aku tak ingat siapa di antara kita yang mulai untuk saling memandang berbagi senyuman saat kedua mata kita berjumpa di sana, di tempat kita mencari kenyamanan masing-masing.
Aku yang sudah lupa pada apa itu bahagia, kembali aku rasakan berbunga di dalam diriku. Aku menyukainya?
Rasanya terlalu dini untuk merasakan hal seperti ini pada pertemuan pertama kita.Aku menyapa mu disana, seulas senyuman berpendar lalu hari kita terus menyenangkan pada setiap pertemuan berikutnya. ini pertama kalinya aku selalu menantikan hari esok..
Setiap hari kamu selalu berhasil kembali mengingatkan aku pada indahnya perasaan bahagia itu.
Bahkan kamu memberikan apa yang tidak pernah berani aku minta, itu cinta.Sebelum kemudian perasaan ini tumbuh tanpa perintahku, kenyamanan luar biasa yang tidak aku mengerti pada setiap dekap pelukmu. Menghangatkan bahkan mampu melelehkan hatiku.
Hanya sesaat.
Kemudian sekarang. Aku patah hati, Lagi.
larut dalam kesedihanku sendiri.
Aku sudah kalah sebelum ku putuskan untuk melangkah.
Kejam sekali. Bukan kamu. Tapi ketentuan-Nya.Sekarang. Ku putuskan untuk tidak pernah berharap pada apapun untuk apapun.
Salah. Aku sudah salah mengartikan semuanya.
Ketulusanmu yang pernah aku pikir sebuah cinta, ternyata hanya sebatas teman istimewa..
Aku harus bagaimana?
Tanpa sepengetahuanmu, perasaanku sudah tumbuh menjadi sebenar-benarnya cinta.Gadis bodoh!
Aku terus menyalahkan diriku sendiri atas apa yang seharusnya tidak pernah aku anggap lebih.
Aku pun terus menyalahkan dirimu atas apa yang kamu lakukan padaku berlebihan.Seharusnya, tak ku pandang dirimu disana.
Seharusnya, juga tak ku sapa kamu saat itu.
Seharusnya, kita tidak saling tersenyum dan saling berbicara disana.
Seharusnya, sekarang kita tidak saling mengenali satu sama lain.
Seharusnya, aku tidak pernah menulis seperti ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pluviophile
PoezjaBukan sajak, apalagi puisi. Ini hanya hasil dari pemikiran seorang perempuan bodoh.