S.G 13

111 16 1
                                    




Diandra mengetuk pintu rumah sederhana itu dan keluar wanita yang sudah berumur dengan rambut putih tersenyum hangat padanya membuat rasa bersalah muncul di benaknya.

"Mbok maafin Ian belakangan ini gak mampir ke rumah," Diandra berhambur ke pelukan mbok Sum.

"Gak papa Ian, mbok baik-baik aja kok disini." Mbok Sum memperhatikan luka goresan di kepala Diandra yang terlihat sudah mulai hilang.

"Itu kepala kamu kenapa ada luka?"

"Gapapa mbok, udah mau sembuh, kemarin udah diobatin."

"Lain kali hati-hati," Diandra mengangguk.

"Ini Ian bawain makanan mbok," Diandra menggoyangkan kresek yang dibawanya dengan senyum tercetak di bibirnya.

"Yaudah kalau gitu ayuk masuk," Diandra masuk dan langsung berjalan menuju dapur.

Diandra menyiapkan dua piring untuk mereka berdua menyantap nasi goreng yang dibelinya tadi di pinggir jalan.

Begitulah Diandra, akan memasang tembok setinggi mungkin jika sudah bersama orang asing. Menyembunyikan apapun dari orang-orang luar. Dan akan sangat terbuka dan ramah pada seseorang yang disayanginya.

Dan dia nyaman dengan hidupnya yang seperti itu.

Tapi kini, sejak dia masuk ke sekolah elite yang tidak akan pernah disangkanya dia akan bersekolah di sana, Diandra merasa ada yang berubah di hidupnya.

Saat itu, seseorang menawarkannya untuk bersekolah di Sma Pradipta melalui mbok Sum. Mbok Sum mengatakan kalau ada orang baik mau memberikannya beasiswa dan jaminan kuliah jika dia mau masuk ke sekolah tersebut.

Tentu saja Diandra tidak menolak. Dia merasa sangat beruntung mendapatkan tawaran itu sehingga dia tidak perlu membayar uang sekolah dan uang kuliah beserta pendaftarannya yang belum tentu akan terkumpul sampai waktunya tiba.

Tapi Diandra befikir apakah orang yang memberikannya beasiswa sekolah adalah orang tuanya? Jika itu benar, Diandra akan menolaknya mentah-mentah. Lebih baik dia kekurangan uang daripada harus meminta belas kasihan dari mereka.

Kemudian Diandra bertanya pada mbok Sum apakah uang itu bersumber dari orang tuanya?

Mbok Sum menggelengkan kepalanya ketika ditanya seperti itu oleh Diandra.

"Suatu saat kamu akan tahu siapa orang itu. Dan mbok bisa jamin dia orang yang sangat baik dan pemurah," ucap mbok Sum kala itu.

Dan akhirnya Diandra menerima beasiswa itu.

Memang berbeda rasanya jika bersekolah di lingkungan orang-orang kaya dan orang-orang sederhana. Jika di sekolahnya dulu, Diandra tidak pernah diganggu, dan teman-teman sekolahnya tidak mau pusing-pusing dengan sikap Diandra dan lebih memilih menjauh dari gadis itu.

Sekarang, ketika ia bersekolah di sekolah Elite, orang-orang merusuhinya, mengucilnya, mengganggu hidupnya yang tenang walaupun ada juga orang yang peduli terhadapnya. Contoh saja Vanya. Menurut Diandra Vanya memiliki sifat baik karena dia selalu membela Diandra jika sedang dibully atau dikucilkan.

Diandra sedang berusaha agar dia bisa terbuka kepada Vanya dan itu semua butuh proses.

Setelah makan Diandra langsung berpamitan pads mbok Sum.

"Mbok Ian pulang ya,"

"Kenapa cepat sekali Ian?"

Strange GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang