Irene membuka pintu rumah kala mendengar suara bell berbunyi.
"Azka?.. apa kabar? Udah lama nggak main kesini. Ada yang bisa tante bantu? Atau mau masuk dulu, mari." Irene mempersilahkan Azka masuk.
"Dimana Diandra?" Tanya Azka to the point dengan nada yang sedikit... yah tidak sopan.
Bukan Irene tidak tahu apa penyebab Azka berbicara ketus seperti itu. Tapi Irene memakluminya karena jiwa Azka sama dengan anaknya masih jiwa muda yang mudah saja untuk berubah-ubah.
"Diandra baru aja pergi sama Daren. Tapi mereka gak bilang mau kemana." Irene menjelaskan dengan nada keibuan tapi, Azka langsung pergi tanpa mengucap sepatah kata pun membuat Irene menghela nafas kemudian menutup pintu rumahnya.
'Semoga semuanya akan membaik seperti sedia kala.'
•
"Lo suka?" Daren bertanya kepada Diandra yang tercengang menatap pemandangan indah di hadapannya.
Daren melihat Diandra yang sepertinya tidak sadar akan keberadaanya karna sedari tadi Diandra menatap takjub pemandangan alam dihadapannya. Bahkan dia tidak sadar sedikit lagi kakinya akan basah karna air laut.
Diandra terus berjalan menuju bibir pantai.
Daren tersenyum melihat Diandra yang hari ini sangat berbeda jauh dengan Diandra di hari sebelum-sebelum nya dan berfikir ini adalah sisi lain dari Diandra sebenarnya.
Daren berlari kecil menuju bibir pantai. Menghampiri Diandra yang berdiri merentangkan tangannya, membiarkan hembusan angin menusuk-nusuk kulitnya dan menerbangkan rambutnya yang tergerai indah.
Daren menatap takjub pemandangan itu. Diandra, cewek tak tersentuh namun pemberani yang membuatnya merasakan gelenyar aneh saat pertama kali ia menatapnya di lahan parkir sekolah mereka. Tidak pernah Daren merasakan itu sebelumnya walaupun dia memiliki banyak mantan pacar. Tapi itu dulu. Ketika ia masih di cap sebagai badboy.
Diandra tersadar ada bayangan siluet tubuh seseorang sedang berdiri beberapa meter di belakangnya. Terlihat dari hamparan air laut yang disinari oleh pantulan cahaya matahari.
Diandra membalikan tubuhnya mendapati Daren yang menatap intens ke arahnya.
"Daren," panggil Diandra memecah lamunan Daren.
"Eh iya?" Ucap Daren gelagapan karena tertangkap basah oleh Diandra.
Tapi Diandra kembali membalikkan tubuhnya menghadap laut biru yang digulir ombak kecil.
"Kenapa lo mau jadi temen gue?" Tanya Diandra.
Daren bingung mau menjawab apa.
"Lo ga mau gue jadi temen lo?" Daren malah kembali bertanya tapi tidak ada jawaban dari Diandra. Diandra diam di posisinya yang menghadap ke laut.
"Lo mungkin gak menyangka atau lo gak percaya, tapi saat ini dan detik ini, gue gak punya teman selain lo dan Vanya."
"Itu sih.. kalau lo nganggap gue sebagai temen lo." Sambung Daren.
Daren duduk di tepi pantai yang berjarak tak jauh dari Diandra berdiri saat ini.
"Gue dulu punya empat orang sahabat dan kita temenan udah dari SD." Ucap Daren mengingat-ingat kembai masa-masa dimana meraka tidak kenal dengan yang namanya percintaan dan perkelahian. Yang ada hanya main, main dan main.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strange Girl
RomanceKisah tentang seorang gadis kaku dan dingin. Menutup diri dan tidak mau bergaul. Menyimpan rahasia seorang diri dan tidak ingin diusik. Tidak memiliki teman dan tidak ingin memilikinya. Kalau sudah seperti itu, bagaimana caranya bertahan hidup? Mari...