S.G 14

109 14 0
                                    

"Ciee yang abis ditembak semalam," ucapan Vanya terdengar seantero kelas membuat Diandra yang baru akan memasuki ruang kelas mengurungkan niatnya, untuk menghindari ledekan yang akan tercipta nantinya.

"Siapa ditembak? Mati gak?" Tanya Tito heboh.

"Gak ada yang mati bego!"

"Jadi?" Tanya Tito.

"Itu si Diandra semalam ditembak sama Daren dan setelah itu mereka kissing... Awww so sweet banget babang Daren.." Vanya jadi senyum-senyum sendiri.

"Udah ah gue mau nyusul Diandra, gak bermutu kalau gue cerita ke kalian," ucap Vanya dan meninggalkan kelas yang terlihat sudah ramai walau bell masih akan berbunyi 20 menit lagi.

"Bangsat!" Maki Gerry.

"Tenang bro," ucap Tito.

"Gue gak bisa tinggal diam, gue udah ngerelain Eriska buat dia tapi sekarang dia malah ngelepas Eriska gitu aja, ini ga bisa dibiarin."

"Lo tenang dulu Ger, lo tau sendirikan, Eriska yang ngejar-ngejar dia, bukan dia yang berusaha ngerebut Eriska dari lo. Udah gue bilang berkali-kali kalau Eriska itu bukan cewek baik-baik. Kemarin lo bilang udah move on dari dia. Bilang dia jalang lah murahan lah. Tapi sekarang apa buktinya? Lo masih ngejar-ngejar Eriska kan?" Ucap Tito menyadarkan Gerry yang dibutakan oleh cinta.

Tapi bukankah cinta itu memang buta?

Intinya bukan itu sekarang, yang terpenting adalah menyadarkan Gerry dari keterbutaannya.

"Fine,," ucap Gerry mengalah karena merasa terpojokkan oleh Tito.

Azka beranjak dari bangkunya, telingannya panas ketika mendengar ucapan Vanya tadi.

Apakah bisa kita bilang dia cemburu sekarang?

Mungkin iya.

"Lo mau kemana?" Tanya Tito yang heran. Tadi Gerry yang panas, Sekarang kenapa malah Azka yang terlihat seperti ingin meledak?

Azka tidak menjawab dan berjalan menuju kelas 12 Ipa 1 tempat Daren berada.

"Lo ikut gue!" Perintah Azka saat berhasil memui Daren.

Azka membawanya ke rooftop sekolah. Sesampainya di atas sana, satu bogeman mendarat ke wajah tampan Daren.

"Apaan ini? Kenapa tiba-tiba lo mukul gue?" Tanya Daren yang berusaha tidak tersulut emosi.

"Gue peringatkan jangan pernah dekat-dekat sama Diandra dan jangan berani nyentuh dia sedikit pun!" Ucap Azka dengan nada mengancam.

"Kenapa? Lo suka juga sama dia, eh?" Tanya Daren tersenyum miring.

"Lo gak berhak ngatur gue, karena lo bukan siapa-siapanya dia!" Sambung Daren.

"Bangsat!"

Bugh

Satu bogeman lagi mendarat di wajah Daren.

"Gue peringatkan sekali lagi, jangan deketin Diandra!" Ucap Azka final dan pergi meninggalkan rooftop itu.

"Jangan lupa latihan pulang sekolah," ucap Azka ketika melewati bangku Diandra tapi ekspresinya jauh dari kata bersahabat.

Strange GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang