S.G 15

97 13 1
                                    





"Besok tetap latihan walaupun besok hari libur sesuai dengan perjanjian." Ucap Azka setelah Diandra berpamitan pada orang tuanya.

Saat tiba di pintu depan Azka kembali membuka suara.

"Lo yakin ga mau gue anter? Harinya udah gelap. Lo gak takut?"

Diandra menggeleng sekilas. Kemudian pergi meninggalkan rumah Azka.

"Heh dasar es batu.. gue pecahin juga dah lu,"

"Eh tapi kok gue biarin dia pulang sendiri gitu aja, ntar dia di jambret atau... ah ga bole pikir macem-macem," ucapnya mencoba tidak khawatir.

Saat sampai di depan pintu masuk, Azka membalikkan badannya dan berjalan ke garasi mengambil mobil.

"MA!! AZKAA KELUAR!!!"

"JANGAN LAMA-LAMA. CEPAT PULANG!!" Teriak Sofie dari dalam rumah.

Kemudian Azka menjalankan mobilnya.

Matanya menatap sekeliling jalan yang memungkinkan Diandra melewatinya. Menelaah jalan mencari keberadaan Diandra.

"Itu dia!" Dilihatnya Diandra sedang menunggu bis di halte.

Saat Azka ingin samperin, Diandra malah masuk ke dalam bis yang baru saja lewat membuat Azka mau tak mau mengikuti bis tersebut.

Yang ada di pikiran Azka hanya satu. Memastikan Diandra kembali ke apartemennya dengan selamat.

Azka melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Azka heran kenapa arah bis itu tidak sejalan dengan arah apartemen Diandra dan berjalan ke arah...  kemang?

Disimpannya pertanyaan itu dan tetap mengikuti arah bis tersebut.

Bis itu berhenti di halte pemberhentian.

Diandra turun dari bis itu dan melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki.

Azka yang tidak ingin keberadaannya diketahui  oleh Diandra melajukan mobilnya dengan kecepatan lambat.

Azka terkejut ketika melihat Diandra memasukki sebuah club yang pernah dikunjunginya beberapa hari yang lalu.

Yang membuatnya bingung, kenapa Diandra masuk dari pintu belakang? Apa karena dia masih memakai baju sekolah?

Azka melirik jam ditanganya. Jam setengah delapan. Apa orang tuanya tidak mencarinya? Bahkan dia belum pulang sejak dari rumah Azka tadi.

Seketika dia teringat dengan perkataan resepsionis apartemen Diandra tempo lalu.

"Dia tinggal sendiri di apartement itu."

"Apakah dia selalu keluar di jam segini?"

"Hari-hari sebelumnya dia keluar sekitar jam setengah tiga atau jam empat sore. Tapi seminggu belakangan dia keluar jam delapan malam."

Azka bertanya dalam hati apa yang dilakukan Diandra disana, apa dia sama saja seperti para cewek yang mendekatinya?

Tidak. Dibuangnya jauh-jauh pemikiran itu.

Azka memarkirkan mobilnya kemudian masuk ke dalam club yang merupakan salah satu club terkenal Ibu Kota.

Azka mencari-cari keberadaan Diandra tapi tak kunjung ditemukannya gadis itu.

Sudah lebih dari satu jam dia mencari tapi masih tak kunjung ditemukan.

Azka menghempaskan tubuhnya ke sofa yang tersedia dan memesan minuman. Dia butuh pelampiasan.

Strange GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang