S.G 17

128 11 0
                                    


Sinar matahari menerobos masuk melalui sedikit celah jendela yang tidak ditutupi gorden memaksa Diandra untuk membuka matanya. Mata Diandra mengerjap menyesuaikan cahaya. Saat pandangannya sudah jelas Diandra mengernyit. Kamar ini bukan kamar apartemennya dan bukan pula kamarnya di rumah mbok Sum.

Matanya terus menelusuri ruang kamar yang luas ini dan mendapati seseorang yang wajahnya tertutup oleh selimut tengah berbaring di sofa. 

Kemudian kepalanya mengingat-ingat kejadian apa yang membuatnya bisa sampai di tempat ini.

Tangannya ditarik oleh seorang lelaki yang emosi kepadanya kemudian Azka datang dan penyamarannya terbongkar.

Diandra terus mengingat.

Dia diculik oleh tiga orang pria lalu dibawa masuk ke dalam sebuah gudang yang gelap dan dia hampir saja dilecehkan membuatnya sangat syok. Kemudian Azka datang sebagai penyelamatnya-

Tunggu,

Penyelamat?

Tidak... tidak mungkin Azka mau menyelamatkannya. Mungkin saat itu Azka tidak sengaja mendengar jeritan seseorang dan karena rasa penasaran Azka menolongnya. Ya seperti itu... pikir Diandra dalam hati.

Back to the topic.

Azka datang kemudian memanggil polosi membuat ketiga pria jahat itu kabur dan meninggalkan mereka berdua di dalam gudang.

Azka berjalan menghampirinya dan memakaikannya hoodie, ya Diandra yakin karena itulah dia pingsan.

Perlakuan Azka kemarin mengingatkannya pada Okan yang sering melakukan hal yang sama.

Diandra yang saat itu sangat syok ditambah lagi perlakuan itu mau tak mau membuatnya pingsan di tempat dan setelah itu dia tidak ingat apa-apa lagi.

"Lo udah bangun?" Ucap suara serak khas bangun tidur. Diandra sudah tidak asing dengan suara itu membuatnya menoleh kearah samping dan menemukan Azka yang sudah tidak lagi mengenakan atasannya.

Melihat itu Diandra mengalihkan pandemgannya dan dengan segera menyibak selimutnya untuk melihat apa dirinya baik-baik saja.

Diandra bersyukur karena dia masih berpakaian lengkap ditambah hoodie milik Azka yang juga masih dikenakannya.

Azka terkekeh dalam hati melihat tingkah Diandra seperti gadis perawan yang takut kehilangan hartanya.

'Gadis perawan?' Dalam hati Azka bertanya-tanya Apakah Diandra masih perawan? Tapi setelah Azka pikir ulang, Diandra sering keluar malam dan keluar masuk club dan ini Jakarta men. Ibu kota. Tempat yang bisa dibilang kejam dan juga surga bagi kaum remaja. Dan rata-rata cewek disini udah pada ga bersegel.

Azka menggelengkan kepalanya mengenyahkan pikiran yang menurutnya tidak penting dan kembali menatap Diandra yang masih memasang wajah takut.

"Gue juga gak mau kali ngapa-ngapain lo. Tubuh lo itu rata kaya papan triplek. Ga ada bentuknya."

Diandra tidak menggubris kemudian langsung bangkit dari tempat tidur dan hendak keluar dari apartemen sialan itu.

Sesampainya di depan pintu, Diandra hanya bisa terdiam karena dia tidak mengetahui password apartemen Azka.

Diandra merutuki dirinya dalam hati.

"Gausa sok dingin makannya. Tinggal ngomong aja apa susahnya sih." Ucap Azka yang kini berada di belakang Diandra.

Azka diam dan Diandra lebih diam.

Strange GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang