S.G 18

131 11 0
                                    

Sudah seminggu semenjak pak Remi menugaskan para siswa-siswi kelas 12 Ipa 4 untuk membawakan sebuah musik dengan instrumen.

Entah mengapa sekarang Azka bersyukur dengan adanya tugas ini karena beberapa hari belakangan ini dirinya menjadi lebih dekat dengan Diandra dan sejak insiden 'Apartemen' itu Diandra terlihat lebih kalem. Bukan kalem dalam artian dingin yang dimaksudkan disini. Tapi lebih ke... pemalu atau pendiam mungkin.

Bermula dari rasa penasarannya dengan seorang gadis dingin dan penutuup membuatnya ingin lebih mengetahui sisi lain dari seorang Diandra. Tapi Azka belum puas karena menurutnya Diandra masih tak tergapai. Azka terus berusaha membuat benteng Diandra runtuh.

Azka memperhatikan penampilan musik yang sangat membosankan di atas panggung sana.

Azka sangat gelisah saat ini menunggu Diandra yang tak kunjung tiba di ruang musik. Padahal sebentar lagi nama mereka akan dipanggil.

Tadi sebelum mereka keluar dari kelas Azka sempat mengajak Diandra agar pergi bersamanya. Tapi Diandra menolak dengan alasan menunggu Vanya yang tak kunjung datang padahal bel sudah berbunyi. Azka meminta untuk menemaninya karena kelas terlihat kosong tapi Diandra menolak mentah-mentah dan malah mengusirnya.

Azka melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah 25 menit tapi mereka tak kunjung datang.

Azka mengalihkan pandangannya ke arah pintu yang terbuka dan muncul lah Vanya dengan wajah ngos-ngosan kemudian menghampiri pak Remi.

"Maaf pak saya terlambat. Saya habis mengantar orang tua saya tadi pagi. Ini surat masuk dari BK." Vanya menyodorkan selembar kertas dan pak Remi mempersilahkannya duduk.

Yang Azka tanyakan, mengapa Diandra tidak bersama Vanya?

Azka berjalan ke arah Vanya kursi yang Vanya duduki.

"Diandra mana?" Tanya Azka.

"Baru gue mau nanya sama lo. Diandra mana?" Tanya Vanya balik.

Raut muka Azka berubah.

"Tadi Diandra bilang dia nungguin lo di kelas."

"Tapi gue ga ada liat batang idungnya sama sekali pas gue letak tas ke kelas dan kelas kosong." Jelas Vanya yang mulai panik.

Azka terus berpositif thinking. Mungkin saat Vanya masuk ke kelas Diandra sedang ke toilet.

Azka berniat menyusul Diandra. Tapi tiba saja namanya dipanggil oleh pak Remi.

"Azka Abyan Pradipta dan Diandra Sharoon dipersilahkan."

Azka berjalan menghampiri pak Remi.

"Diandra belum datang pak, kelompok yang lain aja dulu. Saya permisi mau cari Diandra."

Setelah mengatakan itu Azka keluar dari ruang musik.

Tempat pertana yang ditujunya adalah kelas. Saat Azka membuka pintu kelas, kelas itu tampak sepi dan kosong.

Azka berjalan menuju toilet.

Hampir seluruh toilet di sekolah ini sudah diperiksanya tapi Diandra tidak ada.

Satu toilet yang belum di kunjunginya yaitu toilet arah gudang belakang.

Azka berjalan menuju toilet tersebut. Setelah di cek nya toilet itu kosong karena memang jarang ada yang pergi kesana.

Azka bingung harus mencari Diandra kemana dan dia mulai khawatir.

"Lepass!!"

Itu suara Diandra. Azka mendengarnya dari arah gudang yang tak jauh darinya saat ini. Langsung saja dia berlari menuju gudang itu. Azka mencoba membuka pintunya tapi pintu itu dikunci. Tak butuh waktu lama, Azka langsung mendobrak pintu itu dan menampilkan beberapa orang siswi sekitar 5 orang yang saling mengerubungi.

Strange GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang