"Diandraa!! Akhirnya lo masuk sekolah juga. Gue kirain lo gak mau masuk sekolah dan berencana pindah karena tingkat kebawelan gue yang gak bisa dijelasin pake kata-kata." Vanya memekik ketika melihat Diandra muncul dari celah pintu kelas setelah keberadaannya menghilang selama 4 hari.
"Itu tau." Celetuk Tito yang entah dari mana dia sudah berada di bangkunya.
"Gue gak nyuruh lo ngomong." Seru Vanya pada tito.
"Oke." Balas Tito cuek kemudian melanjutkan aksi menyalin tugasnya.
Diandra berjalan menghampiri mejanya. Kemudian duduk di sebelah Vanya yang tengah memperhatikannya dengan lekat. Tapi dia tidak peduli dan mulai merapikan kursi mejanya.
Vanya memperhatikan luka perban pada pelipis Diandra dan pipinya yang terlihat kebiruan.
Dia ingin bertanya tapi diurungkan ya pertanyaan itu untuk saat ini.
"Oiya Dra, Lo pasti belum siap tugas Matematika. Kemarin pak Wahyu ngasih tugas banyak banget. Untung gue udah ngerjain. Yahh... walaupun dibantu sama guru les gue hehe." Vanya nyengir.
"Kalau lo mau ngerjain lo bisa pinjam buku gue kok. Soalnya kata pak Wahyu dikumpul hari ini pas pulang sekolah." Tawar Vanya yang yakin kalau Diandra belum menyelesaikan tugasnya karena Diandra tidak hadir saat guru matematika mereka memberikan tugas.
Diandra mengangguk membuat Vanya merasa berguna sebagai teman.
Dengan cepat Vanya mengeluarkan buku latihan matematikannya, kemudian memberikannya pada Diandra.
"Thanks." Ucap Diandra menerima buku tersebut.
Vanya sangat senang ketika Diandra mengucapkan terima kasih kepadanya. Membuat dirinya semakin bersemangat membuat Diandra terbuka kepadanya.
"Diandra.. nanti pas istirahat temenin gue ke kantin ya? Soalnya gue tadi pagi belum sarapan. Perut gue udah keroncongan. Lagian gue perhatiin lo ga pernah ke kantin. Jadi hari ini gue ajakin deh lo makan baksonya mang Kumis. Behh... sedap banget tu. Apalagi kuahnya, bikin orang gagal diet. Mau ya? Gue traktir deh."
Diandra mengangguk.
'Semoga lo nyaman temenan sama gue.' Batin Vanya.
Atau sahabatan?
Boleh banget.
•
"Pagi Azka!" Teriak seseorang yang tak lain adalah Luna yang kini menggelayut manja di lengan Azka.
"Lepas!" Seru Azka menarik tangannya. Risih dengan kedatangan Luna.
"Yaampun Azka, ini masih pagi ga boleh marah-marah. Kasih morning kiss kek peluk kek apa kek." Ucap Luna cemberut.
Azka berjalan meninggalkan Luna membuat Luna berlari mengejar Azka dan memeluknya dari belakang.
"Udah gue bilang jangan ganggu gue lagi. Gue gak mau deket-deket sama lo!" Bentak Azka membuat Luna meneteskan air mata. Lebay.
"Gue gak butuh air mata lo. Jangan rusak hidup gue lagi. Sekarang gue udah tenang. Jangan karena kehadiran lo, gue jadi frustasi."
"Kenapa lo berubah!!" Teriak Luna tidak terima dengan ucapan Azka.
"Azka yang sekarang gak sama lagi dengan Azka yang dulu. Mending lo jaga jarak sama gue daripada lo harus nanggung malu nanti." Ucap Azka kemudian meninggalkan Luna yang terpaku ditempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strange Girl
RomanceKisah tentang seorang gadis kaku dan dingin. Menutup diri dan tidak mau bergaul. Menyimpan rahasia seorang diri dan tidak ingin diusik. Tidak memiliki teman dan tidak ingin memilikinya. Kalau sudah seperti itu, bagaimana caranya bertahan hidup? Mari...