Prilly bersungut sebal selama perjalanan, Neneknya yang berada di sampingnya masih saja cerewet memperkenalkan apa saja yang dilihatnya selama perjalanan.
Apa yang mau dilihat? hanya pohon-pohon, kebon teh, tukang kebon, dan jalanan yang rusak yang dia nikmati sepanjang perjalanan.
Sebenarnya dari awal Prilly memang tak setuju saat neneknya membuat keputusan bahwa Prilly harus ke bandung dan tinggal bersama Bude Sari untuk membantu mengelola perkebunan teh milik Bude Sari.
Prilly yakin bukan itu alasan utama neneknya membuangnya kesini, neneknya hanya ingin hidupnya lebih tertata, tak lagi menghambur-hamburkan uang dan belajar lebih mandiri.
Perjalanan dari kota bandung ke desa Ciburial menghabiskan waktu 30 menit lebih, jalan yang rusak memperparah perjalanan semakin lama.
Sudah hampir 2 jam perjalanan Prilly dari jakarta, hingga akhirnya sebuah pedesaan terlihat. Anak kecil berlarian melihat mobil jaz milik Nenek Mona yang berwarna merah, sangat menarik di mata mereka. bukan karna mereka tak pernah melihat mobil, mereka sering melihat mobil berseliweran meskipun tak banyak seperti di kota, namun hanya mobil terbuka untuk membawa hasil pertanian ataupun mobil Mitsubishi milik pak lurah.
Tak lama setelahnya, Mobil berhenti di sebuah rumah dengan dinding kayu, sederhana namun bersih dan rapih.
"Ayo" ajak Mona pada Prilly, dia turun terlebih dahulu karna di sana sudah ada Sari dan Edi yang menyambutnya.
Prilly turun menyusul neneknya, dilihatnya sekeliling desa, memang nyaman tak ada polusi namun dia risih dengan anak-anak kecil yang sedari tadi masih saja mengerubungi mobilnya.
Sepatu hak tinggi milik Prilly membuat sang pemilik berjalan hati-hati menuju Neneknya.
"Nek" panggil Prilly memanggil Neneknya.
"Eh si geulis" Sari justru menyahut girang saat melihat Prilly yang cantik, dandanannya khas anak kota.
"Ada apa Prill?" tanya Neneknya.
"Prilly pengen pulang"
"Usstt" neneknya melotot tanda suka, kemudian Neneknya berbalik pada Sari dan Edi, "ini Prilly Sar, Ed" kata Mona.
"Ya ampun, geulis pisan nya bu" kata Sari mendekat pada Prilly kemudian memeluknya sekilas. Prilly hanya tersenyum paksa dan mengangguk saat pelukan Sari sudah terurai.
"Selamat datang neng" Kata Edi kemudian, dia hanya tersenyum dan mengelus rambut Prilly.
"Eh, sampe hilap, masuk ayo" ajak Sari.
"iya masuk bu" timpal Edi.
"iya" Mona menyahut lalu mereka beriringan menuju rumah.
Langkah Mona berhenti membuat Sari dan Edi juga berhenti, keduanya menoleh pada Prilly yang masih diam tak beranjak dari tempatnya berdiri, dia malah memainkan HPnya dengan wajah tertekuk.
"geulis, masuk ayo" Ajak sari.
Prilly mendongak kemudian tersenyum, " emm.. Prilly mau jalan-jalan sekitar sini aja deh Bude"
"Prilly kamu belum tahu jalan, nanti kesasar loh" Mona memperingati.
"Sekitar sini aja kok nek, nggak jauh"
"Gpp bu" ucap Edi pada Mona, kemudian tersenyum pada Prilly, "kalau neng lupa jalan nanya saja sama warga yang neng lihat, disini orangnya baik-baik, bilang aja ke rumah Pakde Edi" lanjutnya.
"Iya Pakde"
"Hati-hati kamu" kata Neneknya, Prilly mengangkat jempolnya kemudian berbalik berjalan entah kemana tujuannya.
Me : Gila, tas channel gue bisa rusak kalau terus-terusan hidup di kampung ini.
Gita : lo jangan ngeluh mulu sih 😪 syukuri aja, baca alhamdulillah 😄
Alma : kesurupan ustad kipli lo Git? gayaan baca alhamdulillah, sholat kagak.
Me : tau tuh 😒
Gita : lah gue bener tau, siapa tau lo ketemu cowok ganteng disana Prill.
Me : cowok ganteng? mimpi aja lo. dari tadi yang gue lihat disini cuma kebo sama tukang kebon tau nggak. ada cowok bener juga dekil. ih 😬
Alma : 😀😀😀 nasib lo Prill.
Gita : Jodoh lo yang lo sebutin pertama kali itu kali.
Alma : wah kebo maksud lo? wah parah prill.
Me : Gita bangke.
"awww"
Prilly berteriak saat tubuhnya terjatuh menyentuh tanah, lututnya berdarah, dan Hp nya jatuh ke jalan yang berlobang.
Gara-gara sibuk dengan hp dan group TRICE nya. Prilly jadi tak melihat ada kerikil yang dia injak dengan sepatu hak tingginya, hingga dia tergelincir dan jatuh.
"Ahhhh" teriaknya mengambil HP yang otomatis mati karna jalanan berlubang itu di penuhi dengan air, semalam memang hujan dan jalan berlubang di kubangi air tentu saja.
"Brengsek" umpatnya.
"Eh?!"
Suara seseorang membuat Prilly menoleh, dia menganga lebar setelah mendongakkan kepalanya menatap asal suara.
"Kenapa kamu ngomong kasar gitu?" katanya membantu Prilly berdiri.
Prilly hanya bisa diam menerima perlakuan cowok gagah yang entah jelmaan dewa apa. Benar kata Gita, mungkin dia harus bersyukur karna di buang ke tempat terpencil ini, dia benar-bemar bertemu dengan Dewa Ares yang sangat gagah.
"Kok bengong? ada yang luka?" katanya.
"Ah sakit" ucap Prilly mencari perhatian dengan cara berlebihan.
"Mana yang sakit?"
"Ini" tunjuk Prilly pada luka di lututnya.
"Oh berdarah gini, ayo aku bantu" ucapnya.
"Aku nggak bisa jalan, gendong" ucap Prilly tersenyum.
"gendong? boleh ya?" katanya menggaruk tengkuknya salah tingkah, seumur hidup laki-laki itu hanya adik perempuannya yang pernah dia gendong, dia merasa canggung harus menggendong perempuan cantik yang baru di kenalnya.
"Duh sakit" kata Prilly meringis, lagi.
Lelaki itu akhirnya mau tak mau menundukkan tubuhnya dan membelakangi Prilly, membuat Prilly tersenyum senang dan naik ke punggung lebar milik jelmaan Dewa Ares.
°°°°°°
Cerita baru dan akan update setiap hari Rabu dan minggu.
kenapa saya ambil judul Mas Ali padahal dia orang sunda bukan orang jawa.
ya nanti ada lihat aja ceritanya..hehe semoga suka yaa.

KAMU SEDANG MEMBACA
MAS ALI
FanfictionDia bukan orang yang suka mengikutiku dan kemudian berjalan disampingku, lalu mengatakan hal yang membuatku tertawa. Dia bukan orang yang nakal dan mengincarku sejak pertama kali melihat, lalu membuatku cinta. Dia, pria sederhana, yang hanya dengan...