mendongak. Ada Gaara berdiri di hadapan mereka.
"Eh, elo. Makan bareng!" tawar Morgan. Gaara langsung ambil posisi duduk di depan Morgan dan Aelke. Ia datang sendirian.
"Sendirian?" tanya Aelke, Gaara mengangguk. Selang beberapa menit, pesanan Gaara datang.
Gaara, Morgan dan Aelke saling tertawa membahas banyak hal. Mereka menghabiskan dua jagung masing-masing. Ketiganya jadi akrab, meskipun Morgan sepertinya menangkap sinyal tak menyenangkan. Dari gerak-geriknya, Gaara seperti menyukai Aelke.
"Ibu hamil belepotan banget!" sergah Morgan mengusap sudut bibir Aelke menggunakan ibu jarinya.
"Nyonya besar sih, belepotan juga tetep kawai!" timpal Gaara dengan santainya. Ini pujian kesekian kalinya yang Gaara layangkan untuk Aelke. Morgan berusaha berpikir positif, mungkin sosok Gaara memang seperti itu. Meskipun terlihat dari tatapan mata Gaara, seperti ada yang berbeda.
"Udah malem, pulang, yuk!" Morgan bangkit dari duduknya, sudah hampir jam 11 malam. Aelke ikut bangkit, dan mengikuti langkah Morgan. Aelke sempat melambaikan tangan dan berkata, "Duluan ya pak koki. See you..."
Dan karena itu, Morgan jadi diam dalam mobil. Mengemudi tanpa suara. Sedangkan Aelke yang tak mengerti, hanya menikmati perjalanan pulang mereka menuju rumah.
TBC....
Makasih apresiasinya, kritik dan saran sampein aja ya... Laffyuu :*
#Mila @MilaRhiffa
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Baby Twins (Baby Twins III)
Storie d'amoreWarn: Masih berantakan (Banyak bagian yang harus diedit tapi belum, maafkanlah. 😂) Aelke Mariska yang sudah resmi menyandang status sebagai Mrs. Winata memiliki impian terbesar, ia ingin melahirkan anak kembar seperti Zean dan Zeinifa. Namun ternya...