Tuan, perasaanku tidaklah sekecil gunung.
Tidak pula lebih besar dari kerikil jalanan.
Jika engkau memang enggan untuk menggenggam,
Lekaslah untuk melepaskanku.Sebab aku tau akhir dari ini adalah luka,
Biarkan saja aku pergi sekarang berbekal kecewa.
Toh Pada hujan kesekian pun aku masih di gantung saja,
Padahal basahnya pipi sudah mengering oleh harapan-harapan tak beralasan.Apalah guna berebut cinta,
Membanding siapa yang pantas untuk kau lepas,
Atau menimbang siapa pemilik rasa lebih banyak,
Jika pada akhirnya kau tetap akan berhambur pada pelukannya juga.Tuan, pantaskah aku memintamu melepaskan,
Sementara sejak awal pun kita tak pernah saling menggenggam.
Kenapa aku begitu merasa terikat padahal kau tak pernah mengikat.
Sekalipun pada hujan-hujan yang terpaksa aku sembunyikan.Kau begitu jauh dari pandangan hati yang tadinya hendak ku beri,
Namun Haruskah aku berbagi engkau,
sementara dasar dari bahagia adalah Utuh bersama.
Bukan melepas apalagi membelah diri menjadi dua.Tidak. Aku bukan sedang menawar.
Sebuah perasaan tidaklah memiliki harga.
Tidak perlu juga engkau menimbang, bahkan hatimu lebih mengerti.
Siapa yang lebih pantas untuk jadi tujuanmu berpulang.
![](https://img.wattpad.com/cover/93031930-288-k346126.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pluviophile
PoesíaBukan sajak, apalagi puisi. Ini hanya hasil dari pemikiran seorang perempuan bodoh.