15

189K 11K 1.1K
                                    

A/N: Last, oke? Karena banyak permintaan sampai ada yg spam line aku:( wkwk. Aku serius hiatus sampai Maret (malah tadinya mau April) Karena ada sesuatu yg gak bisa ditinggal, minta do'anya aja dari kalian semoga urusan aku lancar ya, biar bisa update sebelum Maret. Lap yu :*

___________________________________

Berkali-kali Prilly menghapus air matanya. Malam ini dia merasa sangat jahat terhadap Ali. Suaminya itu sedang berulangtahun, tapi dia malah berpesta bersama temannya. Parahnya, dia baru tahu Ali ulang tahun dari Ibu mertuanya di telepon.

"Pak, lebih cepat dong! Nanti saya terlambat!" Prilly juga sudah memarahi supirnya berkali-kali. Dia harus cepat sampai di restoran yang diberitahu Mama Dian.

Sebelumnya, Prilly dikejutkan dengan hadiah kiriman Ali untuk Jasmin. Tak tanggung Ali memberikan sebuah mobil keluaran terbaru untuk Jasmin. Saat Prilly menelepon Ali, dia tidak mendapatkan jawaban. Ali tidak mengangkat teleponnya sama sekali. Setelah itu dia dikejutkan lagi, Ibu mertuanya menelepon memberitahu soal itu. Yang membuat Prilly berpikir pantas saja Ali mengajaknya makan malam. Bodohnya dia menolak ajakan itu!

"Kamu di mana sayang?"

"Aku di rumah temanku, Jasmin, Ma. Hari ini hari ulangtahun dia sekaligus pertunangannya. Apa Ali tidak memberitahu Mama?"

Setelah itu hening, tidak ada sahutan dari Dian.

"Sayang, apa tadi siang Ali membawamu ke high bridge?"

"High bridge? Jembatan yang menuju pedesaan itu? Ya Ma, aku diajak Ali ke sana."

"Sebenarnya Ali datang ke tempat itu setahun sekali." Ada jeda dari kalimat Dian, "Di hari ulangtahunnya."

Kalimat Dian di telepon itu bagaikan petir di siang bolong yang menyambar Prilly di tengah-tengah pesta. Prilly langsung pamit pada Jasmin setelah Dian memberitahu rencana Ali di restoran itu. Dan sekarang Prilly sedang dalam perjalanan menuju ke sana.

"Setelah hampir delapan tahun Ali tidak pernah merayakan ulangtahunnya, kali ini dia mau merayakannya sama kamu. Awalnya Mama juga terkejut karena tiba-tiba dia mengundang anggota keluarganya ke restoran ini. Sekarang kami semua sudah di sini sayang, tapi Ali belum datang, mendadak dia menelepon Papa untuk membatalkan acaranya."

Prilly keluar dari mobil setelah sampai di halaman restoran itu. Tidak peduli rusaknya riasan wajahnya karena terus menangis. Dia masuk ke restoran yang ramai pengunjung, sebagian besar pengunjung itu keluarga Ali. Detik itu juga Prilly merasa bersalah.

"Prilly, kamu sudah datang," Suara Dian mengalihkan perhatian Prilly dari keramaian itu. Prilly terenyuh melihat meja dekat Dian berdiri. Meja itu kosong, berbeda dengan yang lain. Meja lain terdapat empat kursi namun di meja itu hanya ada dua kursi yang saling berhadapan. Di tengah meja ada kue ulangtahun ukuran sedang dengan lilin angka 25 yang tidak menyala. Meja itu pasti khusus untuknya dan Ali.

"A-Ali di mana, Ma?" Tanya Prilly gelagapan saat Dian menyentuh pundaknya.

"Ali sepertinya tidak akan datang. Kamu duduk dulu ya, kamu belum makan sejak sore."

"Aku pulang aja deh, Ma. Ali pasti di rumah."

Dian nampak berpikir sejenak. "Ya sudah, tidak apa-apa. Kamu hati-hati ya." Prilly mengangguk. Dengan cepat Prilly meninggalkan restoran itu kembali ke mobilnya menuju rumah.

Sebelum tiba di rumah, Prilly meminta supirnya untuk membelikan kue di toko. Kalau saja dia tahu sejak awal Ali ulangtahun, dia pasti membuatkan kue spesial untuknya itu.

Akhirnya mobil Prilly terparkir di halaman mansion. Prilly langsung ke dalam membawa kue di tangannya. Matanya mencari Ali ke sana-sini tapi tidak menemukan lelaki itu. Prilly naik ke kamarnya, di kamar pun tidak ada Ali hingga Prilly memutuskan pergi ke ruangan kerja Ali. Pintu itu terbuka lebar, Prilly berdiri di depannya sambil melihat ke dalam di mana ada Ali sedang membaca surat-surat penting. Penampilan Ali sedikit berubah. Tuxedo lelaki itu tersampir di kursi, dua kancing kemejanya terbuka di dadanya, hanya wajah datarnya yang tidak berubah. Mata lelaki itu terpancang pada berkas di tangan belum menyadari kehadiran Prilly di pintu. Sambil sesekali mengerutkan dahi Ali mengecek berkas itu kemudian melepaskannya di meja.

Marry With BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang