Prilly mengembungkan mulutnya menahan amarah. Tiba di ruang kerjanya ia langsung mengambil tas lalu pergi, tak peduli dengan panggilan Jasmin yang ingin tahu apa yang terjadi, bahkan Hana yang bersorak bahagia atas pemecatannya.
Di luar kantor Prilly menunggu taksi namun tak kunjung terlihat, akhirnya ia putuskan berjalan kaki di trotoar. Sepanjang jalan ia terus menggerutu mengingat isi perjanjian yang menurutnya aneh itu.
"Nikah? Gila kali gue nikah sama orang kayak dia!"
Wajah Prilly memerah. Ia terus berkipas-kipas dengan tangannya.
"Apa jadinya rumah tangga gue nanti? Pasti garing banget!"
Orang-orang di sekitarnya menatapnya aneh tapi ia tidak peduli sama sekali.
"Ya ampuuun, gak kebayang deh kalau gue yang berjuang biar pernikahan gak garing."
Prilly pun berhenti melangkah, ia menangkup pipinya. Ada seorang lelaki tua yang menatapnya sambil mengernyitkan dahi.
"Kenapa Pak lihat-lihat saya? Tau gak si Pak, saya sebel Pak masa kalau saya gak bayar kerugian saya harus menikah sama bosnya!"
Prilly mencurahkan isi hatinya pada lelaki tua itu.
"Saya gak mau lah Pak, Bos garing begitu jadi suami saya, kerupuk pangsit kalah garingnya!"
Lelaki tua itu hanya geleng-geleng kepala, Prilly pun pergi dari sana.
"Apa lihat-lihat?" Prilly menatap tajam Mbak-mbak yang sedang bergosip di pinggir jalan. Ia langsung pergi melewati mereka.
"Gue pasti bisa bayar kerugian itu!" Serunya dengan yakin. Ucapannya berbanding terbalik dengan hatinya, raut wajahnya seketika berubah sedih.
"Tapi dari mana gue dapet 259 Milyar itu? Tabungan gue aja cuma ada 20 juta, itu pun buat gue nyicil rumah, gue kan udah dewasa, masa tinggal di rumah Bu Sofi terus, lagian gue gak enak dari kecil tinggal di panti asuhan dia, gue juga harus balas budi sama dia pakai uang itu. Miris banget sih hidup gue. Apa cuma gue yang sengsara di dunia ini? Gimana caranya ganti kerugiannya?"
Matanya berkaca-kaca. Ia langsung teringat perkataan bosnya yang menyebut tanggal kematian kedua orangtuanya.
"Sebenarnya dia siapa sih? Kenapa dia tahu tanggal meninggalnya orangtua gue? Gue tahu gue emang miskin, tapi gak sampai segitunya ngerendahin gue." Prilly menarik napasnya dan menghembuskannya dengan gusar.
"Coba aja gue gak dipecat, gue pasti bisa ngumpulin duit dari gaji sampai gue bisa bayar 259 Milyar itu. Meskipun rasanya ga mungkin..."
Prilly pun meneteskan air matanya. Kesulitan sudah menjadi teman hidupnya sejak kecil. Bagaimana ia mengumpulkan uang dengan susah payah demi membeli sesuatu yang ia inginkan. Tapi ia tidak pernah bersedih selama apa yang dijalaninya baik-baik saja. Namun, entah mengapa sekarang ia malah menangis. Mengumpulkan uang milyaran seperti itu tentu membuatnya sangat kebingungan, ia sendiri tidak mau merepotkan banyak orang.
Ingat saat ini masih berada di jalan raya, Prilly menghapus air matanya kasar kemudian mengatur napasnya. Ia meyakini dirinya sendiri kalau ia mampu mengumpulkan uang sebanyak itu.
Tiba-tiba saja seseorang menabrak bahu Prilly. Tas milik lelaki itu terjatuh. Saat Prilly mau membantu mengambilnya, lelaki itu sudah mengambilnya lebih dulu.
"Maaf Mbak, saya gak sengaja," kata lelaki itu terkesan buru-buru.
"Iya Mas gak apa-apa," balas Prilly yang masih memperhatikan tasnya.
Tas dengan merk terkenal dan milik wanita, tapi kenapa lelaki itu membawanya?
"Jambret!!!" Prilly mendengar teriakan seorang wanita. Ia langsung tersadar kalau lelaki itu adalah pejambret.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry With Boss
FanfictionHanya karena kesalahan yang bahkan tak Prilly sadari membuat Prilly terpaksa menandatangani perjanjian tertulis meski sebenarnya hatinya tak yakin. Ternyata Bos itu sangat pintar mencari cara agar Prilly masuk ke dalam hidupnya. Lalu, apa jadinya ji...